~PHOBIA~
Ting tong, ting tong~
Ceklek~
Pintu terbuka menampilkan Zeevano yang baru bangun dari tidurnya. Ini masih sangat pagi. Jika dihitung baru sekitar dua jam Zeevano memasuki alam mimpi, setelah berkutat dengan pekerjaanya. Kini dia harus kembali terbangun, karna suara bel yang ditekan terus menerus oleh sang pelaku yaitu, Chika.
Lihatlah perempuan itu. Pagi-pagi sudah terlihat sangat semangat, dengan barang yang sudah dia tenteng di tangan kanan dan kirinya. Kantung kresek besar yang entah Zeevano tak tau apa yang Chika bawa.
"Pagi Zeevano," sapa Chika dari balik masker yang masih dikenakan. Namun, Zeevano tau dibalik masker itu Chika mengutas senyuman manis di bibirnya.
"Mau ngapain sih? Aku ngantuk, lagi tidur," kata Zeevano.
"Mendingan lo minggir dulu, kasih jalan gue buat masuk. Berat nih." Chika berusaha untuk masuk ke dalam apartemen Zeevano, sedangkan sang pemilik apartemen hanya pasrah saja. Dia kembali menutup pintu dan mengikuti Chika yang pergi ke dapur.
"Gue baru aja belanja bulanan," ungkap Chika sambil mengeluarkan barang-barang yang dia beli dari kantung kresek.
"Terus ngapain belanjaannya kamu bawa ke sini?"
"Belanja bulanan ini bukan punya gue, tapi buat lo. Gue tau, kebutuhan lo udah kosong dan perlu restock. Maka dari itu, gue dengan berbaik hati beli ini semua buat lo," kata Chika sambil menunjukkan barang yang sudah berjejer di meja dapur. Ada beras, gula, roti, telur dan masih banyak lagi.
"Kirim rekening kamu, nanti aku ganti uangnya." Zeevano tentunya merasa tak enak. Memang bukan Zeevano yang menyuruh Chika seperti ini, tapi kemauan Chika sendiri. Namun, tetap saja Zeevano merasa tak enak, apalagi mereka baru saja kenal.
"Ga usah, lo ga usah ngrasa ga enak gitu. Gue ikhlas kok," balas Chika.
"Tapi Chika-"
"Kalau lo tetep mau ganti, jangan ganti pakek uang, tapi izinin gue buat main ke apartemen lo ini kapanpun itu, gimana?"
"Oke," jawab Zeevano setelah berpikir beberapa saat. "Biarin aja di sana Chika, nanti aku aja sendiri yang beresin," kata Zeevano, melihat Chika yang mulai menata barang-barang belanjaan ke dalam kulkas.
"Ga papa, gue aja. Gue juga mau masak, pasti lo laper." Zeevano mengangguk mengiyakan. Meskipun dirinya ngantuk, tapi tak bohong jika perutnya itu terasa lapar.
Sambil menunggu Chika yang masih berkutat di dapur, Zeevano merebahkan diri di sofa panjang. Tak berbohong jika dirinya sekarang masih sangat mengantuk. Kantung matanya itu sebagai bukti bahwa dirinya kurang tidur dan sangat lelah. Hingga baru saja sejenak Zeevano memejamkan mata, dia sudah masuk ke dalam alam mimpi, melanjutkan tidurnya.
Di dapur Chika masih berkutat dengan masakannya. Jarang sekali melihat Chika masak. Biasanya dia akan membeli online atau pergi ke tempat makan langsung jika lapar, atau juga memilih pulang ke rumah orang tuanya untuk sekedar makan. Jadi jarang sekali dirinya masak, tapi untuk skill jangan diragukan lagi. Chika pandai memasak karna waktu kecil ibunya selalu mengajari Chika memasak, apalagi ibu Chika berprofesi sebagai chef.
Taburan garam terakhir, membuat masakan Chika sempurna dan sudah siap dihidangkan. Hanya menu sarapan sederhana, nasi goreng ditemani omlet telur. Makanan sudah tersaji, Chika memastikan alat-alat yang selesai dia gunakan bersih. Barulah dia mencari keberadaan Zeevano untuk mengajaknya makan bersama.
"Astaga, tidur lagi ini orang," celetuk Chika yang melihat Zeevano tidur di sofa. Chika hendak membangunkan Zeevano, tapi ada rasa tak tega karena dari raut wajah Zeevano saja terlihat kalau dia sangat lelah. Namun, jika tidak dibangunkan Zeevano tak tau bangunnya kapan, dan nanti malah telat makan. Tak baik jika sampai telat makan.
Chika berjongkok di samping sofa, melihat Zeevano yang masih betah memejamkan mata. Cakep juga Zeevano kalau dilihat kayak gini. Lebih ganteng dari pertama kali ketemu. Beruntung banget jodohnya nanti. Batin Chika sambil memperhatikan wajah Zeevano.
"Astaga, apaan sih Chik. Kenapa jadi mikirin dia," gumam Chika. Kini dia mulai membangunkan Zeevano dengan pelan. Menepuk pipi tirus Zeevano pelan, hingga membuat sang empu terbangun. Zeevano melenguh dan menggeliat.
"Eh, Chika?" kaget Zeevano melihat jarak mereka yang cukup dekat.
"Bangun, ayo sarapan, gue udah selesai masak," kata Chika.
"Aku mandi dulu aja ya, masih ngantuk banget."
"Makan aja dulu. Abis makan baru mandi. Aku buatin kopi deh, biar ga ngantuk lagi," kata Chika. Zeevano menuruti apa yang Chika katakan.
Kini mereka menikmati sarapan bersama. Zeevano berkali-kali memuji masakan yang dibuat Chika. Walaupun terkesan simpel, tapi bagi Zeevano ini sangatlah enak. Makanan resto pun lewat!
"Lo keliatannya ngantuk sama cape gitu, semalem tidur jam berapa?" tanya Chika di sela makannya.
"Aku baru bisa tidur sekitar jam 5," jawab Zeevano.
"What? Apa aja yang lo lakuin sampe begadang gitu?"
"Ada yang harus aku selesaiin."
"Apa? Gue liat lo selalu sibuk sama laptop. Emang apa yang lo kerjain?" kepo Chika. Jika dipikir, Zeevano sangat sekali jarang keluar, tapi penghasilan terus mengalir. Apa yang Zeevano kerjakan?
"Sesuatu," jawab Zeevano. Jawaban itu sebenarnya tak membuat Chika puas, karna rasa ingin tau Chika malah semakin menjadi.
"Sesuatu itu apa?"
"Aku akan kasih tau kamu nanti, kalau sudah selesai. Jadi tidak untuk sekarang," kata Zeevano.
"Dih, sok misterius lo," celetuk Chika. Zeevano tak merasa marah, tapi dia terkekeh pelan menanggapi.
Sebelum bobok up dulu.
Gua mulai banyak tugas, jadi maap klo jarang up. Tapi gua usahain buat up kok walaupun beberapa hari sekali mungkin. Gantian sama crita yang lain ya.
Dah gitu aja maap buat typo.
KAMU SEDANG MEMBACA
PHOBIA [END]
Teen FictionBagaimana jadinya jika seseorang penderita Mysophobia bertemu dengan seseorang penderita Agoraphobia? Bagaimana awal dari pertemuan mereka berdua?