19 - Tanda Kegelapan

456 60 1
                                    

Harry Potter berjalan cepat menyusuri koridor, jubah panjang dengan gardasi merah khas Gryffindor nya berkibar sepanjang ia melangkah. Di sampingnya Ron Weasley melangkah tak kalah cepat. Keduanya tergesa-gesa masuk ke dalam kantor kepala sekolah setelah mendengar kabar bahwa Hermione telah kembali.

Pintu ruangan Headmister Mcgonagall terbuka, kedua pemuda Gryffindor masuk secara bersamaan, kedatangan mereka menarik perhatian tiga orang yang berada dalam ruangan.

"Hermione!"

Harry dan Ron melangkah cepat menghampiri Hermione, meraup sahabat perempuan mereka dalam pelukan erat kecemasan. Mereka baru saling melepaskan setelah tiga menit kemudian.

"Apa yang terjadi Hermione? Apa yang kau lakukan di luar semalam. Demi Godric, kau membuat kami khawatir," kata Harry, dia berkata hampir tanpa jeda.

Hermione menghembuskan nafas pelan, dia menoleh ke belakang dan melirik pada Malfoy yang juga sedang menatapnya tanpa ekspresi berarti. Hermione mengulum bibir, lantas kembali beralih pada kedua sahabatnya.

"Miss Granger pergi dengan Mister Malfoy ke S.T Mugo untuk bertemu Narcissa Malfoy. Mister Potter," sahut McGonagall.

Alis Harry berkerut, menatap Hermione meminta penjelasan. Sementara Ron langsung maju ke depan Draco dan mengancungkan tongkatnya pada sang pemuda Slytherin. Wajah Ron memerah hampir menyamai warna rambutnya. Tapi Draco hanya diam dengan wajah lelah, menatap Ron dengan sorot mata dingin.

"Untuk apa kau pergi dengannya, Mione? Apa feret ini mengancammu?" Seru Ron, masih mengancungkan tongkat menatang pada Draco. Rahangnya mengeras, menggenggam tongkatnya dengan erat.

"Turunkan tongkatmu, Mister Weasley. Aku tidak menginginkan lemparan mantra di ruanganku saat ini." Profesor McGonagal berdiri dari kursinya, menatap Ron garang.

Hermione segera mendatanginya dan mencegat Ron, menarik tangan pemuda itu turun dan menjauh dari wajah Draco. Hermione menarik nafas lelah "aku hanya membantunya Ronald," katanya. Dia melirik antara Harry dan Ron "Malfoy ingin mengecek keadaan ibunya, dia khawatir karena situasi yang sedang terjadi sekarang." pandangan Hermione kemudian terfokus pada Harry, menatap pemuda itu dengan alis bertaut "lagipula, bukankah kau bilang, kita sudah seharusnya berdamai dengan Malfoy. Katakan padaku kalau itu bukan hanya omong kosong, Harry."

"Tapi Hermione, dia bisa pergi sendiri. Kau tidak perlu membahayakan nyawamu untuknya," kata Harry.

"Aku tidak..." Hermione menghela nafas pelan, hampir membalas Harry dengan emosi "kami tidak tau jika Hogsmeade akan di serang tadi malam---"

"Dia pasti tau, itu adalah trik licik lain yang dia lakukan untuk menjebakmu," sela Ron.

"Diamlah Ronald!" Kata Hermione dengan intonasi tinggi dan marah lalu berkata dengan tegas "biarkan aku selesai bicara."

"Kami dalam perjalanan kembali ke Hogwarts ketika mereka datang dan menyerang Hogsmeade. Dan Ron, kalau kau fikir Malfoy terlibat dengan mereka, dia tidak akan rela menerima Cruciatus dan bahkan luka dipunggungnya hanya demi menyelamatkan sebagian warga yang panik." Nafas Hermione naik turun, dia hampir kehilangan kontrol emosinya ditengah penjelasan. Demi Merlin, Hermione kembali ke Hogwarts bukan untuk berdebat seperti bocah dengan kedua sahabatnya.

"Tapi Hermione, bisa saja dia..."

"Aku tidak mau berdebat lagi Ronald. Bisakah kau bersikap dewasa, kumohon hanya untuk sekarang."

Ekpresi wajah Ron mengeruh kesal, dia menatap sinis pada Malfoy sebelum membuang pandangan dari pemuda Slytherin tersebut.

"Aku harap, tidak ada debat lagi setelah ini. Mister Potter, Mister Weasley. Aku memanggil kalian ke sini untuk membahas tentang insiden yang terjadi tadi malam. Aku mendapat informasi dari Mentri Shihir bahwa orde akan segera memulai pertemuan untuk membahas masalah ini. Dan aku menginginkan kalian untuk semakin memperkuat pertahanan di Hogwarts bersama anggota Dumbledore Army lainnya. Para guru tentu saja juga akan membantu." Kepala sekolah menatap keempat murid yang berdiri di depan mejanya satu persatu "kita belum tau rencana apa yang sedang mereka siapkan. Banyak orang mengira bahwa itu hanyalah aksi balas dendam karena kekalahan perang satu tahun lalu, tapi tadi malam, banyak saksi yang melihat tanda kegelapan muncul dilangit." Minerva McGonagall menghela nafas berat sembari memijat pelipisnya "kita tau bahwa tanda itu adalah deklarasi untuk memulai perang kembali. Dan aku yakin, mereka tidak mungkin memulai perang tanpa persiapan. Mereka bisa saja sudah merencanakan sesuatu yang besar jauh-jauh hari tanpa kita sadari."

"Mister Malfoy." McGonagal memanggil "aku tau kau tidak menyukai ini, tapi bisakah kau memberi tauku jika tanda kegelapan dilenganmu kembali aktif?"

Draco mengerutkan alisnya "tanda kegelapan hanya aktif hanya jika pangeran kegelapan memanggil, anda tidak berfikir jika dia memanggil pengikutnya dari neraka bukan, Profesor?"

"Hanya untuk jaga-jaga Mister Malfoy. Bisakah kau melakukannya?"

Draco menghembuskan nafas pasrah, lalu mengangguk "saya akan memberitau jika tandanya kembali aktif, Profesor." Profesor McGonagal mengangguk puas atas jawabannya.

"Kalau begitu kalian boleh keluar sekarang." Headmister mempersilahkan "dan Miss Granger, Mister Malfoy, aku harap kalian tidak lupa dengan detensi karena keluar castil tanpa izin." Lanjut Profesor, mengingatkan.

Draco dan Hermione mengangguk dan membalas sopan. Keempatnya pun berbalik dan segera keluar dari ruang kepala sekolah.

Ron segera menarik Hermione yang berjalan di samping Draco saat mereka sudah berada di koridor, menyembunyikan gadis itu dari sang pemuda Slytherin.

"Jangan dekat-dekat dengannya, Hermione," kata Ron sembari menatap Draco sengit "feret ini hanya akan memanfaatkanmu demi kepentingannya," sarkasnya.

Draco memutar bola mata malas. Dia tidak mau berdebat dengan Weasley sekarang. Draco ingin cepat-cepat pergi ke asramanya untuk beristirahat, dia masih belum cukup bertenaga untuk meladeni siapapun sekarang, lagi pula, Draco juga harus mengobati lukannya lagi, setidaknya mengoleskan salep dan mengganti perban.

Menghiraukan trio Gryffindor, Draco berlalu tanpa kata, pergi begitu saja meninggalkan Ron yang tersulut emosi karena diabaikan. Harry segera menahan Ron, dan menariknya pergi bersama Hermione.

Mereka masih harus menemui Neville sebagai leader Dumbledore Army untuk memberi tau pesan dari kepala sekolah.
Situasi semakin tidak terduga, dan mereka harus bersiap pada apapun yang terjadi nanti. Harry tidak pernah menduga bahwa para pelahap maut akan begitu cepat melakukan penyerangan dan muncul secara terang-terangan di depan publik. Baru beberapa minggu lalu mereka kabur dari Azkaban, itu bukan hal yang patut di abaikan. Harry tau pelahap maut selalu melakukan segala hal dengan penuh persiapan, mereka tidak akan semberono.

Tanda kegelapan yang dilihatnya tadi malam, membuat Harry seperti merasa lukanya kembali berdenyut. Harry tau itu hanya karena perasaan cemasnya saja, tapi bukan berarti dia harus mengabaikan hal itu begitu saja.

Mereka tidak tau apa yang sedang direncanakan para pelahap maut itu, tapi mereka tau, itu pasti adalah rencana terburuk yang bisa mereka bayangkan.

To Be Continued

ᴛʜᴇ ʟᴀsᴛ ғɪɢʜᴛ ↬ᴅʀᴀᴍɪᴏɴᴇ ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang