End

8.2K 476 46
                                    

Arshad baru saja pulang, ia sangat bersyukur pekerjaan di kantor cepat selesai. Sehingga lebih cepat juga laki-laki itu sampai di rumah.

Baru saja membuka pintu, ia tersenyum lembut menatap interaksi Zeev dan Raisa yang selalu berhasil membuat iri.

Tatapan keduanya begitu dalam. Benar-benar menunjukkan ikatan batin yang sangat kuat. Apalagi, aura keibuan Raisa semakin bertumbuh seiring waktu.

Namun sayang, perempuan itu masih menjaga jarak yang cukup ketara dengannya. Meski sudah menikah hampir satu bulan, Raisa belum juga terlihat enjoy menjalani bahtera rumah tangga.

Entah apa yang ada di pikiran perempuan itu. Arshad selama ini masih berusaha diam. Ia mencoba memahami perasaan Raisa yang mungkin belum terbiasa dengan sebuah pernikahan.

Bukan, bukan perempuan itu tidak menjalankan kewajiban sebagai istri. Toh, Raisa senantiasa menyiapkan segala kebutuhan layaknya seorang istri yang patuh.

Hanya saja, untuk urusan ranjang, Arshad memang tidak berani menuntut.

"Kamu sudah pulang? Aku kira lembur lagi.." Lamunan Arshad buyar setelah mendengar pertanyaan Raisa.

Ia mengulas senyum sebelum menjawab, "iya, baru aja. Kebetulan kerjaan di kantor nggak begitu banyak." Jelasnya sembari melonggarkan ikatan dasi.

Raisa mengangguk "Mau makan enggak biar aku siapin?" Tawarnya kemudian.

"Memangnya bik Inem sudah pulang?" Tanya Arshad balik sambil mengambil Zeev dari gendongan Raisa.

Kebetulan bik Inem memang pulang kampung sementara waktu  untuk mengurus warisan bersama keluarganya. Meski sudah lama terpisah jauh, namun ternyata wanita paruh baya itu masih mendapatkan haknya.

"Belum, tapi aku tadi masak."

"Oh ya? Kamu masak apa?" Arshad terlihat terkejut mendengar ucapan sang istri. Apalagi ini pertama kalinya perempuan itu memasak di rumah.

"Masak sop aja sih, memanfaatkan sisa bahan di kulkas. Ayo ke ruang makan aja." Ajaknya.

Laki-laki itu menurut kemudian berjalan mengikuti Raisa ke arah ruang makan. Arshad menatap secara teliti beberapa makanan yang sangat istri hidangkan di atas meja.

"Kamu masak sebanyak ini?"

"Iya, aku enggak tahu menurut kamu enak apa enggak. Soalnya daripada enggak ngapa-ngapain di rumah. Lagian tadi Zeev tidur seharian, jadi sepi."

"Sini Zeev biar aku pangku, kamu fokus makan aja."

"Enggak papa, dia anteng kok." Tolak Arshad masih memeluk Zeev menggunakan tangan kiri. Sementara tangan kanannya mulai menyantap makanan yang Raisa sajikan.

"Enggak enak ya?"

"Enak kok,"

"Bohong!"

"Enggak sayang, ini beneran enak." Wajah Raisa langsung memerah mendengar panggilan dari sang suami.

Laki-laki itu memang kerap memanggilnya sayang. Namun, seringkali Raisa tidak percaya diri.

"Aku kira kamu bakalan lembur lagi kaya semalam." Ujar Raisa sambil menatap jarum jam yang baru menunjukkan pukul 7 malam.

"Tadi sore kerjaan udah selesai, jadi bisa sampai di rumah lebih awal."

"Kamu lanjut makan aja, ini kayanya Zeev ketiduran deh."

Arshad juga baru menyadari anaknya mendadak anteng. Padahal sejak tadi berceloteh ringan dengan kosa kata yang tidak jelas.

"Oh iya, kamu bawa ke kamar dulu, nanti aku nyusul."

Black & GreyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang