33 ; Double Trouble

5K 388 132
                                    

~~•~~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

~~•~~

"Gimana? Udah ngaku belum?"

"U-udah! Tadi pas aku ke toko bunga ... a-aku udah bilang suka sama Lumi. Hehe."

"Widih, gercep juga lo. Terus jawaban Lumi gimana?"

Jeda sejenak, Gael tak mendengar suara gembira Jino lagi yang saat ini telponan dengannya.

Tiga detik berselang, telinga Gael akhirnya menangkap helaan kecewa Jino dari seluler.

"Itu ... aku nggak sempet denger jawaban Lumi."

"Pfft, jangan bilang lo kabur abis nembak?" terka Gael, tertawa renyah selagi khidmat mengerjakan PR di meja belajar kamarnya.

"Hadeuh ... Jino, Jino. Kan udah gue bilang, kalo nembak cewek tuh dengerin dulu jawabannya. Yang ada lo repot sendiri kemakan takut. Siap gak siap, lo harus terima jawaban Lumi biarpun ditolak."

"M-maaf ... berarti besok aku harus tanya Lumi lagi, ya?"

"Iya, gantenggg. Siapa tau ye kan lo hoki diterima si Lumi. Pacaran aja dah lo bedua." Ya biarpun gue gak rela, sih.

"O-oke! Besok aku mau--- argghh!"

"No? Jino! Woi!" bentak Gael spontan bangkit dari bangku belajar, ketika dialog akhir Jino berubah menjadi jeritan di dalam telepon.

Begitu mengecek layar ponsel, sambungan sudah diputus sepihak oleh Jino.

Gael mulai merasakan insting buruk, tidak biasanya Jino menutup telepon di tengah obrolan.

Ditambah cowok itu menjerit. Gael sudah gelisah setengah mati, mengingat akhir-akhir ini banyak insiden aneh yang terjadi pada orang sekitarnya.

Terutama setelah tragedi gudang sekolah terbakar yang melahap nyawa Cherish, Shireen, Camilla, juga Irish.

Gael harap tebakannya meleset. Jino pasti baik-baik saja.

~~•~~

"Gael! Ish, Gael! Fokus!"

Kesadaran Gael refleks kembali muncul, saat teguran Lumi menginterupsinya.

Siang ini di jam istirahat, dia bersama Lumi tengah belajar di perpustakaan, untuk persiapan UAS minggu depan.

Namun tampaknya, fokus Gael buyar dari awal. Tidak terlalu memahami materi faktorial yang tertulis di buku paket. Matanya cengo, seperti terbebani suatu masalah.

SinisterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang