Sayup-sayup Chika mendengar alarm jam yang berbunyi di sebelah telinganya. Dia lalu membuka mata merasakan pening di kepala. Memeperhatikan sekitar yang jelas bukan kamarnya. Ini kamar Zeevano, dia ingat betul. Sejenak merasa dejavu saat dia terbangun di tempat yang asing dengan baju yang sudah terganti. Jika dulu bajunya berganti karena digantikan Zeevano, kini secara sadar Chika ganti baju sendiri semalam.
Chika menyingkap selimut yang digunakan. Tangannya bergerak mematikan alarm yang sedari tadi masih berbunyi nyaring. Kemudian berdiri dan beranjak mencari keberadaan Zeevano yang ternyata tertidur di atas sofa. Padahal masih ada satu kamar kosong, tapi Zeevano malah suka sekali tidur di sofa.
"Zee, bangun." Chika menggoyangkan tubuh Zeevano agar terbangun dari tidurnya. Zeevano yang tipe orang gampang terbangun pun kini membuka matanya dan menggeliat. "Udah bangun daritadi?" tanya Zeevani dengan suara khas bangun tidur. Chika suka sekali mendengar suara Zeevano yang seperti ini.
"Barusan," jawab Chika sambil mengusap rambut Zeevano yang mulai terasa tebal. "Nanti mandi keramas ya. Udah waktunya lo keramas," kata Chika. Zeevano hanya mengangguk saja. Chika beranjak ke dapur. Membuka kulkas melihat apa saja yang bisa diolah sebagai sarapan, sambil menyanggul rambutnya, agar tak menganggu kegiatannya memasak.
Chika mengeluarkan beberapa sayuran, dia berencana membuat sop. Chika mulai mengupas dan memotong bawang. Kemudian mencuci sayuran berupa wortel, kul dan lain-lainnya, lalu memotong-motongnya. Setelah semua siap, Chika menyalakan kompor, menyiapkan wajan dan minyak lalu mulai menumis bawang terlebih dahulu. Sedang fokus memasak, tiba-tiba Chika merasakan sepasang tangan melingkar diperutnya, disusul dagu yang menempel di pundaknya. Sudah tau siapa pelakunya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
(Dri pinterest)
"Wanginya," ucap Zeevano.
"Bau bawang goreng memang wangi," balas Chika.
"Bukan bawangnya, tapi kamu," kata Zeevano.
"Apa sih. Gue belum mandi, masih bau," elak Chika. Sebenarnya dia sudah malu dibilang gitu sama Zeevano.
"Wangi kok. Aku suka," kata Zeevano lagi.
"Mandi sana gih. Nanti habis makan pasti udah mateng dan lo bisa sarapan," perintah Chika.
"Nanti aja. Aku masih mau kayak gini." Sejak pengungkapan Chika semalam, Zeevano jadi merasa senang dan bahagia. Meskipun tak tau Chika berkata seperti itu sadar atau tidak semalam. Zeevano mencoba ingin memastikannya. "Chika, yang kamu bilang semalem jujur ga?" tanya Zeevano.
"Semalem yang mana?"
"Yang sebelum kamu tidur." Chika terdiam. Dia mencoba mengingat apa yang terjadi semalam, tapi dirinya benar-benar tak ingat. Waktu dia bisa tidur semalam saja dia tak ingat. "Yang mana Zee? Aku ga inget aku semalem ngapain aja," kata Chika.
Hal itu membuat Zeevano melemas. Berarti yang dikatakan Chika semalam bisa saja tidak serius, bisa saja hanya omongan orang nglantur yang sedang mabuk. Perlahan Zeevano melepaskan pelukannya. "Aku mandi dulu," kata Zeevano pelan, lalu pergi.
Chika yang melihat Zeevano tiba-tiba merasa sedih, dia jadi bingung apa yang dikatakan semalam. "Gue ngomong apaan sih?? Pakek segala lupa lagi." Chika menggaruk kepalanya bingung. Berusaha mengingat apa yang terjadi semalam.
Zeevano benar-benar pergi mandi. Dia membiarkan tubuhnya dibasahi oleh air. Berdiri diam di bawah guyuran air shower. Merenungu perasaanya. Haruskah dia mengungkapkan perasaanya pada Chika? Jujus saja Zeevano sudah dibuat jatuh hati dengan Chika, tapi dirinya merasa kurang pantas untuk Chika. Chika seorang artis, sedangkan dia hanya penulis, dan em meskipun punya bisnis lain juga, tapi masih saja merasa tak pantas untuk Chika. Namun, jika tidak segera mengungkapkan pada Chika, dia takut Chika diambil oleh orang lain. Zeevano tak mau itu terjadi.
Tok tok tok~
"Zee, buruan mandinya. Jangan lama-lama nanti lo masuk angin," kata Chika dari luar.
Chika di luar sudah menyiapkan makanan. Semua sudah siap tinggal menunggu Zeevano untuk menyelesaikan mandinya. Saat memasak dia sambil mengingat-ingat apa yang terjadi semalam. Hingga akhirnya dia mengingatnya, mulai dari ciuman dan juga ungkapab perasaanya. Jujus Chika malu! Di taruh mana mukanya setelah ini? Dia merasa malu bertemu dengan Zeevano.
Namun, dia juga merasa bersalah membuat Zeevano sedih karena dia sempat melupakan itu. Kalau dia aja sampai sedih gitu, berarti dia juga punya perasaan yang sama dong? Batin Chika. Tapi apa mungkin?
Pintu kamar mandi terbuka, Zeevano kini telah selesai mandi. Rambutnya basah, sudah pasti dia habis keramas menuruti perkataan Chika. Dia langsung bergabung dengan Chika, tanpa menyingkirkan handuk yang tersampir dipundaknya. Chika yang melihat rambut Zeevano masih basah berinisiatif membantu mengeringkan dengan handuk. Sedangkan Zeevano mengambil makan untuk dirinya sendiri tanpa bersuara. Ini adalah gestur ngambek dari Zeevano.
"Lo ngambek ya?" Tanya Chika.
"Nggak."
"Jangan ngambek dong. Gue minta maaf karna lupa sama apa yang gue lakuin semalam. Kasih tau gue memangnya gue ngapain semalam?"
"Ga tau."
"Ck, nyebelin deh!" Chika duduk setelah rambut Zeevano tak sebasah tadi. Dia ikut mengambil makan dan bergabung. "Gue ada pesen tv. Nanti dianterin, sekalian gue minta benerin tvnya," ungkap Chika.
"Iya, makasih. Nanti aku ganti uangnya," kata Zeevano terkesan cuek. Chika mendesah kasar, tak tau lagi apa yang harus dia lakukan.