"Mas Arshad... Mas.."
Laki-laki yang baru saja meletakkan punggungnya di permukaan kasur itu kembali terbangun.
Ketukan pintu kamar yang terdengar riuh membuatnya merasa terganggu.
"Kenapa bik?" Tanyanya dengan wajah lesu menahan kantuk, setelah membuka pintu.
"Itu mas, non Rasia, non Raisa pingsan di kamar mandi."
Ucapan bik Inem membuat rasa kantuk Arshad langsung hilang. Ia bergegas menuju kamar yang hampir satu bulan ini tidak pernah dimasuki. Tepatnya setelah kejadian pemerkosaan yang ia lakukan terjadi.
Dengan gerakan cepat, laki-lagi berbadan tegap itu langsung mengangkat tubuh perempuan yang tergeletak lemah di bawah shower.
"Tolong ambilkan baju ganti bik, pakaikan langsung. Saya telepon dokter dulu."
"Siap, mas.."
Bik Inem segera melakukan tugasnya dengan baik. Membereskan baju kotor yang Raisa pakai, kemudian menggantinya dengan yang baru.
Wajah perempuan itu terlihat sangat pucat. Bik Inem tahu jika tubuh Raisa semakin kurus dari waktu ke waktu. Sepertinya karena perempuan itu tidak pernah makan dengan baik.
Tak lama kemudian, seorang dokter perempuan masuk ke kamar tempat Raisa terbaring lemah. Arshad mengekor di belakangnya.
"Shad, ini udah berapa lama pingsannya."
Arshad mengernyit pelan lalu menatap ke arah bik Inem.
"Sepertinya sejak pagi tadi dok. Kebetulan siang ini saya masuk non Raisa sudah tidak sadarkan diri. Kalau semalam masih baik-baik saja." Wanita paruh baya itu langsung menjawab.
Penjelasan bik Inem membuat sang dokter mengangguk pelan.
"Dia nggak makan sejak kapan, Shad? Sampai kurus gini. Curiga ada gangguan di pencernaannya. Denyut nadinya juga lemah banget."
"Maaf dok, kebetulan non Raisa memang tidak teratur soal makan. Hampir tidak pernah menyentuh nasi selama beberapa Minggu ini."
Lagi-lagi bik Inem yang menjawab, karena Arshad hanya diam saja. Mana mungkin laki-laki itu memberi keterangan. Paham kondisi Raisa saja tidak.
Dokter cantik yang kini membereskan stetoskopnya tersebut sedikit melotot. Kemudian kembali menatap ke arah bik Inem.
"Wah iya sepertinya gangguan pencernaan. Nanti tolong kasih kompres ya bik, untuk mengurangi panas tubuhnya. Ini saya cek di atas normal."
"Lo bawa infus seperti yang gue minta, kan?"
"Iya, ini langsung gue pasang. Sekalian nanti gue ambil sampel darahnya untuk observasi. Takutnya ada faktor lain."
"Bik, nanti setelah sadar tolong dibujuk supaya makan. Ini saya bawakan vitamin dan beberapa obat untuk membantu memulihkan energi."
"Baik, dok.."
"Gue turun dulu, nanti kalau hasil labnya keluar langsung gue bawa ke sini." Pamit dokter itu yang hanya ditanggapi anggukan oleh Arshad.
"Namanya Kanaya bik, dia dokter umum di klinik depan apartemen ini." Jelas Arshad setelah memahami raut bingung di wajah ARTnya.
"Woalah, pantas datangnya cepat."
"Nanti kalau dia sadar panggil saya di kamar ya bik. Saya mau tidur sebentar."
"Iya mas,"
.........
"Masih belum sadar?" Arshad menggeleng pelan sambil keluar dari kamarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Black & Grey
ChickLitRaisa tidak menyangka jika karmanya akan datang secepat ini. Setelah berhasil membujuk sang mama untuk menjual Denara, kini ia justru mengalami hal yang sama. Lebih tidak menyangka lagi, Arini-lah yang sengaja menjualnya. Padahal, bagi Raisa, Arini...