Saat sampai dirumah Keenan langsung menatap kearah Abian yang baru saja masuk kedalam rumah, tatapan tak bersahabat ia berikan pada pria yang sudah mengganggu apa yang ia lakukan tadi.
"Maksud lo apa tadi? Dateng-dateng main nyuruh gue pulang! Emang lo siapa bisa ngelakuin semua ini? Gue jujur udah muak dengan semua sikap lo akhir-akhir ini, lo bukan lagi Abian yang selama ini gue kenal, lo udah berubah! Gue nggak nyangka sih lo bisa mengancam gue kayak tadi, gue kira lo selama ini emang tulus ternyata busuk semua! Apa yang lo inginkan dari gue selama ini? Lebih baik lo jujur aja sekarang, nggak perlu jadiin alasan sebagai tanda agar bisa menjaga gue dan bisa buat gue bebas karena sekarang aja kelakuan lo lebih parah dari kedua orang tua gue dulu!"
Dada Keenan naik turun karena sudah terlalu emosi sekarang, sejak tadi ia sudah menahan semuanya agar tak keluar saat didalam mobil karena itu akan membahayakan dirinya sendiri, tapi sekarang saat sampai dirumah ia bisa mengatakan semuanya tanpa harus takut hal yang tak inginkan terjadi.
Sedangkan Abian yang sejak tadi hanya diam dengan kedua mata memerah sekarang mulai berjalan mendekati Keenan, membuat pemuda yang tengah emosi itu mundur beberapa langkah karena melihat tatapan tajam milik Abian yang belum pernah ia lihat sebelumnya.
Pria itu mengurung Keenan dikedua tangan kekar miliknya saat tubuh kecil pemuda itu terhimpit ditembok, ia menatap kedua mata bulat itu sebelum tersenyum tipis.
"Selama dua tahun ini saya selalu membebaskan apapun yang ingin kamu lakukan, tapi dengan syarat kamu harus izin terlebih dahulu. Selama ini saya tak pernah melarang kamu pergi jika sudah meminta izin lebih dulu karena saat sudah melihat kamu meminta izin saya bisa lebih tenang karena tahu kamu akan pergi kemana. Tapi hari ini, untuk pertama kalinya setelah dua tahun tinggal bersama, kamu melanggar satu syarat yang saya berikan itu. Bukan kah selama ini saya selalu mengikuti syarat yang kamu berikan? Setiap tak sengaja bertemu dengan teman-temanmu saya berusaha menjadi om yang kamu inginkan agar semuanya tak ketahuan, tapi satu syarat dari saya kamu langgar?"
Abian mengatakan itu semua dengan penuh ketenangan, tanpa adanya emosi di nada bicaranya karena ia memang tak pernah membentak seseorang, tapi dari tatapan itu semua orang bisa melihat jika disana begitu banyak amarah yang ia tahan agar tak menyakiti orang yang ia cintai.
Keenan menatap kearah samping saat mendengar semua itu, memang selama ini mereka sama-sama memberikan syarat agar semuanya akan terkendali, tapi sekarang ia melangar apa yang sudah Abian tentukan, karena ia merasa jika itu semua sudah tak diperlu kan karena pria itu masih marah padanya, tapi nyatanya itu semua salah.
"Lo tadi pagi marah kan sama gue? Gue nggak mau karena itu semua lo nggak ngizinin gue pergi, makanya gue nggak izin dulu."
Keenan masih tak ingin menatap kearah Abian, karena demi apapun pria itu terlihat sangat menyeramkan jika seperti ini.
"Itu semua tak menjadi alasan untukmu tak meminta izin terlebih dahulu pada saya. Saya tak ingin memperpanjang semua ini, hanya saja lain kali saya ingin kamu izin terlebih dahulu jika ingin pergi, saya tak bisa mendapatkan bantahan apapun untuk ini semua. Karena kedua orang tuamu menitipkanmu pada saya, maka dari itu saya ingin tahu kamu kemana saja sehingga ingin kamu meminta izin lebih dulu." Abian masih kurang fokus sekarang, karena saat berbicara dengan Keenan tatapannya masih mengarah pada dua tanda yang ada di leher pemuda itu sekarang.
"Masalahnya udah selesai kan sekarang? Gue minta izin buat keluar lagi karena sekarang masih sangat awal buat gue pulang dari sana tadi, kami baru saja datang disana tapi lo udah datang aja terus ingin gue pulang, itu nggak adil."ujar Keenan yang sekarang mulai menatap kearah Abian lagi, ia merasa jika masalah yang ada sekarang sudah selesai karena ia sudah mengatakan semuanya, itu artinya ia bisa kembali pergi kan?
"Belum."
Abian menyentuh dengan pelan tanda yang ada di leher Keenan, ia ingin sekali menghapus tanda itu, ia tak ingin miliknya mendapatkan tanda sialan itu.
"Belom? Apanya nggak belom? Gue udah jelesin semuanya kenapa gue nggak izin sama lo tadi pagi kan? Itu artinya masalahnya udah selesai kan? Gue janji bakalan izin kalo mau keluar nantinya."tutur Keenan dengan menatap kedua mata teduh milik Abian, ia tak tahu apa yang pria itu lakukan di lehernya sejak tadi, Abian terus menyentuh lehernya apa mungkin ada kotoran disana?
"Kamu belum menjelaskan dari mana kamu mendapatkan tanda sialan ini? Saya bukan orang bodoh yang tak tahu ini tanda apa,"ujar Abian dengan membalas tatapan milik Keenan, ia ingin penjelasan walaupun itu akan menyakiti dirinya nantinya.
"Tanda? Tanda apaan?" Keenan tak berbohong, ia memang tak tahu ada tanda apa, mungkin tanda lahir? Ia tak merasa punya tanda lahir di lehernya, jadi tanda apa yang pria itu maksud? Semakin hari tingkah Abian semakin membuatnya bingung.
Abian tersenyum, ia menarik dengan sedikit kasar pergelangan tangan Keenan untuk mengikutinya kedalam kamar mandi yang ada di dapur, saat sampai disana, ia menunjuk tanda itu membuat pemuda itu terdiam.
"Tanda ini. Ini tanda dari pria bajingan tadi kan? Apa saja yang sudah dia lakukan padamu hm? Saya akan memberi pelajaran padanya jika memang dia memaksamu untuk memberi tanda ini." Abian seakan bodoh, ia masih terus menyangkal jika semua yang terjadi sekarang karena pria itu mengancam Keenan.
Keenan hanya diam, ia tak ingin mengatakan apa yang sebentarnya terjadi sehingga ia bisa mendapatkan tanda ini, karena itu akan semakin membuat Abian murka nantinya. Ia takut melihat amarah pria itu karena itu semua sangat menyeramkan.
"Apa ada penjelasan tentang tanda ini? Kenapa kamu hanya diam tak mengatakan hal apapun?"ujar Abian dengan tatapan terus terkunci pada kedua mata bulat Keenan yang sekarang tengah menatap kearahnya juga.
"Ini tanda dari pacar gue. Kan kami udah pacaran, hal kek gini udah biasa kan?"ucap Keenan tanpa berpikir dua kali, ia tak ingin mengatakan alasan yang jelas tentang ini semua.
"Sudah biasa? Kalian baru pacaran saja sudah melakukan ini semua? Kita sudah bertunangan selama dua tahun, tapi keluar bersama denganku saja kamu tak mau? Apa lagi melakukan ini semua? Hal yang sekarang kalian lakukan ini hanya akan merugikan dirimu sendiri, dia akan menganggap kamu murahan dengan mau dia sentuh-sentuh seperti ini. Saya bukan ingin merendahkan kamu dengan semua perkataan saya barusan, tapi itu semua nyata terjadi, banyak kejadian seperti ini."
Setelah mengatakan itu semua, Abian beranjak dari sana. Jawaban yang Keenan berikan membuatnya merasa sangat kecewa, ia merasa jika pemuda itu terlalu bodoh untuk paham dengan ini semua.
Bersambung...
Votmen_
KAMU SEDANG MEMBACA
Dunia-nya Abian {Sequel Responsibility} END✔
Storie d'amore"Saya yang sangat mencintainya dengan dalam. yang selalu menjaganya dengan baik, selalu berusaha membuatnya merasa bahagia. Selalu menyukai semua hal tentangnya. Tapi kenapa dia tak pernah melihat itu semua? Semua yang saya lakukan seperti angin lal...