34 ; Run Baby Run

4.5K 301 17
                                    

~~•~~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

~~•~~

Lumi:
| Keluar.
| Aku udah di depan.
| Jangan ikut tanding tinju.
| Atau kita putus.

Berdecak tak karuan, nyaris Karlo membanting ponselnya sampai remuk usai membaca pesan dari Lumi itu. Anehnya lagi, dia mengancam mau putus jika Karlo tetap nekat ikut tanding tinju.

Sial. Dari mana gadis selugu itu tahu bahwa Karlo akan tanding tinju malam ini? Bahkan sampai datang langsung ke lokasi tempat tinju ilegalnya.

Itu artinya, ada satu kemungkinan.

Salah satu orang bersinggungan dengan Karlo yang membocorkannya pada Lumi.

“Ngapain lo ke sini?”

Lumi yang tengah berdiri menanti di depan area tempat tinju ilegal, mulai memutar tubuhnya ketika Karlo keluar mendatanginya.

Padahal Lumi mengirim chat lima menit lalu, tapi lihatlah, Karlo sudah panik tidak terima. Hingga mengabaikan pertandingan tinju yang akan dimulai.

“Gue tanya sekali lagi, ngapain lo di sini?”

Tawa Lumi meluncur, berjalan mendekat dengan ekspresi meremehkan.

“Gak salah nanya gitu? Harusnya aku yang nanya, ngapain kamu datengin tempat kayak gini?”

“Ck, jangan banyak omong. Tau dari mana lo gue bakal tanding? Dibawa siapa lo ke sini, hah?”

Lumi mendengus ringan. Gadis berbando putih yang berbalut cardigan kuning itu tampak lebih berani seolah sudah belajar arti melawan.

“Karl, mending kita putus.”

“Gue gak suka bercanda.”

“Pfft, apa sekarang muka aku keliatan bercanda?” tanya Lumi jengkel.

“Lo kenapa, sih? Kalo emang lo minta gue berhenti ikut tanding tinju, oke gue lakuin sekarang. Tapi bukan berarti gue setuju kita putus.”

“Bukan cuma itu alesannya, Karl,” papar Lumi memijit pelipisnya. Menghirup napas kuat-kuat bersiap lanjut bicara.

“Karl, kamu ngelanggar perjanjian awal. Waktu kita sepakat pacaran, kamu udah janji bakal berhenti ikut tanding tinju atau balapan. Kamu yang maksa aku buat pacaran dengan janji sialan itu.”

Lumi tertawa hambar, lalu bertepuk tangan.

“Selamat, kamu berhasil bikin aku bodoh. Aku bodoh karena ngira kamu udah berubah kalo kita pacaran. Tapi nyatanya, watak iblis emang selamanya gila, kan? Hahaha.”

SinisterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang