18 - Malfoy Manor

498 62 0
                                    

Hermione dan Draco berapprate, mereka muncul tepat di jalan menuju Malfoy Manor. Dapat Hermione lihat bangunan megah yang berdiri kokoh, berada tepat di balik gerbang besi hitam yang menjulang tinggi dan tajam ke atas.

"Ayo," ajak Draco, pemuda itu berjalan lebih dulu mendahului Hermione, sembari memegangi perutnya yang sempat terkena serangan mantra Rabastan Lestrange. Selayaknya sihir, tubuh Draco menembus pagar dengan begitu mudahnya. Tapi pemuda itu kembali berbalik saat merasa Granger tampaknya tidak mengikutinya masuk.

Hermione masih berdiri diam di tempat, memandangi Malfoy Manor yang gelap di kejauhan. Ingatan tentang apa yang pernah terjadi di dalam bangunan itu merasuk cukup dalam dan menggali memori kelam semasa perang. Tentang penangkapan ia dan kedua sahabatnya, tentang kematian dobby dan bagaimana Hermione disiksa tanpa ampun oleh salah satu anggota keluarga pemilik manor itu. Tanpa sadar, Hermione memegangi lengannya, meski luka itu tidak lagi terasa sakit seperti pertama kali ia mendapatkannya, namun bekasnya akan selamanya ada di sana, terus mengingatkannya bertapa kelamnya hari-hari itu.

"Granger?" Draco memanggil pelan, berjalan kembali mendekatinya. Draco langsung paham saat melihat ekspresi wajah Hermione. Ekpresi enggan yang gadis itu tunjukan saat memandangi manornya, Draco tau dengan pasti, apa yang bibinya lakukan pada gadis Granger itu pasti menimbulkan trauma. Teriakan Hermione hari itu masih sering terngiang dalam setiap kesempatan ketika Draco kembali memimpikan tentang perang. Kenangan tergelap dan paling kelam, sunggu ironi bagi mereka.

"Dia tidak ada di sana, tidak lagi." Draco mengambil nafas sejenak, meraih tangan Hermione, membuat gadis itu memalingkan pandangan dan menatap mata biru keabu-abuan Draco yang menatapnya dengan keyakinan "tidak ada siapapun yang akan menganggumu di sana. Malam ini aku akan menjagamu." tenggorokan Draco seperti tercekat sebelum dia melanjutkan "ayo masuk Granger."

Dalam sekali tarikan nafas, Hermione memantapkan hatinya, meyakinkan dirinya sendiri, bahwa di sana tidak ada pelahap maut, tidak ada Voldemort, tidak ada Bellatrix Lestrange, hanya mereka. Hanya Dirinya dan Malfoy.

Melihat Hermione yang kembali tenang, masih dengan tangan yang saling bertaut dalam genggaman erat, mereka melangkah, melewati tabir pelindung Malfoy Manor, berjalan menyusuri jalan menuju bangunan megah di ujung jalan.

Malfoy Manor yang megah, membuka pintunya saat Draco dan Hermione tiba. Seorang peri rumah telah siap siaga, menyambut kedatangan sang tuan rumah dan seorang tamu.

"Selamat kembali, Sir. Apa ada yang bisa Penny lakukan?" Tanya peri rumah pada Draco, matanya berkilat cerah menatap tuannya penuh damba atas pekerjaan.

Hermione melihat peri rumah itu, dia memakai baju berwarna kuning luntur, bajunya bersih tapi tampak lusuh. Penampilannya jauh lebih baik dari penampilan dobby saat masih menjadi peri rumah di Manor ini.

"Ambilkan ramuan obat Penny, aku perlu mengobati lukaku. Dan juga tolong buatkan minuman dan cemilan untuk tamu kita." Draco melirik sekilas pada Hermione yang juga meliriknya.

Hermione mengulum bibirnya, masih diam memperhatikan interaksi antara tuan dan peri rumah sampai Penny menghilang dengan bunyi kecil setelah menerima tugas dari Draco.

"Ayo Granger, lewat sini. Ku yakin kau tidak ingin berada di tepat itu saat tiba di sana," ujar Draco sambil lalu, mengambil arah yang berlawanan dari lorong yang ditatap Hermione.

Mereka berjalan menyusuri lorong Malfoy Manor yang minim cahaya, hingga keduanya tiba di sebuah ruangan yang cukup luas dengan beberapa sofa yang ditata seperti di ruang tamu dan satu piano kalsik di sisi lain ruangan.

Draco mendudukan dirinya di sofa, saat ia ingin menyandarkan punggunya, Draco langsung meringis karena merasakan sengatan rasa sakit pada bagian punggungnya. Suaranya menarik perhatian Hermione yang sedang memperhatikan sekitar ruangan.

Hermione segera mendekat dan duduk di samping Draco "kau terluka?" Tanya Hermione, ekpresi wajahnya berubah cemas.

Draco meringis lagi, wajahnya mengeruh karena rasa sakit "kurasa pungguku sempat menimpa sesuatu saat jatuh karena serangan, bisa kah kau melihat seberapa parah itu?" Draco membuka kancing bajunya, kemudian membuka baju sepenuhnya, membiarkan tubuh bagian atasnya terbuka tanpa selapis benangpun.

Hermione membelakakan matanya, tanpa sadar meringis ngeri saat melihat kondisi punggung Draco yang tidak bisa dikatakan baik- baik saja. Draco menoleh, melihat Hermione melalui bahunya.

"Apa itu buruk?" Tanya Draco.

Wajah Hermione mengeruh, masih memandangi punggung Draco yang terluka. Ada goresan panjang terbuka di sana, juga darah yang mengotori hampir seluruh punggungnya, sebagian telah mengering, tapi darah di sekitar luka masih sangat basah. Hermione mengangkat tangan, menyentuh pelan tepi luka Draco. Draco meringis dan sedikit merinding saat merasakan kulitnya disentuh jari-jemari Hermione.

"Kupikir ada batu tajam yang menancap dipunggungmu, itu tertarik dan merobek kulitmu," kata Hermione ngeri, nada suaranya sedikit bergetar. Masih tidak berpaling dari luka dipunggung Draco "bagaimana kau bisa tidak menyadarinya?" Tanya Hermione, kini mengangkat pandangan, menatap wajah Draco yang melihatnya dari balik bahunya.

"Kupikir aku mendapatkannya saat Cruciatus. Rasa sakitnya mengalahkan luka dipunggungku," gumam Draco, tapi Hermione masih mendengarnya jelas. Hermione menghembsukan nafas berat.

Penny muncul kemudian, membawa nampan berisi sepiring cemilan dan jus, sementara ditangan satunya membawa kotak berisi ramuan obat yang Draco minta, lalu kembali menghilang.

"Mau kah kau..." kata Draco ragu, melihat Hermione.

Hermione menarik nafas dalam "berikan padaku." Hermione menerima obat dari tangan Draco dan mulai mengoleskannya di atas luka dipunggung pemuda itu. Sementara itu, Draco meminum Blood-Replenishing potion atau ramuan penambah darah. Luka dipunggungnya terlalu banyak mengeluarkan cairan merah itu sehingga membuat Draco sedikit lemas. Dia juga mengoleskan krim berwarna kuning di atas perutnya, itu adalah brush-healing paste atau krim penyembuh memar.

Beberapa saat kemudian, Hermione selesai mengobati luka Draco. Dan pemuda platina itu pamit ke kamar untuk mengambil baju baru untuk dipakai. Meski berwarna hitam dan darah tidak terlihat, bajunya sudah kotor, jadi Draco harus menggantinya.

Hermione duduk sendirian, tampak tidak nyaman karena hanya berdiam diri. Perhatiannya kemudian beralih pada piano di ruangan itu, tertarik untuk melihatnya lebih dekat, maka Hermione bangkit berdiri dan berjalan menghampiri.

Hermione tidak pernah tertarik pada musik, ibunya bahkan pernah memintanya untuk ikut les piano sewaktu umurnya 12 tahun. Selama liburan sekolah, Hermione menghabiskan waktunya untuk les piano, tujuh kali Hermione menghadiri kelas, tapi dia tidak pernah berhasil memainkan satupun lagu, yang sederhana sekalipun.

"Jika kau mau, kau boleh memainkannya," sahut Draco yang baru kembali dari kamarnya. Pemuda itu berjalan menghampiri Hermione yang berdiri di samping piano.

Hermione tersenyum kecil, lantas menggeleng "aku tidak bisa bermain piano," katanya jujur. Sedetik, Hermione kira Draco akan menertawakannya, tapi diluar dugaan, pemuda itu hanya mengangguk seolah mengerti. Tidak ada ekpresi merendahkan, tidak ada kata ejekan.

"Kau, apa kau bisa?" Tanya Hermione, melirik pada Piano sejenak sebelum kembali pada Draco.

Draco mengangguk "ya," katanya "mau mendengarkan satu lagu?" Tanya Draco. Hermione mengulum bibir dan tersenyum, lantas mengangguk.

Malam semakin menyongsong saat Draco mulai menekan tust-tust piano, memainkan sebuah lagu, mengisi malam senyap mereka menjadi lebih baik. Dan Hermione masih berdiri di samping piano, menyaksikan pertunjukan kecil Draco Malfoy.

To Be Continued

ᴛʜᴇ ʟᴀsᴛ ғɪɢʜᴛ ↬ᴅʀᴀᴍɪᴏɴᴇ ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang