21

725 66 19
                                    

Keenan terdiam menunggu kedatangan Gibran sekarang, karena tadi sebelum berangkat ke kampus, ia sudah meminta pria itu untuk bertemu sebentar sebelum memulai jam pelajaran, rasanya sedikit aneh saat akan mengatakan semuanya seperti sekarang karena bagaimana pun diantara mereka berdua tak terjadi hal apapun sehingga rasanya aneh saat ingin mengakhiri semuanya.

Gibran, pria yang baik selama ia mengenal pria itu, sudah pasti dia juga akan mendapatkan orang yang tepat nantinya setelah semua ini selesai, ia tak ingin terus-terusan membiarkan semua ini terjadi karena ada hati yang harus ia jaga dengan baik sekarang, kesadarannya datang tak terlalu lambat hanya saja ia merasa jika semuanya terjadi karena takdir, karena sebelum bersama dengan Gibran ia sama sekali tak menyadari jika kesalahannya pada Abian itu terlalu besar, sehingga saat sudah bersama dengan Gibran semua ini baru terjadi, pasti ada kejutan dibalik ini semua karena ia sama sekali tak pernah membayangkan jika semuanya akan seperti ini.

"Keenan?"

Keenan tersentak mendengar suara itu, ia terlalu larut dalam pikirannya sendiri sehingga tak sadar akan kedatangan Gibran sekarang.

"Bicara kita langsung bicara sekarang?"tanya Keenan secara langsung saat melihat Gibran mulai duduk disampingnya, terlihat pria itu menganguk membuat ia menatap kearah sekitar terlebih dahulu sebelum mulai menatap kearah pria yang sudah mengisi hari-harinya selama beberapa bulan ini.

"Aku ingin kita mengakhiri semuanya sekarang. Aku tak ingin semua ini semakin jauh nantinya sehingga membuatku sulit untuk melepaskan kamu," Keenan menunduk setelah mengatakan itu semua, menunggu reaksi yang akan Gibran tunjukan padanya.

Terlihat pria itu tersenyum tipis tanpa sepengetahuan Keenan, sebelum mengelus rambut tebal pemuda itu.

"Kenapa? Kamu ada masalah? Coba cerita dulu saja, sepertinya masalahmu cukup berat sehingga membuatmu ingin mengakhiri ini semua,"

Jantung Keenan berdetak dengan sangat kencang, kenapa setiap perlakuan yang pria itu berikan selalu membuatnya merasa luluh dan juga nyaman, sifat Gibran sama persis seperti Abian, ramah dan juga penuh dengan kelembutan. Pemuda itu terlihat menutup matanya sebentar sebelum menatap kearah kedua mata Gibran sekarang.

"Aku tak punya pilihan lain selain mengakhiri ini semua, karena kedua orang tuaku sudah menuntukan pernikahanku bersama dengan orang lain. Aku ingin menolak, tapi mereka memaksaku untuk menerima semua ini karena menurut mereka pria itu orang yang baik untukku."ujar Keenan, ia berharap Gibran bisa mengerti sekarang karena bagaimana pun ini semua memang sangat sulit.

"Kenapa kamu tak mengatakan jika sekarang kamu sudah memiliki kekasih? Aku bisa bicara langsung dengan kedua orang tuamu jika memanh mereka ingin kamu menikah, kita bisa menikah,"

Keenan menggeleng, semua yang Gibran katakan nyatanya tak semudah itu semua. Karena kedua orang tuanya hanya ingin Abian, hanya Abian yang bisa bersama dengannya, bukan orang lain.

"Nggak bisa. Mereka sudah menentukan semuanya tanpa aku tahu sedikitpun. Aku harap kamu bisa mengerti dengan semuanya dan belajar melupakan cinta kita walau pun itu sangat sulit, karena aku pun merasakan itu semua tapi kita tak ada pilihan lain sekarang, hanya ini pilihan terbaiknya."ujar Keenan, bahkan sekarang kedua mata bulat itu terlihat memerah karena bingung bagaimana cara menjelaskan semuanya pada Gibran sekarang.

"Baiklah jika itu memang keinginanmu, tapi apa aku boleh meminta sesuatu hal sama kamu sebelum semuanya benar-benar selesai sekarang?"ucap Gibran dengan nada nanar miliknya.

Keenan menganguk dengan cepat, ia akan melakukan hal apapun agar bisa membuat Gibran mengerti. Ia juga ingin mereka melakukan hal bersama sebelum semuanya benar-benar selesai nantinya, karena pria itu masih ia cintai sampai sekarang. Mungkin jika semuanya benar-benar sudah berakhir nantinya, barulah ia akan mulai belajar mencintai Abian penuh hatinya, karena pria itu pantas mendapatkannya.

"Apa kamu bisa ikut bersama denganku untuk menemui kedua orang tuaku sebentar setelah kita pulang nanti? Mereka sangat menyukai kamu sebagai menantu mereka, hanya aja sekarang semuanya sudah tak mungkin lagi, maka dari itu aku ingin kamu melakukan ini semua sebagai kenang-kenangan kita berdua. Kamu mau kan?"

Keenan terdiam beberapa saat mendengar itu semua, ia merasa bingung harus setuju dengan itu semua atau tidak, karena bagaimana pun pasti kedua orang tua Gibran akan merasa sakit saat tahu ini semua, tapi jika mereka tak tahu sekarang maka semuanya akan jauh lebih menyakitkan nantinya. Mungkin ia bisa melakukan ini semua untuk yang terakhir kalinya? Tak ada yang salah untuk ini semua, karena setelah ini, semuanya akan benar-benar selesai nantinya. Ia sudah tak bisa melakukan hal apapun bersama dengan Gibran lagi.

"Oke, nanti kamu tunggu aku digerbang kampus saja setelah jam pulang."

****

Seperti yang sudah ditentukan, sekarang Keenan tengah berada disamping Gibran dengan tatapan mengarah pada jalanan yang mereka lewati. Selama mereka mempunyai hubungan, ia tak pernah datang kerumah Gibran secara langsung karena pria itu melarangnya, tapi sekarang saat semuanya akan berakhir pria itu malah akan membawanya bertemu dengan kedua orang tuanya membuat ia merasa sedikit heran sekarang. Tapi ingin bertanya pun ia rasa itu tak ada gunanya lagi karena sekarang ia juga akan bertemu dengan kedua orang tua pria itu.

Saat mereka sampai disebuah rumah minimalis, Keenan keluar dari dalam mobil, mengikuti langkah Gibran masuk kedalam rumah yang terlihat sangat sepi itu. Ia merasa heran kenapa rumah ini terasa sangat sepi? Bukan kah mereka akan bertemu dengan kedua orang tua pria itu? Lalu kenapa rumah ini terasa sangat sepi?

Keenan terdiam saat mendengar suara pintu tertutup dengan sangat kencang, ia langsung menatap kearah belakang sebelum melihat beberapa teman Gibran juga ada disini.

"Kalian?"tanya Keenan, ia merasa tatapan mereka terlihat sangat berbeda.

Saat kedua mata bulat itu sibuk menatap kearah tiga teman Gibran, tangan kecil itu ditarik dengan sangat kasar sehingga sekarang tubuh kecil itu terjatuh dengan Gibran yang langsung mengcengkam kedua pipi Keenan dengab sangat erat, pemuda itu hanya bisa mengerang saat rasa sakit mulai ia rasakan setelah jauh cukup kuat tadi, tatapan itu mengarah pada Gibran yang tengah menatapnya dengan sangat tajam. Apa apa dengan pria itu? Apa Gibran tengah marah pada dirinya sehingga melakukan semua ini?

"Lo pikir gue bodoh hah? Lo menyembuyikan sebuah fakta kalo lo emang sudah bertunangan dengan pria yang lo panggil om itu. Gue bukan orang bodoh yang tak akan tahu dengan itu semua, bahkan sebelum bertemu dengan lo, gue udah tau Abian duluan. Pria yang sudah berani menolak gue! Menolak seorang Gibran! Dia pikir dia siapa bisa melakukan itu semua hanya demi pemuda menjijikan seperti lo ini?"

Keenan hanya terdiam menahan rasa sakitnya., semuanya terlalu mengejutkan.

Bersambung...

Votmen_

Dunia-nya Abian {Sequel Responsibility} END✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang