17

740 69 6
                                    

Abian duduk dengan kaku disamping Keenan sekarang, karena seperti dugaannya ternyata kedua orang tua pemuda itu memang datang kesini, dan kedua orang tuanya juga ikut datang kesini. Ia merasa takut tentang apa yang akan mereka bahas nantinya, karena sekarang ada kedua orang tuanya juga yang ikut datang kesini, mungkin jika hanya orang tua Keenan saja, ia masih bisa berpikir dengan baik, tapi saat melihat kedua orang tuanya juga ikut datang kesini ia merasa sedikit takut.

Memang rasa takutnya terlalu berlebihan karena bagaimana pun pasti kedua orang tuanya juga ingin datang kesini untuk melihat keadaan mereka juga, tapi entah kenapa ia berpikir terlalu jauh sekarang hanya karena kejadian dua tahun yang lalu saat kedua keluarga mereka berkumpul sekarang.

Ia takut mereka akan membahas tentang pertunangan ini kembali setelah dua tahun lamanya, karena sekarang keadaannya sedang tak mendukung mereka. Selama dua tahun ini mereka bukannya saling menerima dan belajar menghargai satu sama lain, semuanya malah berbanding terbalik dengan itu semua, ia merasa sedikit cemas.

"Tangan kamu terluka?"tanya Ello yang sekarang baru menyadari jika tangan anak tunggalnya itu terluka, karena tadi ia tak terlalu memperhatikan itu semua.

Abian tersenyum saat mendengar pertanyaan dari ibunya itu, ia mengira sang ibu tak akan menyadari jika tangannya tengah terluka, tapi nyatanya itu semua salah, feeling seorang ibu tak pernah salah maka dari itu sekarang ibunya bisa tahu jika ia tengah terluka, rasa gugup yang sejak tadi datang padanya dengan perlahan mulai menghilang saat mendengar suara sang ibu.

"Kemarin aku tak hati-hati, makanya terkena kaca yang pecah diruang kerja. Mungkin kacanya sudah sangat rapuh karena dimakan usia,"ujar Abian tak sepenuhnya berbohong, karena tangannya memang terkena kaca yang ada diruang tengah, ah bukan terkena tapi ia kena kan sendiri.

"Makanya kamu harus selalu hati-hati, Keenan juga kenapa Abiannya nggak kamu jagain biar nggak kena kaca gini?"ujar Anita ikut menimpali, ia merasa jika anaknya sejak tadi hanya diam, padahal mereka sudah tak bertemu cukup lama tapi anaknya itu sama sekali tak bicara dengannya, apa mungkin Keenan masih marah padanya?

Keenan yang sejak tadi melamun langsung tersentak saat mendengar suara mamanya, pemuda itu menunduk karena merasa gugup seketika, ia hanya memeluk mama, papa, bibi dan juga pamannya saja tadi tanpa mengatakan hal apapun, sungguh ia merasa canggung karena yang datang bukan hanya kedua orang tuanya tapi orang tua Abian juga, ia mengira hanya kedua orang tuanya saja yang datang tapi nyatanya tebakannya salah besar.

"Keennya nggak ada dirumah saat Abi kena kaca kemarin. Dia saja baru tahu saat kami mau tidur karena Abi yang memberitahu dia,"ujar Abian yang malah menjawab pertanyaan yang mama Keenan berikan karena melihat pemuda itu hanya diam saja sejak tadi.

Ia tak tahu apa yang tengah pemuda itu pikirkan sejak tadi, apa mungkin Keenan tengah menyusun rencana untuk meminta kedua orang tuanya memisahkan mereka berdua? Ia merasa semua itu mungkin saja terjadi karena selama dua tahun ini Keenan sepertinya sangat tertekan hidup bersama dengan dirinya, ia tak akan memaksa pemuda itu untuk menetap lagi sekarang. Biarlah dia menuntukan sendiri apa yang memang menjadi pilihannya karena ia sudah tak bisa melakukan hal apapun lagi sekarang.

Keenan langsung menatap kearah samping saat mendengar suara Abian barusan, panggilan itu. Panggilan yang biasa Abian gunakan saat mereka masih sangat dekat dulu, panggilan yang sangat ia sukai dari pria itu karena itu merupakan panggilan yang unik menurutnya.

"Mama lihat setelah bersama dengan Abian dua tahun ini kamu banyak berubah ya, Abian juga banyak berubah sekarang, mama sering melihat dia ditayangan televisi. Semakin lama bersama, kalian bertambah serasi sekarang."

Baik Abian mau pun Keenan sama-sama terdiam mendengar itu semua, karena selama ini hanya Abian yang merasa seperti itu karena pemuda itu sibuk dengan dunianya sendiri tanpa memikirkan hal yang lainnya.

"Keenan? Tumben sekali kamu tak berbicara banyak sekarang, biasanya kamu yang paling bersemangat saat ada pertemuan kedua keluarga seperti ini."

Itu Zain yang berbicara, ia tahu semua yang terjadi antara anaknya dan juga Keenan melalui tatapan anaknya itu, mereka sama sekali tak berbicara satu sama lain, persis seperti orang asing yang baru pertama kali bertemu.

Keenan langsung menatap kearah om nya itu saat mendengar suara ayah dari Abian itu, ia merasa jika itu semua benar karena sekarang ia terlihat jarang sekali berbicara.

"Baiklah karena tak ada yang mau membuka suara sekarang, baik Abian atau Keenan sama-sama jadi pendiam sekarang. Jadi kedatangan kami kesini bukan hanya untuk melepas rindu pada anak-anak kami saja, tapi ada hal yang sangat penting ingin kami bicarakan dengan kalian berdua,"

Atensi Abian langsung mengarah pada ibunya, begitupun dengan Keenannyang ikut menatap ibu dari Abian itu, mereka merasa penasaran dengan apa yang akan mereka katakan, walaupun ada rasa sedikit was-was juga didalam sana karena terakhir kali mereka bertemu, masalah pertunangan yang dibahas, sekarang entah apa yang akan mereka bahas nantinya.

"Kalian sudah tumbun bersama selama ini, melakukan hal bersama, berusaha mengerti apa yang pasangan kalian inginkan. Semua itu pasti sudah kalian lakukan selama ini kan? Kami merasa waktu dua tahun untuk kalian bersama sebagai tunangan itu sudah sangat cukup, sekarang waktunya kalian melakukan hal yang lebih dari sekedar tunangan sekarang. Jika memang kalian berdua setuju maka kami ingin kalian menikah nantinya, mungkin jika kalian setuju maka itu semua akan dilakukan dalam waktu dekat. Masa pendekatan dan juga pembiasaan antara kalian berdua sudah berakhir sekarang, sehingga ini lah saatnya kalian harus berjalan kearah hal yang lebih serius lagi."

Abian terkejut bukan main saat mendengar apa yang barusan ibunya katakan, memang ia tak pernah bercerita hal apapun tentang dirinya dan juga Keenan pada ibunya itu, tapi bukan kah ayahnya tahu tentang semuanya? Lalu kenapa ayahnya hanya bisa setuju saja dengan ini semua? Ia tak ingin membuat Keenan semakin membencinya dengan pernikahan ini, cukup pertunangan ini saja yang membuatnya merasa sangat frustasi.

Sedangkan Keenan hanya terdiam mendengar itu semua, ia tak terlalu terkejut seperti Abian karena semalam ia sudah memikirkan semua kemungkinan yang akan terjadi jika kedua keluarga berkumpul, dan apa yang ia pikirkan ternyata benar. Kedua orang tua mereka tak pernah tahu dengan apa yang terjadi diantara mereka, oleh karena itu mereka hanya memutuskan ini saja tanpa tahu apa yang terjadi selama dua tahun ini.

Bersambung...

Votmen_

Dunia-nya Abian {Sequel Responsibility} END✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang