15 ; Night with You

27K 1.1K 49
                                    

🍷🍷🍷

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


🍷🍷🍷

Prak! Prak! Prak!

Tiga papan kayu terbelah, suaranya teramat nyaring di ruangan luas penuh manusia berseragam beladiri. Napas Gael tersengal-sengal, jari kakinya mulai ngilu usai menendang tiga papan sekaligus.

Aksinya tersebut mengundang tepukan apresiasi. Senyum Gael mengembang, menampilkan gigi gingsul menggemaskan.

Tubuh pemuda itu terbalut seragam putih taekwondo, dengan sabuk hitam bertengger di pinggang. Setiap malam, Gael memang sibuk berlatih taekwondo seperti ini.

Hobinya untuk memperdalam ilmu beladiri dilakukan sejak kecil, tak ayal prestasinya sebagai atlet telah menggunung sampai masuk ranah turnamen internasional.

“Widih, keren bro! Gak sakit itu kaki nendang tiga kayu? Haha,” gurau Cheko, teman klubnya.

“Udah biasa.”

“Teknik yang tadi lo pake dwi chagi bukan, sih?  Bisa gitu ya nendang lurus ke belakang.”

Gael terkekeh canggung, lalu duduk di sudut ruangan meneguk air mineral. Di sela itu, dia menyalakan ponsel, berniat mengecek apakah chat-nya pada Lumi dibalas atau belum.

Anda:
Mi? Lo sakit?
Kenapa gak sekolah 2 hari?
Jawab gue mi

Anda:
Mi:(
Lo ke mana siihh
Gak diapa-apain sma si anjg kan?
Mau gue jenguk?

“Ck, chat gue gak dibaca sampe dua hari,” gumam Gael gusar, menyeka peluh di dahi dengan handuk kecil.

Dia cemas pada Lumi, jarang-jarang gadis itu absen sekolah selama dua hari.

“Jangan bilang ... Karlo ngelakuin sesuatu?” Gael mulai berspekulasi. Akhirnya dia menggeleng menepis.

“Gak, gak mungkin. Pasti Lumi punya alasan kenapa gak masuk sekolah. Gue harap Lumi gak disentuh si anjing.”

“El, gue cabut duluan, ya. Waktu latihan udah abis,” pamit Cheko menepuk bahunya.

Sejenak, Gael melirik jam dinding. Tertera pukul delapan malam di sana.

“Mau bareng gak, ngab? Gue sama Arzhel jalan kaki, rumah lo juga searah kan sama si Arzhel?” tawar Cheko disusul gelengan Gael.

“Duluan aja. Gue mau istirahat lima menitan.”

“Oh, oke. Sekalian matiin lampu sama kunci pintu. Pak Habin tadi pulang cepet, ada urusan katanya.”

SinisterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang