Brak~
Pintu mobil tertutup dengan kasar, setelah terparkir sempurna di parkiran apartemen. Pemilik mobil memegangi kepalanya yang terasa pening akibat minuman alkohol yang baru saja dia konsumsi. Dia dengan perlahan, berjalan sempoyongan memasuki lift untuk segera pergi ke kamarnya.
Sampai di lantai tempat kamar apartemennya berada, dia melanjutkan jalan dengan sesekali memegang tembok untuk menahan tubuhnya yang terasa oleng. Dia mengeluarkan kartu akses setelah merasa berada di depan pintu kamarnya. Namun, pintu tak kunjung terbuka setelah orang itu memasukkan kartu aksesnya.
"Njir! Kenapa sih ini? Ayo dong cepet, kepala gue pusing banget!" Orang itu masih berusaha berkali-kali memasukkan kartu akses.
"Apa jangan-jangan di dalam ada orang?" Pikiranya. Dia memencet bel berkali-kali, jika benar ada orang, berharap pintu ini segera di buka. Kepalanya semakin pening. Pandangannya pun sudah semakin kabur, kakinya mulai goyah. Saat pintu terbuka, dia ambruk tak sadarkan diri.
"Ck! Merepotkan. Siapa perempuan ini?" Bingung pemilik kamar yang asli.
~PHOBIA~
Seorang perempuan mulai terbangun dari tidurnya. Kepalanya terasa sangat pening, pengelihatannya pun masih kabur belum kembali normal. Perlahan rasa kabur itu mulai menghilang, melihat ada segelas air di atas nakas, dia meminumnya, untuk membasahi tenggorokkannya yang kering.
"Ahh~" desahnya lega.
Dia memperhatikan sekitar, belum sadar dengan apa yang terjadi sekarang. Namun, beberapa detik kemudian, matanya membulat! Melihat banyaknya sampah yang berserakan di lantai kamar dan tempat ini sangatlah bau!
"AAAAA! GUE DIMANAAA?!" Teriaknya terkejut. Dirinya langsung merasa mual dan tak nyaman dengan keadaan seperti ini. Bagaimana tidak? Dia seorang penderita Mysophobia, melihat debu sedikit saja langsung ingin membersihkan hingga kinclong, kini dia malah berada di tempat yang mirip dengan pembuangan sampah!
"INI BUKAN APARTEMEN GUEE! GUE DIMANA?!" histerisnya. Seketika dia mengingat kejadian sebelum dirinya pingsan. Dia berdiri di depan pintu apartemen yang dia kira apartemennya. Dia menyibak selimut yang membungkusnya, dan ternyata baju atasnya sudah terganti.
"AAAAAAAAAAAAA!" Dia semakin histeri! Apa semalam dia diperkosa?
Teriakannya membuat sang pemilik kamar yang asli menampakkan diri dengan wajah bantal, karna baru saja bangun tidur. "Berisik! Bisa diam tidak?! Udah masuk tanpa izin! Bikin rusuh lagi! Keluar anda dari tempat saya sekarang!" Usir pemilik kamar.
"AAAAA! LO SEMALEM MERKOSA GUE YA?! KOK BAJU GUE UDAH GANTI?!"
"Punya mulut dijaga! Saya sudah berbaik hati gantiin baju anda karna terkena muntahan, sekarang malah nuduh saya yang nggak-nggak."
"BERARTI LO BENER YANG GANTIIN BAJU GUE?! LO TAU DONG DALEMAN GUE?!"
"Bra warna merah marun," jawabnya santai.
"LELAKI BIADAB! PERGI LO DARI TEMPAT GUE!" usirnya.
"Perempuan gila! Anda yang harusnya keluar, ini kamar saya!" balas lelaki yang memiliki kamar ini.
Damn! Ternyata perempuan ini salah kamar. Dia tentu merasa malu. Sudah malu perkara baju, kini ditambah malu salah masuk kamar. "Apartemen udah kayak tempat sampah! Kotor banget! Huek~" kini dia kembali merasa mual melihat sampah-sampah di lantai.
"Keluar anda dari kamar saya!"
"Tanpa lo suruh gue juga bakal keluar!" Perempuan ini meski masih merasa pening, dia berusaha berjalan keluar. Tak lupa mengambil tasnya yang berada di atas nakas. Dia sangat merasa mual dan pusing saat keluar dari kamar malah sampah semakin banyak. Dia buru-buru berlari mencari pintu keluar. Dia butuh tempat bersih!
Perempuan ini mengatur napasnya saat berhasil keluar dari apartemen lelaki kotor itu. "Sumpah! Kok ada ya cowo modelan kayak gitu! Jorok banget!"
"Woi!" Perempuan itu kembali menoleh ke arah apartemen milik lelaki tadi. "Milik lo!" Lelaki itu kemudian melempar sebuah kresek berwarna hitam yang langsung di tangkap oleh sang perempuan dengan cekatan. Pintu kembali tertutup setelahnya.
"Nyebelin banget! Gue sumpahin ga dapet jodoh lo!" kata Perempuan itu. Saat melihat isi kresek itu ternyata baju kotor miliknya semalam. Kepalanya jadi mengingat apa yang lelaki itu katakan, bahwa dialah yang menggantikan baju.
"Sialan!" Kesalnya, kemudian memasuki lift dan menuju lantai tempat apartemen yang sebenarnya.
~PHOBIA~
"Halo Chika, gimana lo aman sampai apartemen kan?"
"Gue aman kok Dey," jawab perempuan yang bernama Chika pada sahabatnya yang bernama Dey.
"Syukurlah. Gue khawatir lo kenapa-napa di jalan."
"Aman kok, sekarang gue dah di apartemen. Habis mandi nih, tapi ada insiden semalem," kata Chika sambil melakukan kegiatan mengeringkan rambut.
"Insiden apa?" Akhirnya Chika menceritakan semua kepada Dey, tentang apa yang dialami semalam yang salah masuk kamar dan bertemu lelaki jorok itu.
"Gilak! Tapi lo ga diapa-apain kan sama dia?"
"Nggak sih, aman. Badan gue ga ada yang sakit, jadi dia kayaknya bener-bener baik."
"Untung aja. Kalau dia macem-macem langsung laporin aja Chik. Inget lo itu artis."
"Iya-iya Dey, gue tau kali."
"Yaudah kalau gitu. Gue ada urusan nih, udahan ya," pamit Dey.
"Okey!"
Panggilan berakhir. Chika menghembuskan napas dan memandang dirinya sendiri di depan kaca rias.
"Kok bisa ya cowo itu tinggal di tempat kayak gitu? Kok bisa betah? Gue aja yang lihat risih! Pengen banget ngebersihin! Gue ga suka lihat kotoran sedikitpun! Gue harus bersihin kamar dia!" Monolog Chika dengan yakin.
New story. Cerita gajelas yang kesekian. Cuma iseng doang publish, urusan update gatau kapan. Tergantung mood wkwkwk. Sabar sabar ya kalian.
Dah gitu aja maap buat typo.
Babay kecebongku:*
KAMU SEDANG MEMBACA
PHOBIA [END]
Teen FictionBagaimana jadinya jika seseorang penderita Mysophobia bertemu dengan seseorang penderita Agoraphobia? Bagaimana awal dari pertemuan mereka berdua?