5

4.2K 309 2
                                    

"loh, non turun non, nanti jatuh..." Bik Inem berlari cepat ke arah Raisa yang sedang lompat-lompat di atas ranjangnya.

Raisa berhenti, kegiatan ini sudah ia lakukan sejak semalam. Tak hanya lompat-lompat, ia juga sit-up, push-up, bahkan kerap menjatuhkan dirinya dengan sengaja.

Tujuannya tentu saja untuk menggugurkan janin di perutnya. Namun sayang, sampai lelah dan tulangnya sakit semua, hal yang ia harapkan tak kunjung terlaksana.

"Pagi ini bik Inem bawain saya apa?"

"Ini ada bubur, susu, sama vitamin non. Buah-buahan yang kemarin masih ada kan, jadi bibi ngga bawa lagi."

"Tapi jadwal minum vitaminnya masih nanti siang. Jadi sekarang bisa menghabiskan susunya lebih dulu."

"Bisa nggak semua obat yang harus saya minum dibawa kesini saja. Kan bik Inem nggak perlu bawa setiap hari satu per satu."

"Duh, nggak bisa non, mas Arshad minta saya supaya obat dan vitaminnya dikasih sesuai jadwal saja."

"Kan yang mau minum saya, bukan dia bik,"

"Maaf non, tapi bibi cuma menjalankan tugas."

Raisa berdecak, sepertinya tidak mudah membodohi wanita di depannya. Bik Inem terlalu patuh pada perintah laki-laki itu. Jadi mustahil dia bisa merayu demi melancarkan aksi bunuh diri.

"Saya tiba-tiba pengen buah nanas bik, dimakan sama garam kayanya enak ya."

"Buah yang lain aja non, lambung non Raisa  kan lagi bermasalah takutnya makin perih kalau makan nanas."

Duh... Apa ya yang bisa bikin janin ini gugur?

Nanti siang minum soda enak kali ya bik,"

Bik Inem menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Ia tahu Raisa sedang berusaha mencari cara untuk melenyapkan darah dagingnya.

"Engh, coba nanti siang saya carikan ya non. Tapi ini dimakan dulu..."

Raisa tersenyum kecil berharap wanita itu benar-benar melakukannya.

"Siap bik!"

.......

Jam di kamar yang Raisa tempati sudah menunjukkan pukul setengah satu siang. Namun bik Inem tak kunjung datang. Padahal biasanya, wanita itu sudah mengirimnya makan siang.

Bukan, bukan makanan atau vitamin yang Raisa tunggu. Melainkan air soda yang sebelumnya bik Inem janjikan.

Baru saja ingin memejamkan mata, pintu kamarnya terbuka. Raisa hampir senang setelah mengira yang datang bik Inem. Tapi sayang, ia kembali terkejut saat dua pria berbadan besar mendekat ke arahnya.

"Siapa kalian?!" Tanya Raisa takut lalu beringsut merapatkan tubuhnya dengan selimut.

"Ayo ikut kami!"

"Nggak, jangan macam-macam!"

Tidak menggubris ucapan wanita itu, kedua pria di depannya langsung menarik tangan Raisa.

"Tolong!!!"

Satu pria di samping perempuan itu menodongkan sebuah pistol untuk mengancam Raisa.

"Kalau berani teriak peluru di dalam pistol ini bisa melesat ke jantung Anda."  

"Tembak aja! Gue emang pengen mati!"

Black & GreyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang