3

3K 310 14
                                    

~PHOBIA~

Di sebuah cafe, tempat untuk bersantai dengan suasana yang tenang meskipun banyak pengunjung. Chika dan temannya, Dey duduk di salah satu meja di ruang private. Mau bagaimanapun, profesi Chika di sini adalah seorang artis, yang sering muncul di beberapa film. Jadi dia harus tetap menjaga privasi dari para penggemar yang mengenalinya. Karena hari ini Chika sedang tak ada pekerjaan, jadilah dia pergi bersama Dey ke sebuah cafe ini, sekedar untuk meminum secangkir minuman kafein untuk menenangkan diri.

"Gimana hari-hari lo selama liburan?" tanya Dey memulai pembicaraan.

"Libur cuma tiga hari, ya gitu-gitu aja. Tapi kali ini berbeda karena lelaki itu," jawab Chika. Dea mengangguk paham, dia tau siapa yang Chika maksud dengan lelaki itu.

"Sumpah itu cowo jorok banget gila. Sampe-sampe gue kemarin ke apartemennya buat beresin semua kotoran yang ada di sana. Terus sampai rumah gua harus mandi lebih dari 5 jam memastikan tubuh gue bersih dari segala bakteri," lanjut Chika.

"Ngapaian lo pakek segala ngebersihin? Bukannya lo phobia dengan hal-hal kotor? Kenapa lo malah mendeketi hal-hal semacam itu?" Heran Dey. Dia tau temannya ini memiliki phobia, dan dia tai sebersih apa temannya ini, bahkan jika terlihat debu yang mengotori tangannya itu, Chika akan mencuci tangan bahkan bisa sampai 7 kali, sampe-sampe tangannya mengeriput.

"Gue juga ga tau Dey, gue cuma ngerasa harus ngebersihin tempat dia. Ya gue tau kalau gue takut kotor, tapi ngelihat tempat dia yang kayak gitu, jiwa untuk ngebersihin itu semakin menggebu. Bjir, bahkan kemarin ada waktu gue lupa sama phobia dan ga takut sama kotor," ungkap Chika. Dia mengingat memang pas awal mulai bersih-bersih rasa jijik masih dia rasakan, tapi kelamaan dia mulai lupa. Bahkan dia sampai memegang lelaki itu, Zeevano, untuk dicukur jenggotnya. Padahal biasanya dia disentuh orang lain seujung jaripun tak akan mau.

"Kok bisaa?? Jangan-jangan phobia lo udah hilang?" Pikir Dey.

"Ga mungkin. Gue masih ga suka sama kotor kok, tapi ga tau kenapa pas sama lelaki kemarin yaudah aja," sahut Chika.

Dey mengernyitkan keningnya sambil memasukkan kentang goreng ke mulutnya sendiri. "Gue tiba-tiba kepikiran Chik," celetuk Dey.

"Apa?" tanya Chika, kemudian menyeruput kopi miliknya, setelah itu menyemprotkan hand sanitazer ke tangannya karna habis memegang gelas.

"Kalau lo deketan sama cowo kemarin biasa aja, itu cukup menguntungkan buat lo tau," kata Dey.

"Maksudnya? Menguntungkan apa?" Chika tak paham dengan yang dimaksud Dey.

"Lo bisa deketin dia buat ngilangin phobia lo. Kata lo cowo itu jorok kan? Siapa tau dengan lo bisa deket sama cowo itu, phobia lo bisa hilang secara perlahan," jelas Dey.

"Apa bakal bisa? Gue aja jijik liat hal-hal yang kotor Dey, gue aja paling ga bisa deketan sama yang kotor-kotor," kata Chika ragu.

"Semua butuh proses. Gue yakin bakalan berhasil, bukti pertama aja lo kemarin sampai beresin tempat dia kan?" kata Dey. Jika dipikir-pikir benar juga apa yang Dey sarankan. Chika cukup tersiksa dengan phobia yang dia miliki. Ketertakutan pada hal yang kotor, selalu membuat dia was-was dan tak nyaman. Dia ingin normal seperti orang lain.

"Gimana caranya gue bisa deket sama dia? Kayaknya ga mudah," tanya Chika.

"Lo bisa pergi ke apartemennya. Bawain dia makanan mungkin?" saran Dey.

~PHOBIA~

Seorang lelaki berkutat dengan laptopnya. Dia adalah Zeevano. Setiap harinya hanya menghabiskan waktu di apartemen dan berkutat dengan laptop miliknya. Dia tak ada keinginan untuk keluar dari sini. Dia terlalu takut jika dia keluar akan bertemu dengan ramainya orang yang baginya cukup menakutkan. Semua dia rasakan karna phobia yang dia miliki, Agoraphobia. Dia takut tempat yang ramai. Jadilah dia hanya mendekam dia tempat ini yang menurutnya sangat aman. Dibalik phobianya ini ada yang menjadi penyebabnya. Namun, Zeevano terlalu takut jika mengingatnya.

Dan semua kebutuhannya akan dibeli dengan cara online. Namun, jika sudah kepepet, akhirnya dia harus memberanikan diri untuk keluar, mencari apa yang dia butuhkan. Ini cukup menyiksanya!

Krukk kruukk~

Perut Zeevano berbunyi. Dia ingin perutnya belum terisi sedari tadi pagi setelah bangun tidur. Zeevano meninggalkan laptopnya di ruang santai yang menjadi satu dengan ruang tamu, lalu pergi ke dapur yang bersebelahan dengan ruang santai itu. Dia membuka lemari tempat biasa tersimpan mie instan di dalamnya, tapi kali ini kosong. Stock mie Zeevano habis!

Perut Zeevano terus berbunyi. Dia mencari lagi makanan lain dan hanya menemukan sehelai roti tawar. Zeevano langsung memakannya, setidaknya itu dapat mengganjal perutnya untuk sementara waktu.

"Aku harus membeli makan," gumam Zeevano sambil mengusap perutnya. Sebelum dia memesan makan, Zeevano mengecek uang di dalamnya. "Fuck!" Umpatnya. Sebab dompetnya pun kosong, uang tunainya habis. Dia harus pergi ke atm depan untuk mengambil uang. Jika tidak bagaimana dia bisa membayar semua pesanan onlinenya nanti?

Zeevano mau tak mau harus bersiap untuk keluar. Dia memakai hoodie merah pekat, masker, dan topi. Dia harus berpakaian setertutup mungkin. Karna menurutnya jika dia berpenampilan seperti ini orang-orang tak akan tertarik untuk memperhatikannya. Tak lupa dia mengambil dompet dan kartu atmnya. Semua sudah, dan dia berdiri di depan pintu mempersiapkan mentalnya untuk keluar. Semoga di luar sana sepi.

"Oke tenang. Abaikan semuanya dan fokus pada tujuan. Semua akan berjalan lancar," kata Zeevano menyemangati dirinya sendiri.

Hembusan kasar terakhir, Zeevano mulai membuka pintu. Namun, matanya melebar melihat seseorang berdiri di depan pintu apartemennya.

"Hai,"...






















Siapa tuhh.

Sebenernya itu gua yang berkunjung wkwkwk.

Dah gitu aja maap buat typo.

Up sesuai mood awokawok.

PHOBIA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang