16

4.5K 414 14
                                    

"Selamat pagi non,"

"Bik Inem," Raisa beranjak dari posisi berbaringnya saat mendapati bik Inem berjalan mendekat.

"Hari ini non Raisa sudah boleh pulang, bibi bantu beres-beres ya.." Jelas wanita itu.

"Beneran bik? Engh, tapi saya pulang ke mana?" Tanya Raisa tiba-tiba.

"Loh, pulang ke rumah mas Arshad, kan anak non Raisa juga di sana."

"Saya masih boleh tinggal di sana ya?" Tanya perempuan berwajah pucat itu, setidaknya Raisa berusaha untuk memastikan.

"Kok pertanyaannya begitu non, ya boleh dong. Memangnya siapa yang melarang."

"Saya kira setelah melahirkan sudah tidak tinggal di sana. Memangnya sekarang dia dimana?" Sejak pagi tadi, laki-laki itu memang tidak menunjukkan batang hidungnya.

"Mas Arshad ya? Sedang mengurus administrasi non. Katanya kita nanti langsung menunggu di mobil saja. Mas Arshad sekalian ambil obat, mungkin lumayan lama."

"Saya sudah nggak sabar ketemu baby."

"Anak non Raisa cakep banget. Tapi maaf ya non, bibi harus akui muka non Raisa ngga ada yang nempel. Soalnya mirip mas Arshad semua, dari mata, hidung, alis."

"Gitu ya bik, padahal saya yang mengandung dan melahirkan susah payah. Tapi malah sama sekali nggak kebagian apapun di mukanya." Omelan Raisa membuat bik Inem tertawa pelan.

"Tidak apa non, pokoknya mah yang penting sehat."

"Betul juga bik. Tapi selama bik Inem di sini, anak saya di rumah sama siapa?"

"Ada temannya mas Arshad yang bantu jagain non, tenang saja pasti aman."

"Temannya Arshad? Cewek..?"

"Iya cewek," jawab bik Inem masih fokus memasukkan baju-baju perempuan itu ke dalam ransel kecil.

Mendengar jawaban bik Inem, hati Raisa mendadak mencelos. Timbul perasaan tidak terima bersarang dalam hatinya.

Bukan karena cemburu pada sosok teman perempuan Arshad yang bik Inem maksud. Tapi cenderung kesal, bahkan dia yang ibunya saja belum mendapat kesempatan melihat atau menggendong.

Tapi kenapa Arshad justru mempercayai temannya untuk menjaga sang anak.

Atau jangan-jangan pacar Arshad? Lalu nanti kalau mereka menikah biar terbiasa merawat anakku. Mana bisa begitu!

........

Arshad turun dari mobil ketika Raisa dan bik Inem berjalan mendekat. Laki-laki itu dengan sigap membuka pintu di sampingnya memberikan akses pada Raisa.

Alih-alih masuk, Raisa justru membuka sendiri pintu belakang dan duduk bersama bik Inem di sana.

Tak ingin berdebat, Arshad memilih menutup lagi pintu yang sudah dibuka. Kemudian kembali ke posisinya di balik kemudi.

Sepanjang perjalanan hanya berisi keheningan. Arshad tampil bak sopir profesional yang melajukan kendaraannya dengan kecepatan sedang membawa dua penumpang di belakang.

Sampai di depan rumah, Raisa keluar dengan langkah tertatih menahan perih di luka jahitannya. Ia segera masuk ke kamar tanpa permisi, bahkan menolak bantuan bik Inem yang ingin memapah.

Seingatnya, terakhir berada di sini, ruangannya masih sangat polos. Kini suasananya sudah lebih ceria. Ornamen-ornamen khas baby born sangat kental di sana.

Black & GreyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang