36 ; That Crazy Lucifer

5.2K 389 41
                                    

⚠️ warning: stalker, toxic obsession, plot twist! 🚩

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

⚠️ warning: stalker, toxic obsession, plot twist! 🚩

part ini cukup panjang, semoga gak bosen bacanya ya:')

siap buat ngeliat kegilaan karlo lagi? happy reading! ✨

~~•~~

“Gak mungkin aku benci dicium sama orang yang aku suka.”

Gael tercenung, jantungnya terjeda tiga detik mendapat pengakuan tak diduga itu.

Dengan jarak teramat dekat, dia amati seksama gelagat Lumi yang gemetar gugup dan bersembunyi di balik boneka hamster tadi.

“Lo suka gue?” tanya Gael memastikan, takutnya salah paham.

“Beneran suka? Dari kapan? Bukannya lo pacaran sama Karlo? Kenapa suka gue? Lo gak benci dicium gue? Atau suka yang lo maksud itu---”

“Gael!” sambar Lumi gesit, sebelum isi pikiran Gael melebar ke mana-mana. Spontan cowok itu bungkam menanti jawaban.

“Aku emang suka sama kamu, dari kita kecil. Sekarang aku gak ada hubungan apa pun sama Karlo, dia udah aku anggap kayak Adik.”

“Jadi ... lo gak beneran suka sama Karlo?”

Lumi menggeleng teguh.

“Nggak. Sekarang, aku cuma mau pacaran sama orang yang aku suka.”

Glek. Terdengar jelas Gael meneguk ludahnya susah-payah.

Dia menggaruk tengkuknya, pipi bersemu merah, kulit terasa mendingin dan gemetar seolah akan mati detik itu juga.

“Maaf,” sambung Lumi menunduk murung.

“Kamu pasti udah punya pacar, kan? Gapapa, aku gak maksa kamu buat nerima perasaan aku, kok.”

“M-mi, gue juga suk---”

Drashhh!!!

Ah, sial. Rupanya cuaca tidak ikut meromantisasi.

Lokasi taman hiburan seketika diserbu derasnya air hujan, membuat suara Gael teredam oleh gemericik air yang menyentuh tanah tiba-tiba.

Sebelum lebih basah kuyup, Gael bergegas menyeret Lumi keluar dari area taman hiburan. Berlari beriringan menerabas tetesan hujan, keduanya berlindung di bawah jaket milik Gael yang digunakan sebagai payung.

“Kita mau ke mana?!” jerit Lumi terengah-engah.

“Udah, diem dulu. Gue lagi nyari tempat neduh.”

Enam menit berlarian, tapak sepatu mereka akhirnya terhenti di depan toko bunga terdekat.

Dua remaja itu berteduh sebentar di sana, dengan kondisi baju yang kotor terciprat tanah.

Beruntung toko bunga tersebut tampak sepi. Tidak ada yang ikut berteduh selain Lumi dan Gael.

“Kamu gak kedinginan?”

SinisterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang