03 - Kembali Ke Hogwarts

604 72 1
                                    

Hermione berjalan dengan setumpuk buku dipelukanya, menyusuri koridor yang mulai nampak sepi karena sudah masuk waktu makan malam.

Dia memasuki aula dan segera mendudukan diri di meja asramanya, di mana teman-temanya tengah menikmati hidangan makan malam yang selalu tampak menggiurkan.

"Dari mana saja Hermione?" Harry bertanya. Pemuda berkaca mata itu menoleh ke arah Hermione meminta jawaban.

"Perpustakaan."

"Bloody hell!" Seru Ron dengan suara cukup keras membuat beberapa orang yang duduk di sekitar mereka menoleh penasran "ini baru hari pertama, tapi kau sudah pergi ke tempat itu? Yang benar saja Hermione."

"Itu bukan hal mengejutkan, kan?" ujar Ginny ikut bersuara "bukan hal aneh jika itu Hermione Granger." yah, semua orang tau tipikal seorang Hermione Granger. Jika orang lain memilih bercengkrama dengan teman-temanya dan menghabiskan waktu di tempat-tempat menyenangkan, Hermione berbeda. Gadis berambut coklat itu akan lebih memilih mengunjugi perpustakaan untuk membaca buku.

Hermione hanya mengedikan bahunya acuh. Tanpa mengakatan apapun lagi ataupun ikut mengobrol dengan teman-temanya, dia mengambil beberapa lauk dan mulai menyantap makan malamnya.

Tahun ini, tidak terlalu banyak yang kembali ke Hogwarts dan tentu saja semua orang tau alasanya. Sebagian dari mereka menjadi korban saat perang sementara yang lainya memilih pindah sekolah karena suatu alasan. Terutama murid dari asrama para ular.
Slytherin adalah meja paling lenggang dari meja asrama lainnya, meskipun jumlah mereka telah bertambah dengan adanya murid tahun pertama, tapi tetap saja jumlah mereka masih kalah jauh dari murid tahun ke tuju Hufflepuf.

"Apa aku tak salah lihat? Malfoy kembali ke Hogwarts?"

Semua orang langsung menoleh pada Seamus yang baru saja berujar, kemudian kompak mengalihkan pandangan ke arah meja Slytherin di mana sosok pemuda dengan rambut pirang platinya yang begitu mencolok nampak duduk disana, diapit kedua temanya. Zabini dan Nott.

Hermione yang mendengar nama tak asing itu ikut memutar pandangan ke arah meja Slytherin. Dan benar saja, dia bisa melihat sosok pria berambut pirang platina yang begitu mencolok tengah duduk di sana dengan wajah dinginnya. Entah perasaan Hermione atau memang benar bahwa Malfoy tampak lebih kurus dari terahkir kali dia melihatnya, bahkan lingkaran hitam yang berada di bawah matanya begitu jelas dilihat walau dalam jarak sejauh ini. Ada apa dengan pemuda itu?

Hermione menggelengkan kepalanya. Untuk apa dia perduli, Malfoy bukanlah orang yang pantas untuk dia perdulikan, mengingat enam tahun kebelakang pemuda itu selalu menganggunya dan teman-temanya. Dia pasti sedang stres berat karena ayahnya telah diadili sementara ibunya sudah kehilagan kewarasannya, tidak ada anak yang akan baik-baik saja jika mendapat masalah seberat itu. Mungkin itu adalah karma yang Malfoy dapatkan atas segala kejahatan yang telah dia lakukan selama ini, tapi...kenapa Hermione merasa kasihan?

"Seharusnya sekarang dia di Azkaban untuk menanggung dosa-dosanya. Ini gara-gara kau, Harry. Seharusnya kau tidak membantunya." Ron bersunggut menatap Harry dengan pandangan kesal. Dia masih memiliki dendam besar kepada Malfoy satu itu dan dendamnya selamanya tidak akan pernah berahkir. Dia kesal pada Harry yang memberi kesaksian atas Malfoy dan ibunya sehingga membuat mereka terbebas, seharusnya mereka berada di Azkaban saat ini untuk menembus kejahatan yang mereka lakukan dimasa lalu. Ron benci fakta bahwa harapanya tidak bisa terwujud apalagi sekarang dia harus kembali melihat rambut pirang platina itu di Hogwarts.

Harry menghembuskan nafas pelan "bukankah sudah pernah kukatakan padamu. Malfoy pernah menyelamatkan kita saat di manornya, sementara ibunya menyelamatkanku saat di hutan terlarang. Tidakah kita harus membalas mereka..."

ᴛʜᴇ ʟᴀsᴛ ғɪɢʜᴛ ↬ᴅʀᴀᴍɪᴏɴᴇ ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang