04 - Ruang Kepala Sekolah

560 68 0
                                    

Hermione menghembuskan nafas pelan setelah keluar dari ruang kepala sekolah. Disampinynya ada Anthony yang tampak memainkan lencana ketua muridnya.

Mereka baru saja bertemu dengan profesor McGonagall dan membicarakan banyak hal yang tentu saja berkaitan dengan tugas mereka sebagai ketua murid baru.

"Apa kau akan langsung pindah ke asrama ketua murid malam ini?" Anthony memasang lencana ketua murid pada jubah Revenclawnya, kemudian mengalihkan pandangan pada ketua murid putri di sampingnya.

"Kurasa aku akan pindah besok saja." Hermione menjawab lesuh. Entah kenapa dia merasa kurang memiliki semangat saat ini padahal dia baru saja ditetapkan sebagai ketua murid putri, jabatan yang selama ini dia idamkan.
"Aku duluan."

Anthony mengeryitkan alisnya menatap punggung Hermione yang perlahan menjauh. Apa Hermione tak menyukai berpatner denganya? Kenapa sikapnya seperti dia baru saja mengalami hal buruk.

Anthony menghembuskan nafas pelan. Itu bukan urusanya, meskipun dia masih memiliki sedikit perasaan pada Hermione dia tetap sadar diri kalau gadis itu terlalu jauh untuk bisa dia capai, jadi dia harus benar-benar berhenti dan melupakan gadis Granger itu. Dan menganggapnya hanya sebatas panter ketua murid mulai sekarang.

Tanpa banyak berfikir lagi, Anthony segera beranjak dari sana. Memutuskan untuk mulai menempati asrama malam ini saja sekalian melihat bagaiman asrama barunya itu.

Tak lama setelah kepergian Anthony, Draco muncul dari belokan koridor. Dia berjalan masuk menuju ruang kepala sekolah. Entah untuk apa lagi profesor McGonagall memanggilnya dia hanya berharap bahwa wanita itu tidak akan lagi membahas soal dia yang menolak menjadi ketua murid putra. Dia sudah mengatakan alasanya secara jelas dan dia malas untuk menjelaskan untuk yang kedua kalinya.

"Mr.Malfoy, ahkirnya kau datang juga." suara khas McGonagal menyapa Draco begitu dia telah masuk ke dalam ruangan sepenuhnya.

Sosok wanita dengan topi runcing yang ikonik dan khas tampak duduk dibalik meja kebangganya. Tepat dibelakang wanita itu terdapat lukisan-lukisan mantan kepala sekolah terdahulu termasuk Dumbledore dan Snape. Draco mendegus begitu mendapati lukisan-lukisan itu menatapnya dengan pandangan yang berbeda.

"Kurasa kita tidak perlu basa basi lagi. Mr.Malfoy, niatku memanggilmu malam ini karena ada yang perlu aku beritaukan padamu dan ini sangat penting, jadi aku berharap kau bisa menjaga apapun yang kita bahas malam ini tanpa memberitaukanya pada orang lain."

Draco mengernyitkan alisnya. Ruangan itu seketika dipenuhi dengan aura keseriusan, bahkan para kepala sekolah dalam lukisan turut andili dalam pembicaraan serius malam itu.

**

Hermione menghentikan langkahnya ketika teringat akan satu hal. Dia lupa memberitau Anthony tentang prefek yang seharusnya cowok itu tentukan malam ini agar mereka bisa membahasnya besok. Dia merutuki kelambananya, lantas kembali berbalik menuju tempat mereka berpisah, berharap pemuda Revenclaw itu masih berada di sana atau setidaknya belum terlalu jauh jika dia sudah beranjak pergi.

Namun langkahnya terhenti begitu menangkap sosok familir berambut pirang platina memasuki ruangan kepala sekolah. Hermione mengernyitkan alisnya. Apa yang Malfoy lakukan di ruang kepala sekolah malam-malam begini? Apa Malfoy menyesal telah menolak jabatan ketua murid putra dan ingin meminya prof.McGonagall mengembalikan jabatanya lagi? Tapi mana mungkin. Harga diri seorang Malfoy pasti tidak akan mengizinkanya. Jadi, alasan apa yang membuat Malfoy datang ke sana?

Hermione penasran tapi juga merasa kalau ini bukan urusanya dan tidak seharusnya dia merasa seperti ini. Itu urusan Malfoy dan dia seharusnya tidak ikut campur. Jadi dia memutuskan untuk pergi. Urusan ketua muridnya lebih penting.

Sementara itu di dalam ruang kepala sekolah, Draco masih terlibat dengan pembicaraan serius bersama McGonagal.

"Setelah mendengar ini, aku berharap kau memikirkan kembali di sisi mana kau akan berpihak Mr.Malfoy. aku berharap pilihanmu nanti bisa membawa dunia sihir pada titik yang lebih baik." Minerva menatap muridnya itu dengan pandangan penuh pengharapan. Dia sama sekali tak bisa membaca fikiran Malfoy satu ini karena olumency yang Draco miliki terlalu kuat untuk ditembus dengan kemampuan Legimencynya. Kemampuan mengajar Bellatrix memang tidak bisa diremehkan.

Draco tau maksud dibalik kalimat terahkir McGonagall. Itu berarti bahwa wanita itu berharap Draco akan mimilih berada di sisi Orde, sisi terang. Tapi kenapa wanita itu mengatakan hal ini padanya, kenapa bukan Potter atau Granger yang lebih bisa wanita itu percayai. Mereka adalah pahlawan perang sementara dia adalah pelahap maut yang seharusnya menjadi orang yang harus mereka waspadai.

"Kenapa anda memberitaukan hal ini pada saya, bukankah Potter lebih mengerti dan mungkin akan langsung memberikan jawaban yang anda inginkan." Draco melihat McGonagall menghembuskan nafas berat dan melirik lukisan Dumbledore yang tampak memberikan senyuman kecil penuh arti.

"Kami berencana untuk memberitaukan hal ini pada Mr.Potter nanti. Dan alasan kami memberitaukan hal ini padamu lebih dulu adalah karena hal buruk kali ini berkaitan erat dengamu Mr.Malfoy."

Draco mengernyitkan alisnya tak paham atas penjelasan McGonagal. "Mak--"

"Sebaiknya kita mengahiri pembicaraan ini. Jam malam akan segera berahkir, kau sebaiknya segera kembali ke asramamu. Mr.Malfoy."

Draco mendengus keras karena ucapanya disela. Namun dia tak mau menambah urusan dan memilih untuk segera meninggalkan ruang kepala sekolah. Dia masih merasa penasaran akan maksud dari ucapan McGonagall dan Itu memberatkan fikiranya.

Menara astronomi mungkin akan menjadi tempat yang pas untuk menjernihkan fikiranya dan memikirkan baik-baik tentang pembicaraan di ruang kepala sekolah. Dia sudah menduga akan hal ini sebelumnya tapi tidak menyangka bahwa itu akan benar-benar menjadi kenyataan. Satu hal yang dapat Draco simpulkan dari pembicaraan serius itu bahwa perang belum benar-benar berahkir.

"Detensi."

Draco mengumpat ketika mendengar suara menjengkelkan itu. Dia berbalik dan mendapati Filch dan kucing kotornya berada tepat dibalik punggungnya.

"Aku baru saja dari ruang kepala sekolah sialan! Jangan seenaknya memberikan detensi." Dia tidak terima tentu saja. Memang siapa yang mau diberikan detensi malam-malam begini ditambah ini bukan kemauanya untuk keluar dari asrma.

"Kau melanggar jam malam. Detensi." Flich menekan kata terahkirnya membuat Draco rasanya ingin melemparkan avada pada squib jelek di depanya ini karena berani-benarinya berbicara padanya sambil melempearkan seringaian menjijikanya itu.

"Kami baru saja dipanggil kepala sekolah untuk membicaraakan hal penting, Mr.Flich jika anda tidak percaya anda bisa bertanya pada kepala sekolah langsung."

Kedua orang itu mengalihkan pandangan pada sosok gadis berambut coklat yang muncul dari arah lorong di belakang Flich. Hermione Granger menatap penjaga sekolah itu dengan tatapan berani yang meyakinkan seolah memberi isyarat lewat matanya bahwa dia berkata yang sebenarnya.
Dia sesekali melirik ke arah Malfoy yang juga sedang menatapnya.

Dia tau, Malfoy pasti berniat pergi ke menara astronimi. Sejak tahun ke enam, Hermione memang sering melihat pemuda itu berada di sana seolah itu adalah tempat favoritnya.

Flich tampak berfikir lama membuat Hermione maupun Draco greget ingin segera melempar squib itu ke danau hitam sekarang juga. Tapi untung saja Flich segera pergi setelahnya, percaya pada perkataan Hermione yang tidak sepenuhnya benar. Yah, mereka dipanggil terpisah dan membicarakan hal yang tentu saja berbeda jadi kata 'kami' adalah satu kebohongan.

Draco menatap Hermione sejenak, dia ingin mengatakan sesuatu tapi entah kenapa terasa berat. Dia menghembuskan nafas kasar kemudian berbalik dan segera beranjak pergi. Meninggalkan Hermione tanpa kata ditempatnya.

Gadis itu menatap punggung Malfoy yang perlahan menjauh hingga hilang dikegelapan lorong. Hermione tak tau kenapa dia menolong Malfoy, bukankah seharusnya dia membiarkan pemuda itu mendapatkan detensi. Malfoy adalah orang yang selalu mencari masalah dan melakukan banyak hal jahat padanya dulu, jadi untuk alasan apa dia perduli dan menolongnya? Hermione merasa dia mulai kehilangan kewarasanya sekarang

To Be Continued

ᴛʜᴇ ʟᴀsᴛ ғɪɢʜᴛ ↬ᴅʀᴀᴍɪᴏɴᴇ ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang