"Datanglah ke kamar kebutuhan sekarang dan jangan lupa untuk memberi tau anggota lainya."
Neville segera menaruh pot berisi tanaman mimbulus mimbletonia miliknya setelah mendengar pesan yang dikirim oleh profesor McGonagall lewat patronus kucing milik wanita itu. Dia segera bergegas keluar dari rumah kaca dan menuju kamar kebutuhan, tak lupa untuk mengirim pesan pada anggota Dumbledore Army lainnya.
Kamar kebutuhan yang sempat hancur karena terkena api kutukan telah diperbaiki oleh profesor McGonagall dan telah diperbarui fungsinya. Kini tepat itu telah menjadi tempat resmi bagi para dumbledore army berlatih dan mendiskusikan berbagai hal dan hanya anggota dan prof.McGonagall sendiri yang bisa mengakses pintu masuknya.
Satu persatu anggota mulai datang. Bahkan Susan dan Anthony yang baru saja selesai berpatroli sudah hadir. Seamus datang bersama Dean, Romilda dan Pravati, disusul Padma dan Luna serta Hanna, Ernie dan Zacharias lalu ada Terry, Justin dan Michael. Harry, Ron dan Ginny datang bersama Prof.McGonagall.
"Apa semua orang sudah berkumpul?" Tanya Profesor McGonagal. Menatapi muridnya satu persatu. Anggota Laskar Dumbledore yang ada disekolah telah berkurang setelah angkatan Katie Bell lulus. Tinggal beberapa murid yang tersisa.
"Sepertinya tinggal Hermione," ujar Pravati membuat semua orang mengedarkan pandangannya. Baru menyadari ketiadaan Hermione di antara mereka.
"Anthony, bukankah kau seasrama denganya. Di mana Hermione?" Tanya Ginny, mengalihkan pandangan ke arah ketua murid putra.
Anthoy mengedikan bahunya "dia sudah tidak berada di asrama saat aku pergi untuk berpatroli bersama Susan,"
jawab pemuda itu itu. Hermione memang sudah tak berada di asrama saat Anthoy keluar dari kamarnya. Entah ke mana perginya gadis itu padahal jam malam sudah berahkir."Aku akan mencari Herm---"
"Tidak perlu. Aku sudah disini," sahut Hermione. Gadis itu berjalan mendekat dan bergabung dengan anggota lainya.
Harry yang tadinya berniat keluar mencari sahabatnya itu membatalkan niatnya karena kini Hermione sudah datang. Perasaan khawatirnya langsung menghilang. "Kau dari mana saja?" Tanya Harry.
"Aku ada sedikit urusan."
"Kupikir kau di culik pelahap maut." Hermione melotot garang mendengar ucapan Ron sedangkan sang empuh menanggapinya dengan cengiran.
"Mulai saat ini, kalian sebagai anggota Laskar Dumbledore harus kembali melatih kemampuan kalian. Saya akan menyempatkan waktu untuk datang dan membantu pelatihan. Kita tidak tau kejadian buruk seperti apa yang mungkin menunggu kita di depan, karena itu mulai dari sekarang berlatihlah untuk menambah kemampuan bertarung kalian. Tapi jangan lupa, tidak ada yang bole menggunakan tiga kutukan terlarang di lingkungan sekolah." Mereka semua sudah tau. Ini adalah awal dari segala hal buruk yang mungkin akan terjadi di masa depan. Meskipun hampir seluruh auror telah dikerahkan untuk mencari para buron, tepat saja. Pelahap maut terlalu licik untuk bisa ditangkap. Terlebih, mereka pasti sudah mulai menyiapkan rencana jahat saat ini.
"Saya akan memberikan wewenang kepada Mr.Potter dan nona Granger untuk melatih kalian dan mengajarkan kalian mantara-mantara yang bisa kalian pakai dalam pertempuran." Profesor McGonagal melirik ke arah Hermione dan Harry, dan keduanya mengangguk menerima perintah sang kepala sekolah.
"Saya masih harus mengumpulkan para guru dan staf lain untuk rapat, jadi silahkan kalian semua kembali ke asrama. Kalian bisa berlatih mulai besok."
__
Ruang rekreasi Gryffindor telah sepi. Semua murid sudah berada di tempat tidur saat ini. Kecuali Hermione, Harry dan Ron yang masih duduk di sofa depan perapian. Malam ini, Hermione dan Anthony memutuskan untuk menginap di asrma masing-masing, jadi asrama ketua murid tidak ada yang menempati.
"Aku penasaran, siapa yang menghancurkan azkaban dan membebaskan para bedebah itu?" ujar Ron.
"Apa kalian berfikir bahwa ada satu pelahap maut yang terlewatkan?" Tanya Harry. Perasaan gelisahnya seketika bangkit lagi, sama seperti di tahun kelimanya dulu setelah melihat Voldemort dibangkitkan.
"Maksudmu ada satu pelahap maut yang tidak ditemukan auror?" Hermione memastikan. Harry mengangguk membenarkan.
Ron mengernyitkan alisnya "itu bisa jadi sih, tapi bisa juga ada orang dalam yang membantu satu pelahap maut keluar dan kemudian pelahap maut itu menghancurkan azkaban untuk membebaskan teman-temannya."
"Kau terlalu banyak berspekulasi."
"Ron bisa saja benar Hermione." Ron tersenyum mendengar perkataan Harry. Pemuda berambut merah itu merasa mendapat dukungan. Sementara Hermione menghardik Harry dengan kesal.
"Pada tahun-tahun lalu ada orang seperti Lucius Malfoy dan Yelexy di kementrian, bukan tidak mungkin jika orang-orang seperti mereka masih berada di dalam sana dan sedang menyembunyikan identitas."
Hermione diam. Perkataan Harry memang benar, hal itu bisa saja mungkin. Tapi bagaimana bisa? Orde sudah berusaha menyitas habis para anggota pelahap maut dan orang-orang yang berpihak pada Voldemort saat perang dulu, tidak mungkinkan ada yang terlewatkan? Atau mungkin ada seseorang yang tak pernah mereka tau bahwa dia sebenarnya merupakan orang yang diam-diam menjadi pengikut Voldemort.
"Atau bisa saja Malfoy yang membantu para pelahap maut itu kabur."
Pernyataan Ron sukses menarik perhatian Hermione sepenuhnya "jangan asal bicara." Hermione menyentak.
"Ada apa ini? Kau membelanya, Mione," kata Ron dengan nada tak suka. Dia menatap Hermione dengan mata memincing tajam sementara sang empuh mendengus kesal.
"Mana mungkin Ron--"
"Bisa saja Harry. Dengar, hanya Malfoy dan ibunya yang terbebas dari azkaban. Ibunya sekarang merada di St.Mugo dan hanya Malfoy satu-satunya yang masih punya kewarasan untuk bisa memikirkan akal licik semacam ini."
"Tapi Ron, Malfoy berada di Hogwarts saat insiden itu terja--"
"Kau tidak bersamanya tiga hari lalu Harry, jadi kau tidak tau apa dia benar-benar berada di Hogwarts atau tidak."
Hermione memukul kepala Ron dengan cukup keras sehingga membuat pemuda berambut merah itu mengaduh dan mendelik marah pada Hermione "kenapa kau memukulku?"
"Berhentilah menyela ucapan orang Ron." Marah Hermione. Dia kesal karena sedari tadi Ron terus menyela Harry yang ingin berbicara.
Ron melirik ke arah Harry "Harry bahkan tidak keberatan, benarkan Harry?"
Harry menghela nafas berat mendengar ucapan Ron. Pemuda berkacamata itu kemudian bangkit dan berjalan menuju asrama putra. Dia sudah cukup lelah dan pusing hari ini, dan sekarang ditambah dia harus mendengar perdebatan kedua sahabatnya. "Selamat malam untuk kalian berdua." lalu sosoknya hilang dibalik pintu asrama laki-laki.
"Ini salahmu."
"Diamlah, Ron."
To Be Continued
KAMU SEDANG MEMBACA
ᴛʜᴇ ʟᴀsᴛ ғɪɢʜᴛ ↬ᴅʀᴀᴍɪᴏɴᴇ ✓
FanfictionSetelah runtuhnya renzim Voldemort dan para pengikutnya, para penyihir kembali membangun dunia sihir yang aman dan tentram. Hermione kembali ke Hogwarts bersama Harry, Ron dan anak-anak tingkat 7 untuk menyusul ketertinggalan selama perang. Mereka...