6

3.9K 325 8
                                    

Raisa membuka mata pelan, lalu meregangkan otot-ototnya. Perempuan itu baru saja bangun dari tidur malam yang nyenyak.

Ia merasa semalam mendapat tidur yang lebih berkualitas dari sebelumnya ketika berada di apartemen.

Meski masih terkurung, tapi ruangannya kali ini bisa dikatakan lebih manusiawi. Bahkan setelah berminggu-minggu tidak melihat sinar matahari, kini matanya disuguhi pemandangan pagi yang cerah.

Perempuan itu berjalan pelan membuka pintu kaca di samping ranjang. Sengaja tidak menggunakan sandal yang disediakan, ia langsung menginjak bebatuan di sekeliling taman.

Kendati tak bisa pergi kemana-mana, setidaknya ruangan ini memberinya keleluasaan untuk bernapas.

Melihat kilauan air kolam yang terkena pancaran sinar matahari pagi membuatnya gemas. Perempuan yang kini tengah hamil muda itu memasukkan kedua kakinya di sana.

Sejenak berpikir dan menyadari bahwa ia sudah lama tidak merasakan kenyamanan semacam ini.

Setelah Miswar dipenjara, hidupnya langsung jungkir balik.

Semua keluarga baik dari pihak ibu maupun ayah terang-terangan menolak membantu.

Raisa hampir senang karena saat itu masih ada Rasya Ardjati, mantan tunangannya. Ia berharap hidupnya masih terjamin dengan keberadaan pria itu.

Namun sayang, keluarga Rasya tak jauh berbeda dengannya. Bahkan kondisinya jauh lebih memprihatinkan. Sampai-sampai, laki-laki itu memilih bunuh diri demi menghindari kerasnya kehidupan.

Nasib Raisa semakin pilu saat Arini akhirnya memilih menikah lagi. Perempuan itu mendadak menjadi gelandangan, numpang sana, numpang sini karena Arini dan sang suami lepas tangan.

Sialnya, sejak dulu Raisa terbiasa hidup enak sampai lupa menyimpan aset pribadi untuk jaga-jaga.

Penyesalan memang selalu datang terlambat...

Jujur... ia sangat merindukan keharmonisan keluarganya di masa lalu. Makan mewah bersama, liburan, pesta, dan semua hal yang menyenangkan.

Tapi sial, ternyata semua itu hanya bentuk dari tipu daya dunia. Hingga kini ia menanggung semua balasan yang dulu pernah diperbuat.

"Non,"

Lamunan Raisa buyar ketika bik Inem menyapanya dari arah kamar.

"Saya kira kemana, ternyata di sini..."

"Tenang saja bik, saya nggak bisa kabur kalau itu yang bik Inem khawatirkan."

Mendengar jawaban Raisa yang tampak menyindir membuat bik Inem tersenyum simpul.

"Bukan begitu maksud bibi,"

"Iya, saya mengerti bik," pungkas Raisa tidak ingin menambah panjang perkara.

"Seperti biasa non, ini saya bawakan sarapan, susu, sama vitamin. Untuk jadwal minum vitaminnya masih sama seperti kemarin."

"Saya sudah curiga sejak awal kenapa bik Inem tambahkan susu di setiap sarapan atau makan malam. Pasti bik Inem sudah tahu kalau saya hamil."

"I-itu non, saya... saya cuma dengar dari penjelasan dokter pas periksa non Raisa waktu pingsan kemarin." Ucap wanita paruh baya itu. Ia terpaksa berbohong karena tidak mungkin mengatakan jika Arshad yang menyuruhnya memberikan susu setiap pagi dan malam.

"Besok nggak perlu bik, saya justru berharap janin ini lenyap secepatnya."

"Kenapa begitu non? Bisa hamil itu suatu anugerah untuk kaum wanita loh, non.."

Black & GreyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang