19

727 64 5
                                    

Keenan beranjak dari tempat duduknya untuk mengikuti kemana pria itu akan membawahnya, memang semua ini terkesan sangat tiba-tiba sehingga membuat Abian merasa syok sepertinya, tapi ini lah pilihannya.

Sejak semalam ia bertarung dengan pikirannya antara memilih Abian atau Gibran, ia masih sangat mencintai Gibran sampai detik ini tapi jika harus meninggalkan Abian setelah apa yang terjadi selama ini ia merasa itu semua sangat egois, karena selama ini pria itu selalu mementingkan semua yang dirinya inginkan agar ia bisa merasa nyaman, tanpa meminta imbalan sedikitpun untuk itu semua, sangat egois jika dirinya lebih memilih Gibran.

Bukan tanpa alasan yang jelas ia memilih Abian, karena selama ini mereka sudah tumbuh bersama jadi tak akan sulit untuk membiasakan dirinya agar bisa mencintai pria itu secara perlahan-lahan nantinya, sedangkan Gibran hanya orang baru disini walaupun ia sangat mencintai pria itu, tapi tetap saja orang baru selalu sedikit sulit untuk sepenuhnya dipercayai karena Keenan belum tahu pasti bagaimana sifat dan semua hal tentang pria itu, ia takut nantinya semuanya akan berantakan saat dirinya memilih Gibran sedangkan Abian sudah mulai bersama dengan orang lain, ia tak ingin menyesal nantinya, walau pun nanti pasti dirinya akan sangat menyakiti Gibran karena sudah melakukan ini semua, tapi Keenan tak memiliki pilihan lain sekarang.

Keadaan memaksanya untuk memilih diantara dua pria itu, pria yang sama-sama berarti didalam hidupnya sehingga ini lah pilihannya sekarang. Pilihan yang pasti akan sangat menyakiti Gibran nantinya, Keenan akan dengan perlahan membuat pria itu mengerti.

Sekarang ia hanya akan fokus pada Abian dulu, karena sudah pasti pria yang sudah tumbuh bersama dengannya sejak kecil itu merasa aneh dengan pilihannya sekarang. Ia tak merasa heran akan semua itu, karena baru beberapa hari yang lalu sifatnya masih cuek dan tak menganggap akan keberadaan pria itu, tapi sekarang dengan tiba-tiba ia memutuskan ini semua, wajar saja Abian sekarang merasa bingung atau mungkin salah paham dengan pilihan yang ia ambil sekarang.

"Bisa kamu jelaskan apa yang tadi kamu katakan? Ini bukan permainan pernikahan seperti kita waktu kecil dulu, ini pernikahan asli. Kita akan bersama selamanya jika pernikahan ini sampai terjadi, dan saya cukup tahu tentang apa yang kamu pikirkan. Mungkin karena kejadian semalam, sehingga membuat kamu mengatakan ini semua 'kan? Tolong jangan berpikir tentang apa yang saya lakukan semalam hanya untuk membuatmu merasa kasihan sama saya. Tadi saya sudah menyerahkan semuanya sama kamu, saya ingin kamu menolak semuanya sendiri, karena jika saya yang mengambil keputusan lagi maka saya tak bisa menolak mereka."ujar Abian dengan kalimat yang sangat panjang, saat mereka sampai dihalaman rumah yang terlihat cukup sepi di pagi hari ini.

Keenan mendongak mendengar semua perkataan Abian, ternyata pria itu masih ingat dengan jelas jika mereka pernah melakukan pernikahan main-main saat masih kecil dulu, dan entah kenapa setiap perkataan pria itu ia merasa begitu banyak mengandung makna yang tersembunyi. Abian sebenarnya ingin mereka menikah, tapi pria itu tak ingin membuatnya merasa tertekan seperti dua tahun yang lalu, ia bisa menebak itu semua dari raut wajah Abian yang terasa aneh.

"Lo udah kasih gue keputusan untuk menyetujui ini semua atau nggak. Dan gue memilih untuk menyetujui ini semua, bukan tanpa alasan gue memutuskan ini semua. Sejak semalaman gue mikirkan kemungkinan terbesar saat kedua orang tua gue datang nantinya, antara mereka akan membicarakan tentang pertunangan lagi atau membicarakan tentang pernikahan, semua pemikiran gue ternyata bener karena tadi mereka mengatakan tentang pernikahan kita. Gue sempat bingung antara tetap memilih bersama dengan lo atau memutuskan semuanya setelah apa yang terjadi selama ini,"

Keenan masih menatap kedua mata teduh itu, ia merasa jika Abian tengah fokus mendengarkan apa yang dirinya katakan.

"Berat buat gue buat memilih semua ini karena bagaimana pun Gibran sama gue nggak ada masalah apapun, buat putus gitu aja itu susah. Tapi gue balik mikirin lo, selama ini lo selalu memikirkan semua tentang gue, membuat gue ngerasa nyaman, membuat gue ngerasa senang semua itu lo lakuin buat gue selama ini, dan gue melakukan ini semua sama lo, itu semua sangat egois kan? Gue baru menyadari itu semua sekarang, sampai akhirnya gue memilih untuk tetap bersama dengan lo dan melanjutkan apa yang kedua orang tua kita inginkan, gue bisa belajar buat mencintai lo secara perlahan-lahan nantinya dan berusaha melupakan Gibran juga. Dia emang gue cintai, tapi orang yang mencintai gue jauh lebih penting, karena gue sendiri belom tentu bisa mencintai diri gue sendiri tapi lo tanpa syarat apapun mulai mencintai gue, itu semua cukup buat jadi alasan 'kan?"

Keenan mengambil napas cukup banyak setelah mengatakan kalimat panjang itu, ia masih tetap menatap kedua mata teduh yang sekarang mulai terlihat memerah itu.

"Kamu sedang tak mengeprank saya kan? Sekarang bukan saatnya untuk bercanda,"ujar Abian berusaha menyembunyikan rasa yang ada didalam hatinya sekarang, entah kenapa ia merasa jika apa yang Keenan katakam itu memang tulus, tak ada nada bercanda didalam sana tapi ia hanya ingin memastikan itu semua saja.

Keenan tertawa mendengar itu semua, kenapa Abian salah tingkah malah mengatakan itu semua? Ia tahu jika pria itu tengah salah tingkah sekarang, hanya saja Abian tak ingin mengatakannya.

"Apa wajah gue kelihatan bercanda? Apa perlu gue cium lo sampai lo pingsan biar lo percaya?"ujar Keenan dengan tawa yang masih terdengar, demi apapun ia ingin sekali mencium wajah salah tingkah pria itu hanya saja ia takut dikira agresif nantinya.

Abian menggeleng dengan cepat saat mendengar itu semua, sebelum kembali masuk kedalam rumah meninggalkan Keenan yang tengah tersenyum sekarang, ia merasa gemas sendiri dengan pria itu karena saat salah tingkah maka dia akan bersikap seperti anak kecil.

****

Brak!

"Apa-apaan ini? Kenapa bisa kedua orang tuanya kembali dengan begitu cepatnya? Gue belom membuat anak mereka sengsara sekarang, tapi mereka sudah kembali saja."

Di sebuah ruangan yang terlihat sangat gelap, terlihat seorang pria tengah mengepalkan kedua tangannya saat melihat foto yang baru saja anak buahnya berikan. Semuanya diluar dugaan karena ia mengira semuanya tak secepat itu, tapi nyatanya itu semua salah. Ia tersenyum, karena itu artinya dirinya akan menggunakan rencana cadangan yang sudah lama siap, hanya saja butuh waktu agar semuanya matang. Sekarang permainannya akan berubah, semuanya akan semakin lebih seru lagi nantinya.

Bersambung...

Votmen_

Dunia-nya Abian {Sequel Responsibility} END✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang