Keenan terdiam diatas tempat tidur, tatapan itu mengarah pada gelang yang ada ditangannya. Ia selalu merasa gagal fokus setiap kali menatap gelang ini, karena ada hal aneh muncul saat menatap gelang ini, entah perasaan aneh apa itu.
Pikirannya kembali pada kejadian dua tahun yang lalu dimana Abian juga ikut berubah disini, bukan hanya dirinya saja berubah, api sepertinya itu semua tak pernah pria itu sadari selama ini.
Alasan Abian menggunakan kata 'saya' diantara mereka berdua, itu karena dirinya meminta pria itu berpura-pura sebagai om nya jika ada teman kuliah atau teman sekolahnya dulu bertanya karena dirinya tak ingin ditanya-tanya tentang Abian lagi, ia terlalu malas tapi sepertinya itu semua berhasil mengubah Abian karena sampai sekarang pria itu masih menggunakan kata formal saat berbicara padanya, padahal dulu mereka masih menggunakan kata gaul 'lo-gue' jika bersama, tapi sekarang itu semua sudah berubah, bahkan sekarang Abian juga bersikap formal dengan kedua orang tuanya, ia merasa telah mengubah seseorang separah ini, padahal ia hanya ingin itu semua saat mereka bertemu dengan teman kuliah atau sekolahannya dulu di jalan, tapi Abian malah keterusan mengatakan kata formal itu sekarang.
Keenan sendiri tak tahu akan dibawah kemana semua ini, karena selama dua tahun tinggal bersama, dirinya masih belum bisa menerima semuanya dengan baik karena ini semua ada karena keterpaksaan tak lebih.
Ia juga merasa sedikit senang karena mereka hanya sebatas bertunangan saja, walaupun itu masih membuat pusing tapi ini semua masih lebih baik dari pada mereka menikah nantinya. Ia tak bisa membayangkan jika itu semua terjadi, karena sudah pasti ia tak akan menyukai itu semua. Bertunangan saja sudah membuatnya frustasi apa lagi harus menikah, demi apapun ia masih tak bisa menerima semua ini.
Rasanya aneh saat dulunya mereka sangat dekat dan juga selalu bersama, tapi tiba-tiba kedua orang tua mereka ingin mereka bersama sebagai pasangan bukan sebagai teman lagi, rasanya sangat aneh sampai sulit untuk mengatakan bagaimana rasanya sekarang.
"Belum tidur?"
Keenan langsung mendudukan dirinya saat mendengar suara Abian, tatapan itu mengarah pada pria itu yang baru saja keluar dari dalam kamar mandi dengan handuk sebatas pinggang saja, ia sudah biasa melihat semua ini sejak kecil dulu tapi entah kenapa sekarang rasanya cukup aneh saat melihat pria itu tak memakai pakaian atasan seperti sekarang.
"Gue nggak ngantuk," Keenan mengatakan itu semua bukan tanpa alasan, karena ia memang tak bisa tidur sekarang entah kenapa. Mungkin karena besok minggu?
Abian berjalan kearah ruang ganti setelah mendengar jawaban dari pemuda itu, ia juga tak bisa tidur sekarang bahkan rasa lelah yang sempat datang tadi langsung menghilang setelah mandi. Mungkin setelah dirinya berganti pakaian dan Keenan masih belum tidur, maka dirinya akan berbicara sebentar dengan pemuda itu tentang apa yang terjadi tadi siang dengan kepala dingin, karena sekarang suasana hatinya sudah membaik jadi tak ada salahnya untuk memastikan apa yang terjadi siang tadi bukan? Ia takut Keenan dipaksa mencium pria tadi atau hal semacamnya.
Setelah berganti pakaian, Abian masih melihat Keenan terjaga karena sekarang pemuda itu tengah memakan cemilan yang sengaja ia siapkan didalam kamar mereka karena tahu jika pemuda itu sangat suka sekali menyemil saat malam hari.
"Bisa saya bertanya satu hal?"ujar Abian dengan mengambil tempat duduk disamping Keenan sekarang, pemuda itu terlihat menganguk dengan terus fokus menyantap makanan miliknya.
"Siapa pria yang menciummu tadi? Apa dia pria jahat yang telah mengancammu sehingga ingin kamu menciumnya? Atau siapa?"
Abian mengatakan itu semua dengan sangat santai, berbeda dengan hatinya yang justru merasa berbeda sekarang.
Keenan menghentikan gerakan tangannya yang ingin memakan cemilan lagi saat mendengar pertanyaan itu, dengan perlahan ia mulai menatap kearah kedua tatapan teduh milik Abian untuk melihat apa pria itu tengah marah seperti tadi atau tidak, demi apapun melihat tatapan menyeringai dari Abian tadi cukup membuatnya merasa takut karena itu pertama kalinya ia melihat itu semua, rasanya aneh. Ia merasa jika sekarang tak ada tatapan itu lagi, mungkin ia bisa mengatakan semuanya dengan jujur? Toh disini ia tak ingin pertunangan ini jadi tak ada salahnya berkata dengan jujur bukan?
"Dia pacar gue, kami udah pacaran selama beberapa bulan ini."
Abian terdiam, semuanya diluar dugaannya. Siapa sangka jika pemuda itu berani melakukan ini semua? Ia mengira setelah tahu mereka sudah bertunangan maka pemuda itu akan bersikap manis tanpa membuat masalah apapun, tapi nyatanya ia salah. Bagaimana mungkin dirinya bisa tak tahu tentang semua ini?
"Lo kalo mau marah atau nggak terima silahkan. Tapi kalo buat gue ninggalin dia, gue nggak bisa karena dia paling bisa ngerti gue. Dulu gue ngiranya cuman lo yang bisa ngertiin gue, tapi setelah kejadian pertunangan itu gue mulai ragu kalo emang lo bisa ngertiin gue waktu itu, bahkan tanpa mendengarkan apapun yang gue bilang, lo langsung mengambil keputusan secara sepihak. Sekarang gue ingin menikmati kebersamaan bersama seseorang yang bisa ngertiin gue. Lo nggak bisa maksa gue buat menerima semua ini dengan baik, karena sejak dua tahun yang lalu gue nggak pernah ingin ini semua terjadi."
Keenan mengatakan itu semua secara langsung, semua yang selama dua tahun ini ia simpan sendirian tanpa berani mengatakan hal apapun pada Abian, sekarang mulai mengatakan semuanya karena mungkin ini waktu yang tepat, karena jika tidak sekarang lalu kapan lagi? Abian juga harus tahu jika semua ini sama sekali tak ia sukai, ia benci dipaksa seseorang.
Abian tersenyum, senyuman yang penuh dengan arti yang berbeda.
"Selama ini saya berusaha mengerti semua yang kamu inginkan sama seperti dulu. Kamu ingin pergi bersama dengan teman-temanmu selalu saya berikan izin, sesuatu yang tak mungkin akan kamu dapatkan jika bersama dengan kedua orang tuamu. Selama dua tahun kepergianmu bersama dengan kedua orang tuamu, saya tahu jika kamu merasa tertekan dengan itu semua karena tak bisa bebas melakukan apapun yang ingin kamu lakukan, bahkan keluar bersama dengan teman-temanmu saja kamu tak di perbolehkan selama dua tahun itu. Saya tahu semua itu, sehingga saat kedua orang tua kita mengatakan itu semua saya langsung setuju, karena ingin mengeluarkan kamu dari itu semua. Saya tak ingin kamu tertekan, maka dari itu saja melakukan ini semua,"
Abian menarik napas secara kasar, semua yang ia simpan selama dua tahun ini, keluar begitu saja karena perkataan Keenan yang mengatakan jika dirinya tak pernah belajar untuk mengerti tentang pemuda itu, karena nyatanya selama ini ia selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk Keenan agar pemuda itu merasa nyaman, tapi semua itu berbanding terbalik dengan pemikiran Keenan.
Bersambung..
Votmen_
KAMU SEDANG MEMBACA
Dunia-nya Abian {Sequel Responsibility} END✔
Romance"Saya yang sangat mencintainya dengan dalam. yang selalu menjaganya dengan baik, selalu berusaha membuatnya merasa bahagia. Selalu menyukai semua hal tentangnya. Tapi kenapa dia tak pernah melihat itu semua? Semua yang saya lakukan seperti angin lal...