21

2.8K 323 13
                                    

~PHOBIA~

Zeevano dan Chika sekarang sudah berhasil kembali di apartemen Zeevano. Chika sangat lega akhirnya bisa lolos dan kembali bertemu dengan Zeevano. Tak menyangka sekali Zeevano berani bertemu orang tua Chika, bahkan berani membawa kabur Chika.

"Aku ga nyangka kamu seberani itu, sampai bawa aku kabur," celetuk Chika memecah keheningan. Posisi mereka duduk di depan tv yang mati, dengan Chika yang berada di atas pangkuan Zeevano.

"Kalau aku ga bertindak kayak gitu yang ada kamu lanjut dijodohin sama Oniel. Aku ga mau," jawab Zeevano.

"Hampir aja, untung kamu dateng tepat waktu," kata Chika.

"Yah, ga salah aku naik mobil ugal-ugalan."

"Hey! Kamu ugal-ugalan di jalan?"

"Iya. Kalau ga gitu aku ga cepet sampenya di rumah kamu."

"Kamu tau darimana rumahku?" tanya Chika, karenakan Zeevano belum pernah pergi ke rumahnya. Lalu bagaimana Zeevano bisa sampai sana?

"Tadi sempet minta ke temen kamu, Dey. Terus dia kasih dan ternyata tujuan kita sama ke rumah kamu," jelas Zeevano.

"Eumm, aku seneng banget bisa meluk kamu lagi! Maaf semalem ga jadi jalan malam mingguan," sesal Chika ditengah pelukannya. Padahal jarang sekali mereka keluar, karena kesibukan Chika.

"Kita bisa keluar lain waktu. Yang terpenting perjodohan kamu batal. Dan eum, Chika, jadi bener kalau diperut kamu sekarang ada anak aku?"

"Iya! Di sini ada anak kita," jawab Chika senang. Dengan gemetar tangan Zeevano mengusap perut Chika yang masih rata. Dia masih tidak percaya dengan hal ini. "Astaga, aku akan menjadi seorang ayah?"

"Ga sabar denger anak kita nanti panggil kita Mama dan Papa, atau Mommy, Daddy?" Kata Chika.

"Aku masih ga nyangka perbuatan kita bisa menghasilkan seorang anak," kata Zeevano dengan polosnya.

"Ya bisalah sayang. Kita melakukan hal dewasa dan tanpa pengaman. Tak menutup kemungkinan kalau itu akan jadi. Dan inilah bukti hasilnya," jelas Chika.

Zeevano memang senang dengan kehadiran satu nyawa diperut Chika. Namun, di sisi lain dia khawatir dengan karir Chika. Pasti dunia luar akan terkejut mendengar hal ini. Pasti akan ada oknum-oknum yang menyudutkan Chika, karena hamil di luar nikah. Zeevano takut karir Chika akan hancur. "Gimana dengan karir kamu, Chik? Kamu artis, aku takut tanggapan para fansmu atau orang lain akan menyakitkan. Dan bagaimana jika setelah ini karir kamu hancur, karena kamu hamil di luar nikah?"

"Apa peduliku? Yang terpenting aku bisa sama kamu," jawab Chika dengan santainya. Dia terlihat tidak takut sama sekali dengan anggapan orang-orang luar nantinya. "Lagian ada jalan keluarnya sayang. Kita bisa nikah dan semua akan mengira kalau aku hamil karena sudah menikah. Tak ada yang mempermasalahkan itu jika kita menikah," lanjut Chika.

"Aku ingin nikah sama kamu, tapi bagaimana dengan ayahmu? Sepertinya dia tidak suka denganku, terlihat dari tatapannya."

"Ya itu tugasmu. Cari cara agar Papa luluh dan restuin kita berdua," jawab Chika.

Ting tong~

Bel berbunyi. Mereka saling beradu pandang, seakan bertanya siapa yang berkunjung? Apa orang tua Chika menyusul mereka? Tapi ini apartemen Zeevano, seharusnya tidak ada yang tau jika mereka berada di sini.

"Siapa?"

"Aku coba cek dulu," kata Zeevano. Chika turun dari pangkuan Zeevano membiarkan pacarnya itu membuka pintu. "Jangan kemana-mana dan tetap di sini." Chika mengangguk paham.

Zeevano mengintip dari lubang pintu sebelum membukanya. Di depan pintunya ternyata adalah seorang perempuan dan itu adalah Dey. "Dey nyusul ke sini ternyata." Merasa aman Zeevano membukakan pintu. Namun, kemudian badannya menegang. Sepertinya dia salah mengambil keputusan untuk membuka pintu. Sebab ternyata di sisi Dey ada Oniel, kakaknya.

"Mau apa lo?" tanya Zeevano dengan wajah datar, tapi dalan hati dia was-was.

"Gua mau bicara sama lo," jawab Oniel.

"Jika tidak penting lebih baik lo pergi dari sini." Jujur rasa kecewa Zeevano terhadap Oniel masih ada, meskipun perbuatan Oniel terhadapanya sudah terjadi sangat lama.

"Soal Chika."

"Jangan ambil kebahagiaan gua. Chika milik gua! Gua ga akan biarin lo ambil Chika dari gua," sela Zeevano cepat. Oniel tersenyum mendengarnya, hal itu membuat Zeevano heran. "Gua ga akan ambil Chika dari lo. Gua secara personal dan dari hati gua sendiri, minta maaf atas perbuatan gua di masa lalu. Gua nyesel udah perlakuin lo seperti itu. Gua sadar kalau gua salah. Dan begitu juga Papa. Dia pengen ngobrol sama lo. Keluarga kita masih bisa diperbaiki. Asal lo mau pulang ke rumah ketemu Papa," ungkap Oniel.

Sedangkan Dey hanya diam menyimak pembicaraan dua saudara ini. Dia sudah mendapat penjelasan dari Oniel sebelum akhirnya dia mau mengantarkan yang mungkin Chika datangi, ya ternyata benar dugaanya. Mereka berada di apartemen Zeevano.

Dalam kepala Zeevano masih menyimpan tanda tanya, apa mereka tulus atau hanya ada maunya saja? Namun, jika dilihat dari raut wajah Oniel, dia tulus. "Gua sama Papa udah lama cari lo. Setelah Mama meninggal kita sadar, kalau kita salah. Kita sama-sama dihantui rasa bersalah. Apalagi sebelum Mama pergi, Mama berhasil nyadarin Papa kalau perlakuannya ke lo itu jahat. Dan juga gua, yang selalu semena-mena juga kena tegur sama Mama. Gua dan Papa sadar Zee, kita salah. Jadi maafin kita. Gua harap lo bisa pulang besok. Kita nungguin lo di rumah." Zeevano masih diam tanpa merespon.

"Gua ga akan rebut Chika, gua tau dia punya lo. Btw selamat atas kehamilan Chika, semua aman ga akan gua beberin. Gua dengan sadar ngebatalin perjodohan ini, demu adik gua, demi kita bisa baik-baik lagi. Lo bisa ajak Chika besok, kalau perlu," lanjut Oniel, sambil melihat ke arah belakang Zeevano, ada Chika yang berdiri di sana.

"Cuma itu yang mau gua sampein. Gua pamit dan gua tunggu kehadiran lo besok. Makasih Dey," ucap Oniel pada Dey diakhir, karena sudah mau membantu mengantar ke sini. Oniel beranjak pergi meninggalkan keheningan.






















Selancar itu lohhh.

Ayo 600 pengikut ditunggu, mana nih para kecebongnye, blom keliatan yg lain.

Dah gitu aja maap buat typo.

PHOBIA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang