Sedari tadi pagi, Chika sangat betah sekali di apartemen Zeevano. Dia merebahkan diri di kasur kamar Zeevano, sedangkan pemilik kamar lagi-lagi berkutat dengan laptopnya. Zeevano membiarkan saja apa yang ingin Chika lakukan, tapi di kepalanya berpikir mengapa Chika bisa begitu betah di apartemennya dari pada apartemen Chika sendiri?
Zeevano menghentikan gerakan jarinya, istirahat sejenak. Dia memutar kursi putarnya menghadap kasur. Chika dengan posisi tengkurap membaca buku novel yang ditulis Abas.
"Kalau baca posisinya yang benar, biar ga sakit," kata Zeevano. Chika mengangkat kepalanya menatap Zeevano.
"Lagi pengen kayak gini. Ga sering kok," jawab Chika, lalu melanjutkan bacanya.
"Kamu masih betah di sini?" tanya Zeevano.
"Masih. Kenapa?"
"Ga papa. Kamu ga kerja kah? Kok santai banget hari ini," tanya Zeevano lagi.
"Lagu free. Kamu beneran ga tau gue siapa?" tanya Chika. Dia masih terheran-heran dengqn Zeevano, masa artis sekelas Chika tidak dikenali oleh Zeevano.
"Kamu, Chika," jawah Zeevano.
"Bukan itu. Oke, sekarang buka ponsel lo, ketik nama gue di google," perintah Chika.
"Buat?"
"Lakuin aja dulu. Nanti lo bakal tau siapa gue," kata Chika.
Zeevano mengikuti apa yang Chika katakan. Dia membuka google dilaptopnya, lalu menuliskan nama panjang Chika di sana. Hingga hasil ditemukan. Mata Zeevano membulat mengetahui ternyata Chika adalah seorang artis. Terlalu nolebnya Zeevano membuat dirinya tak tau siapa Chika. Zeevano beralih menatap Chika kembali.
"Udah tau sekarang?" tanya Chika.
"Ya, aku udah tau. Kamu seorang artis?"
"Benar. Akhirnya lo tau juga."
"Kenapa kamu mau berteman sama aku yang orang biasa seperti ini? Bukankah, kamu harus menjaga privasi dan juga jarak dari orang-oranga sing. Kamu tidak takut kalau aku bisa saja menyebarkan hal buruk tentangmu?" beberapa pertanyaan langsung Zeevano ajukan untuk Chika.
"Pertama, gue mau berteman dengan lo karna itu mau gue. Kita sama-sama manusia dan gue cukup nyaman saat bersama lo. Ke-dua, gue percaya sama lo. Gue percaya kalau lo orang baik-baik dan ga mungki lakuin hal sejahat itu," jawab Chika dengan yakin.
"Tapi aku hanya orang biasa dan kamu seorang artis. Bukankah, jika dibandingkan saja sudah sangat terlihat perbedaan kita?" jujur Zeevano merasa insecure.
"Jangan bahas tentang itu. Kita sama-sama makan nasi. Selagi gue nyaman sama lo, ga ada salahnya gue mau berteman sama lo. Gue harap setelah ini, lp masih mau berteman sama gue. Jangan jadikan perbedaan profesi sebagai perbandingan," kata Chika lagi.
~PHOBIA~
Semenjak itu hari-hari berlalu, Chika dan Zeevano semakin dekat. Chika tak segan terus bermain di apartemen Zeevano bahkan sampai menginap. Namun, untuk hari ini Chika tak bisa berkunjung di pagi atau siang hari, dikarenakan adanya jadwal shoting film yang harus dia kerjakan.
"Cut! Shot hari ini selesai. Selamat beristirahat dan hati-hati diperjalanan pulang, kita bertemu lagi besok siang," kata sang sutradara.
Chika diikuti asistennya masuk ke dalam ruang ganti, tapi sebelum itu dia membersihkan make up nya, karena masih ada orang di bilik ganti. Shoting kali ini baru selesai di jam 10 malam. Hampir larut.
"Chika mau mampir makan dulu ga?" Tanya asisten Chika yang bernama Mira yang umurnya tak berjarak cukup jauh.
"Ga usah, langsung pulang aja, gue udah cape," jawab Chika.

KAMU SEDANG MEMBACA
PHOBIA [END]
Teen FictionBagaimana jadinya jika seseorang penderita Mysophobia bertemu dengan seseorang penderita Agoraphobia? Bagaimana awal dari pertemuan mereka berdua?