Pagi hari kembali menyapa. Zeevano duduk bersandar di atas kasur dengan laptop yang dia pangku. Di sisinya ada Chika yang masih terlelap dengan keadaan masih telanjang, karna kegiatan mereka sekarang. Sedangkan Zeevano sudah memakai boxernya meskipun masih bertelanjang dada. Dia nampak sibuk mengetikkan sesuatu di laptopnya.Di pagi hari yang kembali menyapaku, aku merasakan kebahagiaan. Kebahagiaan yang kembali aku rasakan setelah sekian lama tak aku rasakan. Chika, perempuan yang kini menjadi kekasihku. Sumber semangatku. Kalian pasti sudah tau bagaimana awal aku bertemu dengannya hinga semalam aku resmi jadian. Aku tak pernah menyangka Chika pada akhirnya akan menjadi milikku. Sungguh plottwis bagiku.
Dan tadi rasa senangku begitu dalam, mencuat tak terbendung. Di saat bangun tidur, yang pertama kali aku lihat adalah Wajah kekasihku. Sungguh kesenangan tersendiri saat kalian bangun dan melihat wajah cantik pacar kalian. Yang tidak jomblo pasti tau bagaimana rasanya.
Aku tidak tau bagaimana hubungan kami ke depannya. Namun, untuk sekarang aku tidak terlalu memikirkan terlalu serius. Aku ingin menikmati setiap momen yang terjadi diantara kami. Untuk saat ini, aku hanya berharap semoga hubunganku dengan Chika berjalan dengan baik dan akan terus bersama selamanya.
"Zee~" panggil Chika pelan, yang membuat ketikan jari Zeevano terhenti. "Hem?" Sahut Zeevano dengan deheman.
"Kamu pagi-pagi udah mainin laptop, kenapa ga bangunin aku aja?"
"Kamu keliatan cape, aku ga mau ganggu tidur nyenyak kamu," jelas Zeevano. Memang Chika terlihat sangat nyenyak sekali saat tidur. Mungkin karna efek kelelahan akibat semalam. Zean mematikan laptopnya lalu meletakkanya di nakas. Kini tergantikan kepala Chika yang berada dipangkuannya. Zeevano mengelus kepala Chika dengan lembut, tapi kemudian Chika meraih tangan Zeevano untuk dia genggam dan sesekali mengigitnya kecil. "Manja banget ya kamu," celetuk Zeevano.
"Manja ke pacar sendiri ga papa dong," sahut Chika. Kini dia mengadah menatap Zeevano dari bawah. Tangannya bergerak mengusap pipi Zeevano. "Aku mau ngomong," kata Chika.
"Ngomong apa?"
"Kamu seriuskan sama aku?" tanya Chika. Zeevano terdiam. Baru semalam mereka jadian, sudah diberi pertanyaan tentang keseriusan saja oleh Chika.
"Serius. Kalau aku ga serius, ga mungkin aku minta kamu jadi kekasihku," jawab Zeevano. Meskipun dia sedikit bingung. Maksud dari serius Chika ini mengenai pacaran atau ternyata ke hal yang lain. Chika memainkan jarinya di perut Zeevano. Gesturnya seperti ingin mengungkapkan sesuatu, tapi dia ragu. "Ada apa?" tanya Zeevano.
"Aku mau minta kamu ketemu sama orang tua aku kalau kamu bener-bener serius," ungkap Chika.
"C-chik, kita baru aja resmi dan kamu udah minta aku temuin orang tua kamu?" tanya Zeevano tak percaya.
"Iya, biar kita bisa cepet-cepet nikah," jawab Chika.
"Tapi kamu yakin sama aku?"
"Kalau aku ga yakin, buat aku nyerahin diri aku semalem buat kamu? Apa kurang bukti kalau aku memang serius?" Benar juga apa yang Chika katakan. Namun, Zeevano merasa takut bertemu dengan keluarga Chika. Pikiran overthinking mengitarinya.
Bagaimana jika orang tua Chika tidak setuju dan tidak suka padanya?
Bagaimana jika orang tua Chika tidak menerimanya dengan baik?
"Aku bakal nemenin kamu Zee, aku ga akan biarin kamu ketemu mereka sendirian." Chika mengusap lengan Zeevano memberi ketenangan. Chika bangun, ikut duduk dengan selimut yang membalutnya. "Lagipula ada alasan lain juga aku nyuruh kamu buat cepet-cepet ketemu orang tua aku."
"Apa?" tanya Zeevano.
"Papa aku mau jodohin aku sama anak rekan bisnisnya. Aku ga mau dijodohin karena aku maunya sama kamu. Dan sepertinya salah satu cara supaya perjodohan itu ga terjadi, ya dengan kamu ketemu Papa aku, dan bilang kalau kamu pacar aku," jelas Chika.
"Kamu mau dijodohin?" Chika mengangguk sebagai jawaban.
"Kamu kenal lelaki yang bakal dijodohin sama kamu?"
"Kemarin aku udah ketemu sama dia. Namanya Oniel. Keliatannya udah jadi cowo matang, tapi aku ga mau. Dia bukan selera aku dan aku sama sekali ga suka sama dia," ungkap Chika.
Oniel? Aku ga akan rela kalau Chika jadi milik Oniel. Chika hanyalah untukku! Batin Zeevano.
"Jadi gimana?"
"Aku mau ketemu sama Papa kamu, sama keluarga kamu, tapi tidak untuk sekarang. Aku masih butuh waktu. Aku masih harus terlihat mampu untuk bertemu mereka," jawab Zeevano.
"Kamu udah mampu kok, kamu cocok, ganteng, tinggi, baik, manis. Aku yakin Papa aku setuju."
"Bukan soal itu Chika. Aku, aku bingung gimana jelasinnya, tapi beri aku waktu. Aku ga bisa untuk sekarang." Zeevano masih dihantui rasa takut, makanya dia menjadi mlempem seperti krupuk. Apalagi dirinya masih merasa kurang mapan dalam segi apapun itu saat bersama Chika. Dia masih menjadi lelaki misterius yang identitasnya tertutup.
Aku takut bertemu dengan keluarga Chika. Jika aku berkunjung, bukankah keluarga Chika akan berkumpul yang artinya akan banyak orang. Aku takut, bertemu mereka. Aku harus mengatasi ketakutanku terlebih dahulu. Batin Zeevano.
"Aku harap ga lama. Papa aku udah ngebet mau segera nikahin aku sama Oniel," kata Chika. Zeevano menarik tubuh Chika untuk dipeluk. Dia juga tidak akan rela jika Chika menikah dengan orang lain.
Kita butuh waktu untuk menunggu Zeevano benar-benar siap.
Nih up.
Dah gw mo turu, maap buat typo.
![](https://img.wattpad.com/cover/360061281-288-k775406.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
PHOBIA [END]
Teen FictionBagaimana jadinya jika seseorang penderita Mysophobia bertemu dengan seseorang penderita Agoraphobia? Bagaimana awal dari pertemuan mereka berdua?