8

2.5K 300 12
                                    

~PHOBIA~


"Cut! Semua bisa istirahat dulu lima belas menitan."

Chika undur diri untuk istirahat. Dia berjalan menghampiri temannya, Dey yang kini sedang berkunjung. "Sorry ya nunggu lama," kata Chika.

"Ga papa kali. Gue maklum, mau gimanakan temen gue ini artis," jawab Dey. Chika mengambil duduk di kursi sebelah Dey, lalu membuka air botol yang diberikan asistennya dan meminumnya.

"Gue sebelum ke sini sempet mampir beli dimsum. Kita makan bareng-bareng," kata Dey. Dia membukakan bungkus Dimsum itu dan mereka mulai melahapnya.

"Makasih ya," ucap Chika. Dibalas deheman dari Dey.

"Btw, gimana lo sama cowo yang dulu? Siapa namanya? Zeevano? Ya itu kalau ga salah," tanya Dey.

"Gimana apanya?"

"Ya hubungan lo mungkin sama dia. Atau nggak, soal perkembangan phobia lo, udah berproses?"

"Hubungan gue sama dia baik. Kita temennan. Dan untuk Phobia, perlahan mulai membaik. Gue udah ga seanti itu sama yang kotor-kotor dan juga gue udah bisa bersentuhan sama orang lain meskipun ga ke semua orang ya. Dan bisa lo liat, gue bisa langsung pegang sumpit ini tadi tanpa harus gue cuci dulu," jelas Chika. Dey mengapresiasi dengan tepukan tangan bangga.

"Bagus dong. Kan benar kata gue, dengan perlahan phobia lo bisa hilang kalau terus bareng Zeevano. Udah ketebak sih, apalagi awal kalian ketemu, lo rela jadi cleaning service buat dia," kata Dey.

"Hem, dan perlu lo tau Dey! Zeevano itu Abas! Abas penulis cerita yang gue idolain itu," ungkap Chika. Namun, kemudian dia menutup mulutnya saat teringat pesan Zeevano jika ini adalah rahasia. Namun, sudah terlanjut, nasib sudah menjadi bubur. Dey, jadi tau karna Chika.

"What?! Beneran? Lo ga boong nih?" tanya Dey kaget. Karna Dey juga mengidolakan orang yang sama seperti Chika yaitu, Abas.

"Aduh keceplosan," cicit Chika.

"Maksud lo?"

"Zeevano pesen ke gue, kalau ini rahasia dan jangan disebar luaskan. Tapi gue malah ceritain hal ini ke elo," jelas Chika.

"Oo, gitu. Ga papa dong, cuma ke gue. Gue janji ga bakal sebarin info ini, tapi ada syaratnya," kata Dey dengan menampilkan wajah yang mengesalkan.

"Syarat apa? Tega lo sama temen sendiri, pakek segala ada syarat-syarat segala."

"Syaratnya gampang kok Chik, ga bakal bebanin lo juga. Syaratnya cuma ajak gue ketemu Abas, biar nanti gue bisa minta tanda tangan di buku novel yang dia bikin. Lo tau kan, dapet tanda tangan dia aja susah banget. Jadi gue ga mau nyia-nyiain kesempatan ini. Plish, ya Chik bantu gue? Ajakin gue ketemu sama dia, plishh." Dey menyatukan tangannya, memohon pada Chika agar oermintaanya diturutin.

"Oke-oke, gue turutin, tapi inget jaga rahasia ini."

"Aman! Kapan kita bisa ketemu dia?" Tanya Dey dengan semangat 48.

"Nanti sore setelah shot gue selesai."

"Deal. Gue bakal jemput lo," jawab Dey dengan cepat.

~PHOBIA~

Chika di sore hari mewujudkan keinginan Dey. Dia dan Dey kini sudah berada di depan apartemen Zeevano. "Ini bener tempat tinggal Abas?" tanya Dey.

"Iya. Inget, jaga privasi Zee," peringat Chika.

"Iya-iya Chik." Chika mulai menekan bel, menunggu sang pemilik apartemen membukakan pintu. Satu kali, dua kali, bahkan ketiga kali belum ada tanda-tanda.

"Kok ga ada jawaban Chik?"

"Bentar." Chika berkutat dengan poselnya. Dia mengirim pesan pada Zeevano, bahwa dirinya sedang ada di depan pintu dan mencoba menelpon Zeevano, tapi malah ditolak. Kok ditolak? Batin Chika bingung.

Namun, kemudian terdengar pintu yang akhirnya terbuka menampilkan Zeevano dengan rambut yang basah dan handuk yang masih tersampir dibahu. Sepertinya lelaki itu baru saja selesai mandi. "Hai," sapa Zeevano. Kemudian tatapannya beralih pada perempuan di samping Chika dengan kondisi mulut terbuka dan memandangnya dengan kagum. Zeevano yang ditatap seperti itu merasa ngeri.

Chika yang sadar dengan apa yang ada di pikiran Zeevano, memilih memperkenalkan Dey, temannya itu. "Jadi Zee, ini Dey temen gue." Chika menyenggol temennya agar segera sadar.

"Ha-ha-halo, aku Dey. A-aku salah satu penggemar kamu. T-tolong Chik, gue mau pingsan rasanya. Dia ganteng bangett," kata Dey yang gugup.

"Alay," ucap Chika, tapi dia menahan tubuh Dey yang oleng, tapi tidak pingsan. Dia hanya terlampau senang melihat idolanya ada di depan mata.

"Boleh masuk?" tanya Chika.

"Oh iya, masuklah." Zeevano memberi jalan mereka berdua untuk masuk.

Di dalam, Chika membuatkan minum untuk Dey. Sedangkan Dey sudah berkicau menceritakan apa saja yang dia sukai dan seberapa mengidolakannya Abas atau Zeevano itu. Zeevano hanya menanggapi dengan senyuman dan sesekali terkekeh karena tingkah Dey saat menceritakan begitu antusias.

"Sumpah aku suka banget sama cerita kamu. Katanya mau ada S2-nya? Ditunggu ya, aku ga sabar banget baca lanjutannya," kata Dey.

"Makasih karna udah suka sama karya-karya aku. Aku ga nyangka ada yang seantusias itu sampai nungguin S2-nya, makasih banyak ya," ungkap Zeevano.

"Siapa coba yang ga bakal ga antusias, cerita kamu bagus-bagus semua. Jempol 2 deh buat kamu, eh aku tambah sama jempol kaki biar jadi 4." Zeevano tertawa dibuatnya. Dan Dey, semakin terpesona melihat tampang Zeevano.

"Santai aja kali liatinnya," celetuk Chika yang datang dengan segelas es teh.

"Apa sih Chik," kata Dey yang malu.

"Cepet omongin yang lo mau tadi, abis itu pulang sana," kata Chika yang kini duduk di sisi Zeevano, bersedekap dada menatap temannya itu.

"Oh iya." Dey buru-buru mengeluarkab buku novelnya dan mengungkapkan keinginannya. "Tolong tanda tanganin buku ini. Aku selalu gagal buat dapetin tanda tangan kalau pas ada promosi, tapi sekarang plis kasih aku tanda tangan. Chik ada polpen ga? Gue lupa bawa."

"Ck, males gue berdiri," kata Chika.

"Biar aku yang ambil," kata Zeevano. Dia berdiri dan beranjak mengambil polpennya di kamar.

"Ah lo mah, kenapa biarin dia yang ambil? Aturan lo aja yang ambilin, biar gue bisa berduaan sama dia," kata Dey.

"Enak aja, ogah. Gue ga bakal biarin kalian berduaan kali," batin Chika di akhir.

"Ga asik lo."

Tak lama Zeevano kembali dengan membawa polpen. Dia mengambil buku Dey dan mulai menadatangani buku itu. Dey semakin antusias setelah melihat bukunya terdapat tanda tangan Abas. "AWWWW! MAKASIH ABAS! EH, nama asli kamu Zeevano?" Zeevano mengangguk.

"Makasih banyak." Dey mengulurkan tangannya ingin berjabatan tangan dengan Zeevano untuk berterima kasih, tapi saat tangan Zeevano akan bersentuhan dengan tangan Dey, tangannya itu langsung ditepis oleh Chika, dan jadilah tangan Chika yang berjabatan dengan Dey.

"Eh, Chik apaan sih. Gue mau salaman sama Zee."

"Udah udah, katanya lo ada janji sama nyokab nganter belanja kan. Jadi sekarang lo pulang aja, daripada kena amuk," kata Chika sambil menuntun Dey keluar.

"Tapi Chik-"

"Udah Dey, lo ga mau diamuk nyokab kan?" Chika terus menuntun Dey untuk keluar. Sedangkan Zeevano yang melihat tingkah Chika dan temannya hanya tersenyum.
























Hari ini gw ga masuk lagi, skalian bsk udah hari libur wkwk.

Jangan lupa sarapan para kecebong akuhh.

Dah gitu aja maap buat typo.

PHOBIA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang