17+

4.4K 308 24
                                    

Peringatan! Yang ga suka harap skip, langsung ke bawah.















"Ahh~"

Chika mendesah karena ciuman keras Zeevano di lehernya hingga meninggalkan bekas kemerahan di sana. Untung saja Chika besok cuti, jadi dia tak terlalu khawatir akan hal itu. Zeevano menikmati leher Chika layakanya makanan manis, menyesapnya, menyapu dengan lidah, yang Chika rasakan panas saat mengenai leher mulusnya. Chika tak peduli jika sekarang lehernya penuh akan air liur Zeevano. Yang dia inginkan sekarang adalah kepuasan!

Zeevano dengan tergesa ingin membuka baju Chika, tapi kemudian terhenti. Matanya menatap Chika seakan meminta persetujuan. Dan Chika mengangguk sebagai jawaban. Barulah Zeevano melanjutkan aksinya, menanggalkab kaos Chika hingga meninggalkan Bra hitam yang menutupi gunung paling indah yang pernah Zeevano lihat.

Dia mendekatkan wajahnya, menciumi tulang selangka Chika dan menyesap dengan pelan hingga menciptakan sebuah lenguhan yang merdu dari Chika. "Eunghh~" tangan Chika meraih wajah Zeevano, kembali mencium bibir Zeevano yang kini menjadi candunya. "Buka baju kamu. Masa aku doang?" perintah Chika.

Zeevano menurut, dia membuka kaosnya dan melempar entah kemana. Chika tertegun melihat bentuk perut Zeevano. Meskipub terlihat sedikit kurus, tapi ternyata di balik baju Zeevano ada sebuah karya kotak-kotak yang indah di perut Zeevano. Chika mengarahkan jarinya di perut Zeevano dan mengusapnya pelan, mengikuti garis yang terbentuk. "Suka dengan apa yang kamu lihat?" tanya Zeevano. Chika tersenyum malu menanggapinya.

Zeevano kembali mendekat, mengangkat sedikit tubuh Chika untuk membuka kaitan Bra Chika. "Bolehkann?" tanya Zeevano lagi memastikan.

"Tubuh aku milik kamu sekarang," jawab Chika. Dia sudah seperti wanita penggoda untuk Zeevano. Ingat, hanya untuk Zeevano!
 
Bra Chika terlepas dan dibuang Zeevano ke samping. Oh tidak! Adik kecil Zeevano di bawah sana semakin mengeras melihat pemandangan di depannya. Ini belum ke intinya, tapi rasanya Zeevano sudah akan pelapasan. Zeevano harus menahannya. "Kamu ga mau icipin ini?" tawar Chika dengan wajah menggoda dan tangan yang meremas salah satu dadanya sendiri.

"Siapa yang akan menolak keindahan ciptaan Tuhan?" tanpa basa basi lagi, Zeevano menyerang itu. Menyedotnya layaknya bayi yang tengah dilanda kehausan hebat. Chika tersenyum senang ditengah desahan yang mengiringi kegiatan panas mereka. AC yang menyala seakan rusak tak berfungsi. Di sini panas!

"Aahh! Ya terus Zee! Di sanah~"

"Eunghhh~"

"Ssshhh, pinterh banget kamu."

Mendapat banyak pujian dari Chika, Zeevano semakin bersemangat. Puas dengan bagian atas, Zeevano beralih membuka celana kolor yang Chika pakai. Kini tanpa meminta izin, karena Chika sudah serius memberikan tubuhnya untuk Zeevano. Dibalik celana dalam Chika, ternyata di sana sudah basah. Chika tak bisa menahan sentuhan-sentuhan yang diberikan oleh Zeevano.

"Kamu basah," ucap Zeevano. Itu membuat Chika malu, pipinya memerah. Tangan Zeevano bergerak membuka kain terakhir yang melekat di tubuh Chika, hingga kini telah telanjang sempurna. "Wow!" ucap Zeevano dengan mata berbinar.

"Jangan diliatin gitu, aku malu," kata Chika.

"Kenapa malu? Tubuh kamu indah. Aku suka," puji Zeevano.

"Kamu yakin mau nyerahin ini ke aku?" Tanya Zeevano sambil mengusap bagian bawah Chika.

"Ya, aku yakin. Jadikan aku milik kamu Zee," jawab Chika yakin.

Zeevano tersenyum. Giliran dirinya yang menanggalkan celananya hingga ikut telanjang bulat. Mata Chika melebar melihat adik Zeevano yang begitu besar, tegang dan berurat. Apa itu akan muat? Batin Chika tak yakin.

PHOBIA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang