20 ; Dark Side

20.3K 861 19
                                    

🍷🍷🍷

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


🍷🍷🍷

Flashback

Sepuluh tahun yang lalu, tepatnya pada hari ulang tahun Lumi yang baru menginjak usia ke-8, terjadi tragedi malam merah mengerikan.

Ingatan kelam ini sangat tertanam dalam otaknya, karena ia dapat menyaksikan mayat orang tuanya tergeletak nahas di lantai bersama kubangan darah.

Lumi yang berstatus anak kecil, menjadi satu-satunya saksi atas insiden misterius ini.

Tepat di malam larut, ia terbangun dari tidur sebab terganggu oleh suara tembakan berturut-turut.

Ketika keluar dari kamar, pemandangan yang Lumi saksikan adalah hancurnya ruangan di berbagai sudut.

Di malam itu, rumahnya diserang habis-habisan. Segala barang dan furnitur, pecah berpuing-puing akibat tembakan beruntun yang sempat Lumi dengar. Pelaku entah di mana.

“M-mama? Papa?”

“Lulu?” sahut Ayna, Mama Lumi itu terbaring di lantai memegangi perutnya. Dia berusaha duduk meski darah mengucur deras.

“Mama kenapa? Papa kenapa?” tanya Lumi lugu, berjongkok di hadapan Ayna.

“Jangan takut. Lulu jangan sedih, ya? Kamu anak hebat,” tutur Pandu dengan suara bergetar, tak lupa mengecup dahi sang anak.

“Papa sama Mama kenapa berdarah? Pasti ada orang jahat! Mana orang jahatnya?! Biar Lulu abisin! Hmmpph!”

Baik Ayna maupun Pandu, keduanya serempak meluncurkan tawa kecil.

Rasa sakit bekas tembakan mulai samar, diganti oleh vibrasi hangat kala mengamati anak semata wayangnya yang berkacak pinggang marah-marah.

“Shhh, akhhh,” desis Pandu, langsung berbaring lemas merasakan sakit luar biasa di bagian dada. Terasa berlubang bekas dihunus peluru.

“Papa! Bangun, Papa! Papa!” jerit Lumi, menangis keras. Tangan mungilnya mengguncang tubuh berdarah Pandu.

“Lulu jangan nangis, Mama sama Papa nggak kenapa-napa, kok. Sekarang Lulu turutin kata Mama. Pergi dari rumah ini, oke?”

“T-tapi Lulu mau pergi sama Mama sama Papa!”

“Anakku,” lirih Ayna terisak pilu, mendekap erat sosok kecil sang buah hati dengan perasaan bersalah.

“Maafin Mama, Lulu. Maaf Mama nggak bisa jaga kamu sebaik-baiknya seorang Ibu. Mama jahat, Mama nggak bisa jagain kamu lagi.”

SinisterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang