05 ; Worst Day Ever

26.3K 1K 13
                                    

__________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


__________


“Guys, kunti kecebur kolam baru dateng!”

“Pagi, Mbak Kunti.”

“Ciee, viral. Gimana rasanya kecebur kolam di pesta Shireen? Hahaha.”

“Untung gue liat langsung pas kemaren malem. Shireen keren, sih, bisa ngundang kunti!”

Pagi hari, Lumi mendapat sambutan seantero sekolah. Seiring langkahnya menuju kelas, seluruh murid tertawa, membahas kejadian konyol kemarin malam yang mana Lumi sebagai hiburan di pesta ulang tahun Shireen.

Kunti Kecebur Kolam, entah dari mana asal mula julukan itu. Lumi hanya menunduk, terbiasa dengan ejekan lingkungan. Ia menjadi trending topik sekarang, bahkan videonya yang diceburkan Shireen saat memakai kostum hantu tersebar tanpa henti.

“Akhh!”

Tepat ketika Lumi melewati pintu kelas, kulit pisang dilempar mendadak membuatnya tergelincir. Refleks Lumi ambruk, pantatnya ngilu berciuman dengan keramik.

“HAHAHA! KUNTI NGINJEK KULIT PISANG, GAES!”

“FOTO CEPET! MUKA SI LUMI LAGI GEMBEL GEMBELNYA.”

“EWH, BAU BANGET! PASTI GAK PAKE PARFUM!”

Malas menggubris, sigap Lumi berdiri, membenarkan kacamatanya yang merosot. Berjalan lurus, sampai akhirnya tiba di zona ternyaman; bangku pojokan.

Di atas mejanya, terdapat banyak coretan hina dengan tinta. Adapula yang menaruh tumpukan sampah, hingga segerombol lalat berkerumun di sana.

“Hufthh, gapapa. Ini bisa dibersihin.”

“Oh, ya?”

Deg!

Tubuh Lumi membeku. Berbarengan dengan itu, sampah-sampah menghujani dirinya, sebab seseorang menumpahkan keranjang sampah dari belakang. Alhasil, kini rambut Lumi lepek dan dihiasi bekas makanan.

Pelakunya, siapa lagi kalau bukan Karlo.

“Gini kan cantik,” cetus Karlo, menutup kepala Lumi dengan keranjang sampah. Dia tersenyum menang.

“Gak usah dilepas, gue mau liat ini sampe pulang.”

“Tapi ini—”

“Berani ngebantah?” Bisikan serak tersebut sukses membungkam Lumi. Gadis itu enggan menoleh, lekas menarik bangku hendak duduk.

“Siapa yang nyuruh lo duduk?”

“Ah, maaf.” Lumi beranjak lagi, dengan kepala tertutup keranjang sampah.

“Sekarang beliin gue roti sama minuman. Kantin baru buka,” titah Karlo mutlak.

“Ini ... boleh dilepas?” tanya Lumi memegang keranjang sampah di kepala.

SinisterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang