Abian terdiam saat sampai didepan rumah Gibran yang sangat ia ingat sampai sekarang, walaupun kejadian iti semua sudah terjadi sejak dua tahun lebih yang lalu tapi pikirannya masih tetap baik sampai sekarang.
Tatapan miliknya mengarah pada rumah minimalis didepannya yang tak ada perubahan sedikitpun disini, hanya warna dindingnya saja berubah untuk hal yang lainnya, tak ada perubahan. Ia tahu jika yang tinggal disini hanya Gibran, karena kedua orang tua pemuda itu berada diluar negeri untuk bekerja disana.
Abian terdiam saat merasa rumah ini terasa sangat sepi, tak mungkin Gibran membawa Keenan kesini karena mereka bisa berbicara ditempat lain bukan jika niatnya memang baik, namun jika niatnya sudah tak baik maka ada kemungkinan Gibran akan membawa Keenan kesini. Ia tak ingin terlalu curiga, tapi semua yang terjadi selama ini mengajarkan dirinya untuk merasa curiga dengan setiap hal yang terjadi disekitarnya.
Plak!
Tatapan teduh itu mengarah kembali kearah rumah milik Gibran setelah tadi ia merasa cukup yakin jika tak ada orang dirumah ini, tapi suara tamparan yang cukup nyaring itu berhasil membuat Abian merasa jika didalam rumah ini ada orangnya, bukan sepi seperti yang terlihat sekarang. Dengan pelan ia berjalan kearah pintu utama, memutar handle pintu yang ada sebelum sedikit terkejut karena ternyata putaran tanganya dihandle pintu membuat pintu itu terbuka, ia bisa mendengar suara seseorang dengan sangat samar didalam sana sekarang
"Diem! Gue ngelakuin ini semua hanya ingin agar Abian merasa sakit, nggak lebih dari itu dan sekarang gue berhasil melakukan itu semua dengan menyakiti seseorang yang sangat dia cintai,"
Abian terdiam mendengar itu semua, itu sangat jelas suara Gibran yang terdengar sangat marah. Itu artinya suara tamparan yang terdengar tadi berasal dari sana. Ia merasa cukup terkejut karena Gibran membawa namanya disana, pasti semua ini tak jauh dari masalah yang terjadi dua tahun yang lalu, ia merasa menyesal karena telah mengenal Gibran yang dirinya kira pemuda yang baik, ternyata busuk.
"Cara lo sampah banget tau nggak sih? Lo ngelakuin ini semua agar Abian merasa sakit, setelah dia ngerasa sakit dia ninggalin gue dan lo bisa dapetin dia? Hahahahaha! Dengan lo ngelakuin ini semua, dia bisa benci banget sama lo karena udah nyakitin orang yang dia cintai. Udah, sesama pihak bawah harus saling mendukung bukannya menjatuhkan kayak gini, lo juga nggak pantes pake pakaian gagah gini karena itu bisa membuat lo masih kelihatan cupu, ngebalas gue kok pake bawah anak buah, kenapa? Lo nggak mampu kalo sendirian ngelawan gue? Banci banget,"
Abian semakin berjalan mendekat saat mendengar suara menusuk dari Keenan, ia tak salah dengan datang kesini karena semua tebakannya sejak tadi ternyata memang benar, Gibran memang membawa Keenan kesini untuk menyakiti milik-nya. Kedua tangannya mengepal saat melihat Keenan ditahan dua orang pria, bahkan perban luka miliknya kemarin kembali berdarah saking kuatnya genggaman tangan itu.
Ia mengira semuanya sudah selesai sejak Gibran hanya bisa menerima penolakan baik-baik yang dirinya berikan. Ia memang ingin menunggu Keenan kembali sehingga tak menerima hati orang lain untuk masuk kedalam hatinya, sehingga saat Gibran yang merupakan temannya itu menyatakan cintanya dengan berani. Ia mengakui keberanian Gibran dulu, namun sayangnya ia tak bisa menerima itu semua, tapi bukannya menerima semuanya dengan baik, Gibran malah melakukan ini semua.
Kedua tatapan teduh Abian, membelalak saat nelihat Gibran mengambil satu vas bunga kecil untuk memukul Keenan, karena posisinya cukup dekat ia langsung saja berlari kearah sana sebelum mengarahkan lengannya agar terkena vas bunga itu.
Prag!
Vas itu pecah dilengan Abian, sehingga sekarang jas pria itu terlihat sobek dengan darah yang mulai mengalir dari sana. Tanpa merasakan sakit sedikit pun dilengannya, Abian langsung memukul dua orang pria yang menahan Keenan dengan cukup keras sehingga mereka langsung terjatuh dengan posisi hidung berdarah, melihat itu semua Abian langsung menarik Keenan kedalam pelukannya, tubuh pemuda itu terlihat sangat bergetar saat melihat kejadian barusan, bahkan berbicara pun tak bisa saking terkejutnya.
Tatapan teduh itu berubah menjadi tatapan tajam saat melihat Gibran hanya terdiam saat pecahan vas itu justru mengenai dirinya bukan Keenan, ia tak bisa membayangkan jika itu semua mengenai Keenan pasti pemuda itu akan langsung sekarat sekarang, tapi selagi ada dirinya disini maka ia akan selalu melindungi milik-nya.
"Apa yang kau lakukan? Bukan kah semuanya sudah selesai dua tahun yang lalu? Saat saya menolak kamu dengan baik-baik karena ada hati yang harus saya tunggu, kau menerima semua itu dengan baik bahkan mendoa kan agar cintaku terbalaskan, tapi sekarang apa yang kau lakukan? Jika memang kau ingin membuatku merasa sakit atau sekarat langsung lakukan saja padaku, jangan sakiti milikku. Kau tau seberapa besarnya cintaku untuk pemuda yang tadi ingin kau bunuh? Bahkan menukarkan nyawaku dengan nyawanya saja saya sanggup jika itu diperlukan, lagi pula jika memang kau berhasil membunuh Keenan, saya masih tak akan pernah menjadi milikmu. Perlakukan yang kau berikan sekarang berhasil membuat saya membencimu, dimana Gibran yang saya kenal sangat baik dulu? Kau berubah hanya karena obsesimu terhadap mencintaiku."
Abian terus menatap kearah Gibran dengan mengatakan itu semua, pelukan ditubuh pemuda yang sekarang memeluknya dengan sangat erat, ia per-erat lagi.
"Semua ini tak seperti yang kamu pikirkan, aku hanya ingin menyingkirkan Keenan agar kamu bisa mendapatkan seseorang yang bisa membalas cintamu, bukan seperti dia yang tak akan pernah bisa membalas cinta yang kamu berikan. Dia masih kekanak-kanakan, tak pantas bersama denganmu," Gibran mengatakan itu semua dengan tubuh bergetar sangat hebat, jujur jika berhadapan secara langsung dengan Abian ia tak sanggup karena sampai sekarang dirinya masih mencintai pria itu.
"Bagaimana pun dia, mau kekanak-kanakan, egois, pemarah, semua hal yang buruk ada padanya saya akan tetap mencintai dia. Kau hanya terus berputar-putar didalam cintamu sendiri, cobalah untuk berdamai dengan semuanya dan belajar mencintai orang lain. Saya yakin kau akan mendapatkan orang terbaik yang lebih sempurna dariku, semua ini hanya tentang waktu. Kau hanya perlu menunggu. Untuk sekarang saya akan memaafkan kamu karena sudah berani menyentuh milikmu, tapi jika hal seperti ini terjadi lagi, saya yang akan menghancurkan kamu dengan tangan saya sendiri."
Setelah mengatakan itu semua, Abian segera mengangkat tubuh kecil Keenan didalam gendongan miliknya, berjalan keluar melewati Gibran yang mulai merosot kebawah. Ia tak peduli dengan pemuda itu sekarang, karena yang terpenting Keenan harus baik-baik saja, bahkan luka ditangannya tak ada rasa sedikitpun saking merasa khawatirnya.
Bersambung..
Votmen_
KAMU SEDANG MEMBACA
Dunia-nya Abian {Sequel Responsibility} END✔
Romance"Saya yang sangat mencintainya dengan dalam. yang selalu menjaganya dengan baik, selalu berusaha membuatnya merasa bahagia. Selalu menyukai semua hal tentangnya. Tapi kenapa dia tak pernah melihat itu semua? Semua yang saya lakukan seperti angin lal...