~PHOBIA~
"Aku tidak bisa pulang sekarang aku sibuk!"
"Sibuk apa? Papa tau hari ini kamu kosong, tidak ada jadwal shoting, jadi pulanglah sebentar Chika. Jangan sampai kau tidak pulang dan menjadi anak durhaka!"
"Aku tidak akan pulang selagi Papa terus mendesakku menerima perjodohan gila itu. Chika tidak akan mau!"
"Ini demi kebaikan kamu Chika, demi kebahagiaan kamu juga!"
"Kebahagiaanku atau kebahagiaan Papa? Sudah cukup! Jangan ganggu Chika!"
Chika mematikan panggilan sepihak lalu mematikan data internetnya. Dia yakin Papanya itu akan kembali menerornya dengan telfon karna pembahasan mereka belum usai. Chika melemparkan ponselnya ke depan dan menyandarkan tubuhnya di kepala kasur dengan bersedekap dada. Wajahnya kesal.
"Kenapa?" tanya Zeevano yang memperhatikan Chika sejak melakukan panggilan. Dia duduk di meja kamar biasanya dengan laptop yang masih menyala.
"Bokap gue nelpon. Ngeselin banget, udah tua padahal," kesal Chika. Seperti biasa, Chika akan menyempatkan untuk berkunjung di tempat Zeevano. Sekarang dia malahan sering menghabiskan waktu di apartemen Zeevano jika tak ada jadwal, daripada keluar jalan-jalan. Ya masih juga sesekali keluar jalan-jalan, tapi tak sesering sebelumnya.
"Jangan seperti itu. Dia ayah kamu," tegur Zeevano.
"Biarin aja," acuh Chika.
"Memangnya ada apa? Kenapa kamu sampai kesal seperti itu?" tanya Zeevano. Dia siap mendengarkan cerita dari Chika, jika Chikanya mau cerita.
"Papa gue sampe sekarang masih ngebet banget mau jodohin gue sama rekan kerjanya. Katanya buat kebahagiaan gue, tapi itu semua bohong. Dia mau jodoin gue cuma biar perusahaanya semakin naik. Apa salahnya tinggal minta duit ke gue kalau butuh tambahan dana. Ga perlu pakek segala jodoh-jodohin, ngeselin banget," ungkap Chika tersirat kekesalan.
"Coba jelasin ke papa kamu secara halus, kalau kamu bener ga mau dijodohin dan stop untuk melakulan perjodohan," saran Zeevano.
"Udah Zee, gue udah berulang kali ajak Papa ngobrol, tapi ga digubris juga. Ngeselin banget ih!" Raut Chika semakin nampak jika dirinya kesal. Zeevano yang melihatnya tersenyum tipis.
"Mungkin papa bakal berhenti jodoh-jodohin gue, kalau gue punya pacar deh," pikir Chika. Sebuah ide terlintas di pikiran Chika. Dia memperhatikan Zeevano dengan seksama dan penuh arti.
"Ke-kenapa?" Gugup Zeevano karna mendapatkan tatapan dari Chika.
"Lo mau ga jadi pacar pura-pura gue? Paling ga sampe gue, terlepas dari kelakuan Papa yang ngeselin itu." Itulah ide yang Chika dapatkan, yaitu menjadikan Zeevano sebagai pacar pura-puranya.
"Ka-kamu jangan aneh-aneh. Aku ga mau," jawab Zeevano gugup. Dia memperbaiki duduknya kembali menghadap laptop.
"Ayolah Zee, bantu gue. Tenang aja, gue bakal bayar kok, kalau lo mau jadi pacar pura-pura gue," kata Chika sambil berjalan menghampiri sampai di sisi Zeevano.
"Tidak Chika, aku tidak mau," jawab Zeevano lagi.
"Ck, ah lo mah ngeselin!"
Zeevano hanya diam tak menanggapi. Chika melihat laptop Zeevano sekilas, yang menampakkan rangkain kalimat di layarnya. "Yang lo kerjain selama ini apa sih? Kayaknya sibuk banget. Kenapa, ga mau kasih tau gue?" kepo Chika.
Zeevano langsung menutup laptopnya, berharap Chika tak membawa apa yang dia tulis. "Bukan apa-apa. Em, aku lapar, aku ingin makan," ungkap Zeevano. Biasanya jika Zeevano sudah berusara lapar, Chika dengan sigap akan menyiapkan Zeevano makan.
"Lo laper? Gue siapin makan, ayo ke dapur," kata Chika. Zeevano lebih dulu beranjak keluar kamar. Sedangkan Chika masih diam di tempat. Tatapannya beralih pada laptop Zeevano yang kini tertutup. Karna rasa penasarannya yang tinggi, Chika dengan lancang membuka laptop Zeevano dan mulai mencari apa yang Zeevano kerjakan. Mata Chika melihat apa yang telah dia baca.
Sedangkan di sisi lain Zeevano sudah menunggu Chika di dapur. Hari ini memang Chika tak memasak, pagi tadi mereka memesan makan secara online, jadilah sekarang karna Zeevano lapar, sebelum makan harus masak terlebih dahulu. Dia bingung mau masak apa.
"Masak apa yang gampang? Apa mie aja ya? Chika mana, kok belum nyusul?" bingung Zeevano. Panjang umur yang dibicarakan langsung muncul. Chika jalan tergesa dengan membawa laptop milik Zeevano.
"Kamu ngapain bawa laptop aku?" Tanya Zeevano.
"Jujur sama gue sekarang! Selama ini ternyata lo Abas?! Penulis yang gue idolain?!" Cerca Chika dengan tatapan penuh harap.
"M-maksud kamu apa sih? Kamu laper ya? Efeknya kok sampai gini," gugup Zeevano.
"Ga usah ngelag lagi! Jadi kerjaan lo selama ini itu, ini? Nulis kelanjutan cerita love story S2? Jawab gue, Zee! Gue mau lo jangan bohongin gue lagi!"
Merasa tak ada gunanya lagi Zeevano mengelak, akhirnya dia memilih jujur saja jika memang dia adalah Abas sang penulis cerita love story yang Chika maksud. "Hufft, iya deh aku jujur. Aku Abas, penulis cerita yang kamu maksud. Tapi aku mohon, rahasiain hal ini, aku ga mau banyak yang tau tentang aku," ungkap Zeevano.
"Kenapa lo ga mau terpublish?"
"Aku malu," cicit Zeevano.
"Malu? Apa yang lo maluin? Lo ganteng, manis, gemoy, pinter, jago bikin cerita, minusnya cuma jorok gitu aja, tapi it's oke, terus ngapain lo malu Zee?" heran Chika. Zeevano yang mendengarnya merasakan panas dipipinya.
"Biarkan mereka mengenal aku dengan sisi yang tertutup," sahut Zeevano.
"Sampai kapan?"
"Sampai nanti aku berani menghadapi dunia ini lagi. Sampai merasa nanti phobia aku hilang," jawab Zeevano.
Chika menatap Zeevano dengan tercengan, tapi ada rasa kagum karna yang berada dihadapannya ini adalah idolanya. Abas! Mimpi apa Chika semalam, sampai bisa bertemu dengan Abas. Lelaki yang dia urus disetiap harinya ternyata Abas!
"Tapi Zee, kenapa nama penulis yang lo pakek itu Abas?" tanya Chika.
"Aku ambil dari nama panjang aku. Asazeevano Baskara. Dari huruf A dan Bas, jadi Abas," jelas Zeevano.
"Gilak! Gue ga nyangka lo Abas! Zee tanda tanganin baju gue sekarang," pinta Chika dengan raut wajah menggemaskan. Zeevano sampai harus menahan senyum dengan menggigit bibir dalamnya. Dia gemas melihat Chika yang seperti ini.
Ternyata Zeevano itu Abas.
Jaga kesehatan ya ges, rawan sakit nih.
Pada akhirnya pun gue tumbang, sakit. Ah ga enak banget!
Dah gitu aja maap buat typo.
![](https://img.wattpad.com/cover/360061281-288-k775406.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
PHOBIA [END]
Novela JuvenilBagaimana jadinya jika seseorang penderita Mysophobia bertemu dengan seseorang penderita Agoraphobia? Bagaimana awal dari pertemuan mereka berdua?