16 - Awal Segala Teror

451 62 0
                                    

Hermione memandang punggung Malfoy yang menjauh sambil meremas tangannya kuat dan mengigit bibir bagian bawah. Memandangi pemuda itu lama, melihatnya yang tanpa fikir panjang langsung melayangkan serangan bertubi-tubi ke arah sekelompok pria berjubah hitam dengan topeng perak menyeramkan itu.

Hermione terpaku. Pemuda itu, Draco Malfoy yang selama ini dikenalnya sebagai bajingan pengecut yang merasa ketakutan bahkan hanya dengan mendengar nama pangeran kegelapan di sebut. Pemuda itu, sudah benar-benar berubah sekarang, entah sejak kapan, tapi Hermione merasa bahwa kali ini Malfoy mungkin akan benar-benar memilih untuk berdiri bersama mereka di sisi terang.

Fikiran itu tanpa sadar membuatnya tersenyum.

Hermione menghela nafas pelan. Ia mengangkat tongkatnya dan mengucapkan mantara "patronus." Sambil melambaikan tongkat. Tak lama, sebuah cahaya keperakan perlahan berubah membentuk seekor otter.

"Pergilah ke hogwarts. Temui Harry dan suruh ia untuk menemui profesor. Katakan kalau Hongsmade sedang di serang oleh pelahap maut. Pergilah," pinta Hermione setelah mengatakan pesannya.

Patronus berbentuk otter itu kemudian melompat menjauh. Pergi menuju hogwarts untuk menyampaikan pesan.

Tanpa menunggu lama lagi, Hermione segera keluar dari persembunyian. Berlari sekuat tenaga menghampiri seorang anak yang menangis tampak kebingungan mencari-cari seseorang.

"Hei, tidak apa-apa. Ayo cari orang tua mu," kata Hermione selembut mungkin. Meraih tangan mungil bocah itu yang kemudian mengangkatnya ke dalam gendongan.

Hermione tersenyum saat bocah itu berhenti menangis. Lengan kecilnya bergerak menghapus sisa-sisa air matanya yang membekas dipipi cabinya.

"Oh astaga Emma!" seru seorang wanita. Berlari mendekati Hermione dengan wajah khawatir.

"Momi!"

Hermione langsung menurunkan anak perempuan di gendongannya yang dengan cepat langsung berlari menghampiri wanita tadi yang ternyata adalah ibu dari anak itu.

Boom!

Hermione terpenjat, langsung mengalihkan pandangan. Sebuah rumah diujung jalan meledak setelah cahaya keunguan menyerbunya. Rumah itu runtuh begitu saja dengan dindingnya yang ambruk menimpa tanah.

Wajah Hermione merengut khawatir. Ia segera berbalik, menghampiri wanita dan anak perempuan tadi.

"Segeralah pergi dari sini. Pergi ke tempat yang aman," pinta Hermione mendesak, agak mendorong wanita itu pelan.

Sebagian dari rumah-rumah di desa telah hancur sementara yang lainya dibakar sampai hangus. Para bajigan pelahap maut itu sungah tak tanggung-tanggung. Ini bukan hanya sebatas teror peringatan, tapi juga pernyataan kalau mereka sudah siap untuk kembali berperang.

Hermione melihat Draco dikejauhan. Pemuda itu masih begitu sibuk, dan meskipun sudah ada beberapa auror yang datang membantu, Malfoy masih juga tak diberi cela untuk pergi.

Hermione meringis pelan, merasa cemas. Namun ia masih harus membantu evakuasi, jadi Hermione kembali berbalik dan melangkah pergi untuk membantu yang lain.

•••

Harry mengetok pintu ruang pribadi kepala sekolah berulang kali dengan tak sabar, di sampingnya, Ron yang masih tak tau apa-apa tampak menguap menahan kantuk. Masih tak tau menhu alasan Harry tiba-tiba membangunkannya di tengah malam begini.

Pintu tak lama terbuka. Kepala sekolah Mcgonagal muncul dengan gaun tidurnya. Wanita itu menyipitkan mata, memandang dua pemuda yang juga masih mengenakan baju tidur mereka berdiri tepat di depan pintu ruang pribadinya.

"Ada apa ini Mr. Potter dan Mr. Weasley?" Tanya wanita tua itu dengan tatapan dan nada menghakimi. Tau betul bahwa jam malam sudah berahkir sejak beberapa jam yang lalu dan seharusnya para murid tidak diperkenankan berkeliaran di lorong-lorong sekolah.

"Ada penyerangan di desa hongsmade, hedmister. Penyerangnya pelahap maut," kata Harry memberi tau dengan nada kepanikan yang jelas.

Pernyataanya sontak membuat kepala sekolah terkejut dan langsung kembali masuk ke dalam ruangan untuk bersiap. Sementara Ron yang juga mendengar dengan jelas apa yang Harry katakan langsung membelakakan matanya, tiba-tiba sadar dari rasa kantuknya. Pemuda berambut merah jahe itu menatap Harry dengan mata membelakak terkejut.

"Bloody hell! Harry, kenapa kau baru memberi tau," kata Ron panik. Harry meringis menyuruh pemuda itu untuk memelankan suaranya.

"Ayo, kita juga pergi," ajak Ron, hendak menarik Harry kembali ke kamar asrama mereka untuk bersiap. Tapi kemunculan kembali kepala sekolah membuat Ron mengurangkan niatnya.

"Kalian tetaplah berada di sekolah, berjaga kalau saja pelahap maut datang menerobos dan membuat kekacauan di sini," kata kepala sekolah dengan tegas, agak mewanti-wanti dua muridnya tersebut.

"Tapi hedmister, di sana pasti butuh lebih banyak orang untuk membantu. Kami bisa ikut," kata Ron bersikeras.

"Aku sudah menanyakan pada mentri sihir, Mr. Weasley dan sudah ada banyak auror yang datang membantu. Jadi tetaplah di sekolah atau point asrama kalian akan berkurang 100 besok pagi," kata McGonagal agak mengancam. Ron yang mendengarnya langsung merengut tak bisa membantah. Pasrah melihat kepala sekolah berjalan cepat menjauh lalu menghilang dibelokan lorong.

"Ayo Harry, kau hanya akan diam saja?" Tanya Ron, merasa keki sendiri melihat Harry yang cemas tapi tak juga melakukan apa-apa.

"Kita tidak bisa Ron. Point Gryfindor akan berkurang jika kita pergi."

"Kau masih perduli tentang point? Kita sudah berada di tahun terahkir. Siapa yang perduli tentang point sekarang?"

"Jangan egois, Ron. Yang lain sudah berusaha mengumpulkan point. Kau tidak boleh melakukan pelanggaran seeanknya seperti itu, lagipula hedmister benar. Kita harus tetap berada di sekolah karena bisa saja ada salah satu dari mereka yang menyusup masuk ke Hogwarts," kata Harry mencoba membuat Ron mengerti.

Pemuda Weasley itu ahkirnya mengangguk pasrah. Meski tetap saja masih merasa harus pergi untuk membantu. Tapi di sisi lain, perkataan Harry memang benar. Mereka harus tetap berada di Hogwarts, menjaga dari dalam sekolah mereka yang mungkin saja akan disususpi oleh para bajingan bertopeng perak itu.

"Ngomong-ngomong dari mana kau tau kalau hongsmade sedang di serang?" Tanya Ron, baru terfikirkan pertanyaan itu, lantas memandang Harry penasaran menunggu jawaban.

Harry membuang nafas berat "Hermione mengirimkan patronus, sepertinya dia berada di tempat kejadian," kata Harry memberi tau. Yang kemudian langsung di soraki Ron.

"Bloody hell!!"

To Be Continued

ᴛʜᴇ ʟᴀsᴛ ғɪɢʜᴛ ↬ᴅʀᴀᴍɪᴏɴᴇ ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang