Draco perlahan mundur saat melihat para auror mulai berdatangan dan ikut dalam pertarungan. Dia memperhatikan keadaan sekitar yang benar-benar kacau. Hogsmeade seakan baru saja di terjang bencana alam. Banyak rumah yang rusak dan juga orang-orang yang tergeletak tak berdaya di atas tumpukan salju.
Kilatan-kilatan cahaya berterbangan di udara. Draco berlari, matanya mengawasi dan menghindari setiap mantra yang meleset dan hampir mengenainya. Dia lalu melihat sosok Hermione berlari ke sana kemari membantu beberapa orang keluar dari tempat perkara.
Tapi tiba-tiba saja sebuah kilatan kemerahan meleset dan mengenai Draco, membuatnya terlempar jauh. Draco meringis, memegangi perutnya yang terasa sakit. Dalam upayanya kembali bangkit berdiri, dia melihat sosok pria berjubah hitam dengan topeng perak berdiri tak jauh darinya.
Pria itu kemudian membuka topengnya dan sepenuhnya memperlihatkan wajahnya. Kening Draco mengernyit dalam, jelas mengenali siapa pria itu.
Rabastan Lestrange menyeringai, memandang Draco dengan tatapannya yang menjijikan dan dipenuhi sorot merendahan.
"Penghianat!" Katanya menghina terang-terangan.
Draco menatapnya tajam dan penuh rasa jijik dan kebencian. Merutuk kenapa orang ini tidak pergi bersama saudara dan iparnya ke neraka.
Berdecih dan kemudian bangkit, Draco mengenggam erat tongkatnya, bersiap dan waspada jika saja pria sialan tersebut akan kembali melemparkan mantra ke arahnya.
"Di mana ayah payahmu, Malfoy junior? Oh! Aku lupa, dia sudah pergi ke neraka, ya?" Rabastan terkekeh, dalam nadanya tersirasat ejejek yang menganggu dan menyebalkan.
Draco makin mencengkram tongkatnya, dia menggeram, lalu sepersekian detik setelahnya, Draco melemparkan serangan ke arah Rabastan yang dapat pria itu tepis dengan mudah.
Rabastan terkekeh meremehkan "kau fikir dengan siapa kau sedang berhadapan?"
Wajah Draco mengeras, tatapannya semakin tajam, sementara itu ia juga diam-diam melirik ke arah Hermione yang berada tak jauh dari tempatnya saat ini. Gadis itu tengah berusaha membantu penduduk untuk menjauh dari area pertempuran. Draco mengepalkan tangannya, dia harus segera menghampiri Hermione dan membawanya pergi. Tempat ini kian lama semakin berbahaya.
Tatapan Draco kembali tertuju pada pria di depannya. Rabastan menyeringgai, memain-mainkan tongkatnya dan berjalan congkak mendekati Draco.
"Hidup dengan baik Malfoy? Bagaimana dengan ibumu?" Sudut bibinya semakin tertarik ke atas "bagaimana kabar Narcissa?"
"Sialan." Draco berdesis. Satu dunia sihir tau bagaimana kondisi sang nyonya Malfoy dan Draco yakin bahwa pria sialan ini pun mengetahuinya. Rabastan bertanya dengan maksud mengejek dan Draco tidak bisa membiarkannya begitu saja.
Sepersekian detik kemudian, duel antara keduanya di mulai.
"Stupfy!"
"Curcio!"
"Reducto!"
"Avada Kedavra!"
Cahaya mantra meleset ke sana ke mari, baik Draco maupun Rabastan tak hentinya melayangkan mantra untuk menjatuhkan satu sama lain. Tidak ada yang akan mengalah.
"Diffindo!"
Mantra Draco meleset cepat dan mengenai bagian tangan Rabastan yang memegang tongkat. Sebuah sobekan tercipta dikulitnya, melebar dan memperlihatkan daging yang menjijikan.
Draco mengernyit jijik. Menggunkan kesempatan sementara Rabastan memekik murka dan kesakitan, Draco beranjak pergi, berlari ke arah Hermione yang masih berusaha membantu penduduk pergi ke tempat aman.
"Cepat pergi dari sini!" Gadis itu memekik keras, nadanya penuh kepanikan.
Draco masih berlari, mencoba mencapai tempat di mana Hermione berada. Tapi Rabastan yang sudah pulih dari gangguannya, menyusulnya dan menyerang Draco.
Mantra Cruciatus menghantam tubuh Draco telak, mengalirkan sensasi tidak mengenakan yang begitu menyiksa. Tubuhnya jatuh ke atas tanah dan menggeliat kesakitan.
Suara teriakan Draco menarik perhatian Hermione, membuat gadis itu mengernyit khawatir, tidak sabar saat menyuruh seroang wanita untuk cepat pergi meningalkan Hogsmeade.
Hermione segera berlari ke tempat Draco berada, sembari mengancungkan tongkat, dia melemparkan mantra Stupfey ke arah Rabastan, membuat pelahap maut itu terdorong ke belakang dan menjauh dari tubuh Draco.
Hermione segera menghampiri Draco, membantu pemuda itu bangkit. Dia tidak bisa menyembunyikan ekspresi cemas di wajahnya. Keadaan begitu genting, mereka tidak bisa menanganinya.
Rabastan terkekeh, pria itu bangkit dan berjalan mendekat, menatap dua remaja yang saling merangkul untuk membantu yang lain.
"Kau benar-benar sudah menjadi bloodtraitor sejati eh, Malfoy? Memiliki hubungan dengan moodblood? Menjijikan." wajah Rabastan mengernyit jijik, memandang Draco seolah di wajahnya ada kotoran besar yang membuatnya ingin muntah.
Rabastan meludah. Hermione melemparkan tatapan tajam pada pelahap maut itu.
"Granger..."
Hermione menoleh saat mendengar panggilan Draco yang hampir serupa bisikan. "Kita harus pergi dari sini," kata Pemuda itu. Draco menjauh dari tubuh Hermione, membuat wajah gadis itu mengeruh khawatir, dia mengangguk. Tapi suara Rabastan yang mengejek kembali menyusup di antara mereka.
"Kalian ingin kabur?" Tawanya menggelegar. "Kalian pikir aku akan membiarkannya?"
Dan kemudian, aksi lempar mantara kembali terjadi. Duel satu lawan dua, tapi Rabastan Lestrange begitu lihai mengimbangi.
"Curcio!"
"Reducto!"
"Depulso!"
Warna-warna mantra yang berasal dari ujung tongkat mereka meleset, terbang ke sana ke mari melewati udara. Keadaan masih begitu kacau dan semakin kacau. Tidak hanya para auror yang datang, tapi pasukan pelahap maut semakin bertambah pula.
Berbagai macam mantra dilayangkan, hingga merah dan ungu saling bersibobrok di tengah-tengah, memancarkan kembang api yang saling melawan. Bergemercik seakan-akan hendak meledak. Dalam kesempatan kecil ketika mantra Draco dan Rabastan saling terhubung, Hermione melemparkan serangan kejutan.
"Sectumsempra!"
Tubuh Rabastan terlempar, berguling di atas salju dengan luka yang tidak bisa dilihat melalui jubah hitamnya, tapi Hermione yakin, pria itu terluka. Mantra Hermione menghantamnya telak.
Melihat Rabastan yang kesakitan, Draco segera meraih tangan Hermione dan menggenggamnya erat, menatap gadis itu dengan keyakinan "ayo pergi dari sini," dan Hermione mengangguk, mengiyakan ajakannya. Sepersekian detik kemudian, mereka hilang, Berdispparate dari tempat kacau itu.
Sementara Rabastan yang terbaring dalam kekalahan, mengangkat tongkatnya, mengarahkannya ke lanngit, lalu mengumamkan sebuah mantra.
"Morsmordre."
Sebuah tengkorak kolosal bercahaya zamrud, dengan ular menonjol dari mulutnya seperti lidah. Naik lebih tinggi dan lebih tinggi, menyala dalam kabut asap kehijauan, terukir begitu mengerikan di langit hitam pekat. Sebuah tanda yang hanya memiliki satu arti. Perang.
To Be Continued
A/n
Ini chapter baru yang memang benar-benar baru. Di lapak kemarin belum sempat di publish meskipun sudah kutulis.
Jadi, gimana pendapat kalian tentang chapter ini?
KAMU SEDANG MEMBACA
ᴛʜᴇ ʟᴀsᴛ ғɪɢʜᴛ ↬ᴅʀᴀᴍɪᴏɴᴇ ✓
FanfictionSetelah runtuhnya renzim Voldemort dan para pengikutnya, para penyihir kembali membangun dunia sihir yang aman dan tentram. Hermione kembali ke Hogwarts bersama Harry, Ron dan anak-anak tingkat 7 untuk menyusul ketertinggalan selama perang. Mereka...