14

662 66 3
                                    

"Gue ngerasa kurang nyaman banget sekarang setelah mendengar semua perkataan yang tadi Abian katakan, gue ngerasa jadi murahan banget kalau denger dia bilang itu secara langsung. Selama ini dia nggak pernah tuh bilang hal kek gitu sama gue, entah berkata kasar atau mengatakan hal kayak gitu. Tapi tadi dengan mudahnya, dia bilang hal kayak gitu sama gue, itu artinya gue emang udah terlalu jauh melakukan hal kayak gini kan? Maka dari itu dia bisa bilang semua itu sama gue."

Keenan mulai merasakan sesuatu yang selama ini belum pernah dirinya rasanya, namun ia sendiri bingung perasaan apa ini karena yang jelas saat memikirkan Gibran dirinya pasti akan merasa kurang nyaman sedangkan saat memikirkan Abian ia mulai merasa sedikit lebih baik, entah perasaan macam apa ini karena setelah perkataan itu ia mulai sedikit sadar sekarang.

Prang!

Tubuh kecil itu tersentak saat mendengar suara yang seperti benda yang terjatuh dari lantai atas, pikirannya langsung mengarah pada Abian yang tadi pergi dalam keadaan marah, dengan perasaan campur aduk Keenan langsung berlari ke lantai atas untuk melihat apa yang tengah terjadi.

Ia terdiam didepan pintu kerja Abian saat melihat apa yang tengah pria itu lakukan, disana tepatnya didepan cermin yang ada didalam ruang kerja pria itu, Abian tengah menunduk dengan menatap pecahan kaca yang ada didekat kakinya, tangan pria itu terlihat banyak mengeluarkan darah, membuat Keenan takut bukan main.

Selama hidup bersama dengan pria itu ia tak pernah melihat Abian melukai dirinya sendiri seperti ini, karena yang ia tahu hanyalah pria itu selalu pergi setiap kali merasa kesal dengan dirinya, mungkin hal seperti ini juga sering Abian lakukan 'kan?

Kedua mata bulat Keenan berkaca-kaca melihat itu semua, ia tahu jika ini semua karena dirinya, mungkin jika ia tak banyak tingkah maka Abian tak akan melakukan ini semua.

Keenan berlari, memeluk tubuh pria itu dengan sangat erat, isakan pelan ia keluarkan karena merasa takut sekarang, ini pertama kalinya ia melihat hal seperti ini dan itu sangat menakutkan.

Tubuh Abian tersentak saat merasa ada seseorang yang tengah memeluknya dengan sangat erat dari belakang, ia menatap kearah bawah dimana ada banyak pecahan kaca dan juga darah dari tangannya bercampur disana, ia menutup kedua matanya saat mendengar suara tangisan dari Keenan. Ia tak pernah ingin pemuda itu tahu tentang apa yang selalu ia lakukan jika merasa semuanya terlalu menyakitkan, ia sering melakukan hal seperti ini jika pikirannya terasa sangat membingungkan, tak ada yang tahu tentang kebiasaannya ini selama ini karena hal seperti ini baru ada sejak ia bersama dengan Keenan.

"Pergi ...."

Abian mengatakan itu semua karena tak ingin Keenan merasa prihatin dengan dirinya, dan ia juga tak ingin melukai pemuda itu jika dalam kondisi seperti ini, lebih baik pemuda itu tak ada disini sekarang karena ini akan membahayakan pemuda itu.

Pelukan itu semakin mengerat, membuat Abian mengepalkan kedua tangannya, mengabaikan rasa sakit yang ada disana, ia tak ingin melukai Keenan sekarang.

"Jangan kayak gini .... gue takut .... "

Hanya itu yang Keenan lakukan, ia berharap dengan mengatakan itu semua maka Abian akan merasa sedikit tenang karena demi apapun ia tak tahu bagaimana cara membuat orang tenang jika dalam kondisi seperti ini.

"Pergi Keenan, saya tak ingin melukai kamu ..."ujar Abian dengan kedua mata memerah miliknya, semuanya terasa begitu menyakitkan, ia telah gagal melakukan tugasnya selama ini.

"Nggak! Gue nggak bakalan tinggalin lo sekarang, gue mohon jangan lakuin ini lagi,"ujar Keenan dengan sangat pelan, bahkan tubuhnya terlihat bergetar sekarang karena terlalu takut dengan semua ini, Abian yang dirinya kenal selama ini bisa melakukan hal gila seperti ini.

"Keenan pergi, saya tak ingin melukai kamu sekarang. Pergi keluar dari dalam sini, biarkan saya menenangkan pikiran saya terlebih dahulu."ujar Abian dengan melepas dengan kasar pelukan milik Keenan, tubuh tinggi itu berbalik menatap kearah kedua mata bulat yang masih terus menangis sekarang.

"Tenangin diri nggak kayak gini! Lo bisa cerita sama orang, lo bisa keluar tenangin pikiran lo. Bukan ngelukai diri lo sendiri kayak gini! Lo bilang gue bodoh kan? Lo lebih bodoh karena melakukan semua ini karena marah sama gue, kenapa lo nggak lukai gue aja? Biar lo bisa lebih tenang karena ini semua terjadi karena gue kan? Lakuin itu, lukai gue sekarang jika itu bisa buat lo tenang, la-"

Keenan terdiam saat Abian mencium bibirnya dengan cepat, pria itu sekarang menatapnya dengan dalam sehingga membuatnya tak bisa berkata-kata lagi sekarang.

"Saya tak bisa melukai seseorang yang sangat berarti didalam hidup saya. Mungkin kamu hanya menganggap saya teman atau orang asing saja selama ini, tapi tidak dengan saya. Sejak dulu saya menyukai kamu, tak ada yang tahu tentang ini semua selain diri saya sendiri. Saya sudah berusaha untuk membuang semua perasaan ini jauh-jauh tapi itu semua sangat sulit, saya tak bisa melakukan itu semua. Saya selalu ingin semua hal terbaik ada untukmu selama ini karena saya menyukai kamu, setiap hal tentangmu sangat saya sukai selama ini. Saya tak pernah berani mengatakan ini semua karena tak ingin kamu pergi, tapi setelah apa yang terjadi sekarang saya tak bisa lagi menyimpan semua ini sendirian, rasanya sangat menyakitkan saat melihat seseorang yang sangat saya jaga dan juga cintai selama ini telah melakukan hal yang seperti ini bersama dengan orang lain. Saya merasa gagal,"

Abian mengatakan itu semua dengan kedua mata memerah miliknya, sedangkan Keenan hanya terdiam saat mendengar itu semua bahkan sekarang ia mulai memundurkan langkahnya sebelum berlari keluar dari dalam ruangan ini meninggalkan Abian sendirian disana.

Pria itu menutup kedua matanya, membiarkan air mata yang sejak tadi ia tahan turun. Semua yang selama ini dirinya simpan sekarang sudah terungkap, tak ada lagi hal yang dirinya sembunyikan sehingga rasanya sedikit melegakan, walaupun untuk itu semua ia harus melihat tatapan sulit diartikan dari Keenan. Sejak tadi pemuda itu tak ingin pergi dari sini karena takut ia melakukan hal gila seperti tadi lagi, tapi saat dirinya mengatakan itu semua pemuda itu langsung pergi.

Mungkin Keenan merasa kecewa dengan dirinya yang sudah lancang mencintai pemuda itu selama ini. Tapi Abian bisa apa? Hatinya selalu menginginkan pemuda itu agar selalu bersama dengannya, ia selalu menyukai semua hal tentang pemuda itu.

Ia semakin jatuh dalam pesona pemuda itu setiap harinya, sehingga sekarang semuanya sudah ia katakan. Mungkin setelah ini semuanya akan berubah lagi, ia akan menyiapkan hatinya untuk itu semua walaupun itu sangat susah.

Bersambung...

Votmen_

Dunia-nya Abian {Sequel Responsibility} END✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang