21 ; Under Control

18.1K 685 2
                                    

fyi: ini timeline-nya masih di masa lalu, ya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

fyi: ini timeline-nya masih di masa lalu, ya. masih terhubung sama part sebelumnya, tentang tragedi masa lalu lumi.

~~•~~

“Jangan dibuka, jelek!”

Baru saja lengan Lumi terjulur hendak menyentuh kenop pintu, seseorang berteriak lebih dulu mencegahnya.

Anak gadis itu kembali diam, urung masuk ke dalam kamar barunya yang disediakan Om Sanji.

Menoleh ke arah kiri, ada seorang anak laki-laki berkaos biru yang tampak galak menatap Lumi. Kaki kecilnya dihentak-hentak, berjalan mendekati Lumi dengan tangan terkepal.

Teriakan keras tadi mungkin saja dari anak itu.

“Kamu!” tunjuknya tepat di wajah lugu Lumi. “Jangan tidur di kamar ini!”

Manik bening Lumi berkedip cemas. “K-kenapa?”

“Kamu jelek, kotor, miskin, anak dipungut Papa, nanti bau kamu bisa nempel di sini!”

“Tapi Om Sanji bilang, Lulu boleh tidur di kamar ini, kok!”

“Nggak boleh!” bantah Karlo kukuh, mendorong kasar bahu Lumi sampai jatuh ke lantai.

“Huekk, bau!” Karlo berlagak mual-mual saat mencium tangannya.

Melihat si anak gadis lusuh itu yang kesakitan di bawah, senyum angkuh Karlo makin melebar.

“Heh, miskin. Sana tidur di gudang! Tapi jangan beritahu Papa kalo aku yang suruh kamu! Dan besok, jangan sapa aku di sekolah!”

“K-kenapa? Karl benci Lulu?”

“Iya, lah. Sana pergi! Kamu tuli, ya?!” bentak Karlo geram, lantas pergi ke kamar sebelah tepat di samping kamar baru Lumi.

Tidak ingin cari masalah, cepat-cepat Lumi berlari menyusuri tiap ruangan; mencari letak gudang. Rupanya, sambutan dari Tuan Muda tidak sehangat yang Lumi harapkan.

Karlo, anak semata wayang dari Sanji itu terus saja mencemooh Lumi seperti parasit.

Sepertinya Karlo sangat malu menampung anak kumuh antah berantah. Terlebih, Sanji sudah mengatakan bahwa Lumi akan tinggal bersamanya.

Karena memegang janji dan tanggung jawab untuk menjaga anak dari sang teman.

Sanji terus bertanya, mengapa hanya Lumi yang dibiarkan hidup sementara orang tuanya ditembak tepat di depan mata. Beruntung Sanji datang di TKP, meskipun terlambat menolong rekan bisnisnya yang telah terbaring bersimbah darah di hadapan anak berumur 8 tahun.

SinisterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang