Jeko

298 22 1
                                    

Ian Pov

"Sini." ucapnya lagi sembari tersenyum.
Aku takut, dia berjalan kearahku dan memegang pundakku lembut. "Diobatin ya? Kalo lukanya terbuka gitu terus nanti infeksi."

"Dek? Ian?" suara Mas Jeko! Tanpa basa basi aku langsung menghampiri Jeko dengan berlari kecil.
Muka ku yang pucat menahan tangis kuperlihatkan nya kepada Mas Jeko.

"Heleh cengeng. Makanya siapa suruh lari sendirian." ucapnya mencemooh dan tertawa cekikikan.

Jahat .

"Ih kan Ian mau mandiri!" seruku sambil menahan tangis lagi.

"Yaudah pulang pulang." dia pun merangkulku dengan lembut. "Butuh digendong ga?"

"Ngga banget deh, malu diliatin orang." tolakku.

"Kalo malu ya jangan nangis dih, yakali, hapus dulu air matanya tuh, idih jorok ingus ke mana mana." Mas Jeko dengan gercep mengelap muka ku yang pucat dengan baju nya yang kotor dan bau bantal.

"Ish jorok!"

"Daripada ada tanah di muka mu Ian, noh ih! Masa kamu lipstik an pakek tanah hiih." ejeknya sambil menunjuk bibirku. Aku sabar dibuat dan tetap melanjutkan perjalanan kita.

Mas Jeko berbalik badan.

"Oiya." intonasi Mas Jeko berubah. "Sorry ya mas udh ngerepotin gini. Lainkali kalo ada apa apa telepon saya langsung aja gaperlu ditunda tunda." tegasnya serius.

"Oiya pak maaf ya, soalnya tadi Ian bilang bapak masih tidur kayanya gamau ganggu." bela satpam tersebut.

"Iya tapi tetap saja saya yang bertanggung jawab atas Ian, jadi yang pertama nolong dia ya harus saya." tegas Mas Jeko lagi.

"Oh iya pak maaf atas ketidaknyamanan nya ya pak." ucapnya.

Lalu Mas Jeko berbalik badan dan merangkulku. Kami pun berjalan bersama, dan memasuki lift, hari ini apartment sepi dan hanya ada beberapa orang lalu lalang. Mungkin orang orang masih berdiam diri di unit mereka masing masing.

Kami pun kembali, Mas Jeko membukakan pintu untukku dengan sigap. Mas Jeko mengandeng tanganku lembut.

"Apaan si pegang pegang, kaya aku mau lari kemana aja." protesku.

Mas Jeko cemberut. "Habis tadi gua liat satpam nya pegang pegang kamu." dia mendengus kesal dan menggaruk kepalanya. Muka nya yang masih kusut karena baru bangunnya terlihat menggemaskan dimata ku namun... Jorok.

"Ish cuci muka dulu sana jorok banget deh." aku protes lagi.

"Ihh protes mulu dih. Sensi amat." dia lagi lagi cemberut. "Tapi gua kan tetap ganteng mau muka kusut pun." Dia menyengir dengan muka mesumnya.

"Jenggot mu nih ga dicukur berapa hari, rambut juga udah gondrong lagi, bukannya gimana gimana tapi ga enak diliat Mas Jek!"

"Heleh padahal tadi malem bilang nya enak enak terus." dia lagi lagi nyengir mesum.

"Apaansi! Ga nyambung tau ga Mas!" aku sensi, dan memukul pantat nya keras. Aku kesal karena dia selalu mengingatkanku pada malam yang seharusnya dilupakan. Mukaku merah dan memanas karena malu, dia pun tertawa terbahak bahak senang, merasa menang dengan apa yang aku protesin. Sebelll.

"Iya iya Dek Ian sayang ngga gitu lagi deh uututuu, kamu gamau sarapan? Mau dimasakin apa nih?" tanya dia menenangkanku. Mencubit hidungku pelan. Dia tersenyum lembut sambil menahan tawanya.

"Mie."

"Rebus? Goreng?"

"Terserah...!"

Dia mendengus kesal. Hah lagipula apapun yang dia masak aku akan tetap memakannya dengan senang hati. Tak perlu dia bertanya pun aku akan sangat berterima kasih karena telah memperdulikan aku.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 26 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Pasusu Gaje (Pasangan suami- suami gajebo)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang