Raisa asyik berenang di tengah kolam. Matanya sesekali terpejam seolah merilekskan tubuh dalam air yang sejuk. Sampai-sampai tidak menyadari keberadaan seorang laki-laki di pinggiran yang sejak tadi menunggunya.
Saat berbalik, perempuan hamil itu langsung terkejut sambil menyembunyikan tubuh telanjangnya di dasar kolam.
Saat ini Raisa hanya mengenakan setelan pakaian dalam. Sementara kimono putihnya ia sampirkan di kursi taman.
"Naik!" Titah laki-laki itu yang membuat Raisa menatap ragu.
"Tolong," serunya panik sambil menunjuk ke arah kimono.
Arshad segera mengambilnya dan memberikan ke arah Raisa.
Susah payah ia mengenakan penutup tubuh sementara Arshad masih menatapnya intens.
Sebenarnya percuma juga Raisa memasang kembali kimono tersebut. Toh, Arshad sudah melihatnya sejak tadi.
"Ada apa?"
"Sejam lagi ada jadwal check up ke dokter. Siap-siap!"
"Check up?" Raisa memang tidak pernah tahu tentang jadwal periksanya. Toh, ia kira Arshad tidak akan berpikiran sampai sedetail ini.
"Kalau sudah selesai ganti baju kita langsung berangkat, takut macet." Setelah mengucapkan itu, Arshad langsung keluar.
Raisa dengan cepat mengambil dress yang menurutnya paling baik. Sejak beberapa bulan lalu, seiring dengan ukuran perutnya yang kian membesar, bik Inem kerap mengantarkan berbagai model dress super nyaman.
Tak hanya itu saja, Raisa tahu jika beberapa baju yang diberikan padanya memiliki harga tidak murah.
Sebagai mantan anak konglomerat, perempuan itu sangat paham brand-brand baju mahal.
Seperti dress pink soft dari merek populer yang kini ia kenakan. Jika menilik kisaran harga yang Raisa ingat, baju terusan ini dibanderol Rp 5 sampai 7 jutaan.
Darimana bik Inem tahu baju-baju seperti ini? Apa nggak sayang uangnya buat beli beginian. Mending daster 100 dapat 3.
Itulah yang sejak awal Raisa pikirkan, bahkan hingga kini ia belum berani bertanya langsung pada wanita itu.
Setelah dirasa pas, Raisa berjalan ke arah meja rias. Sejenak menata rambut panjangnya kemudian mengaplikasikan lip balm supaya bibirnya tidak terlalu kering.
Raisa memang sengaja meminta bik inem untuk membelikan beberapa produk perawatan wajah dan kulit. Terutama ketika Raisa sering merasa kulitnya kering dan pecah-pecah selama hamil.
Beruntung wanita itu bisa membantunya. Kelak jika Raisa sudah bebas dan mendapatkan pekerjaan, orang pertama yang akan ia datangi adalah bik Inem. Apalagi berkat bantuannya, hidup Raisa menjadi semakin baik.
"Non, sudah siap?"
"Iya bik, sebentar, aku cari sandal yang waktu itu kemana ya?" Barang yang Raisa maksud adalah sandal jepit yang ia gunakan sejak awal masuk ke rumah Arshad.
"Oh itu, kemarin saya disuruh mas Arshad untuk buang sandalnya non.."
"Dibuang??"
"Iya, katanya udah usang gitu."
"Astaga," memang benar sandal jepitnya sudah Raisa beli sejak lama. Tapi hanya itu barang yang dia punya selama di sini. Bisa-bisanya Arshad melakukan hal semena-mena.
"Terus sekarang saya harus pakai sandal apa??"
"Udah diganti sama yang baru kok non. Bentar ya bik Inem ambilkan."

KAMU SEDANG MEMBACA
Black & Grey
ChickLitRaisa tidak menyangka jika karmanya akan datang secepat ini. Setelah berhasil membujuk sang mama untuk menjual Denara, kini ia justru mengalami hal yang sama. Lebih tidak menyangka lagi, Arini-lah yang sengaja menjualnya. Padahal, bagi Raisa, Arini...