10

4.3K 373 11
                                    

"Alhamdulillah non Raisa sudah pulang, bibi senang.."

Raisa baru saja tiba di rumah Arshad. Perempuan itu turun dari mobil, sementara sang pengemudi kembali keluar gerbang entah pergi kemana.

"Iya bik, saya sudah sembuh.."

"Maaf ya non, semalam tidak bisa menemani non Raisa di rumah sakit. Bibi juga sedang pusing."

Raisa tersenyum pelan, "enggak papa bik, lagian di rumah sakit udah banyak yang bantuin. Saya malah khawatir sama bik Inem sendirian di rumah."

"Alah kalau itu sudah biasa.. Ini non Raisa mau istirahat apa makan dulu?" 

"Aku mau rebahan di kamar aja bik, tadi udah makan. Sebenarnya pengen di sini sama bibi tapi takutnya dikira mau kabur."

Bik Inem menatap perempuan itu dengan raut iba. Kemudian menyerahkan kartu akses pintu kamar pada Raisa.

"Ini non Raisa aja yang bawa, biar bisa keluar masuk kamar. Bibi nggak akan bilang mas Arshad kok."

"Jangan bik, nggak perlu.. bik Inem bukain aja pintunya nanti tutup lagi kaya biasa. Takutnya kalau ada apa-apa bibi juga yang jadi sasaran."

"Baik kalau begitu."

Keduanya lalu berjalan ke arah kamar, seperti biasa bik Inah membuka pintu kemudian dengan cepat menguncinya dari luar.

"Engh, bik, nanti siang kalau antar makanan saya boleh nitip sesuatu nggak?" Tanya Raisa sebelum pintu benar-benar terkunci.

"Apa non?"

"Kalau ada aku mau alat rajut dong bik. Buat isi kegiatan soalnya bosan di kamar nggak ngapa-ngapain.."

"Non Raisa bisa merajut?"

"Yah, sedikit.. dulu pernah belajar sepertinya sekarang masih ingat sama tekniknya."

"Siap kalau begitu nanti siang bibi bawain."

"Okay bik, terima kasih." Setelah itu pintunya benar-benar terkunci.

.......

"Loh, kenapa banyak banget bik?" Raisa terkejut saat bik Inem masuk membawa kotak besar berisi alat rajut beserta benang dengan berbagai warna.

"Sekalian non,"

"Duh, nanti uang gaji bik Inem habis loh, mana ini belum ada pertengahan bulan." Ujar Raisa membuat wanita paruh baya yang masih mengeluarkan barang-barang dari kardus itu tertawa pelan.

"Selama bekerja mas Arshad nggak kasih saya gaji non."

"Lah terus?"

"Dikasih kartu pegangan jadi untuk belanja kebutuhan rumah semua ada di situ. Nanti kalau butuh sesuatu saya boleh pakai."

"Nggak bebas dong,"

"Lagian saya kalau pegang uang juga mau dipakai apa non. Semua kebutuhan saya sudah tercukupi selama tinggal di sini. Jadi nggak dapat gaji pun saya tetap hidup." Raisa mengangguk paham. Wanita di depannya itu benar-benar menunjukkan keikhlasannya dalam menjalani hidup.

"Berarti bibi beli semua ini pakai kartu itu juga?"

"Iya,"

"Nanti dia tahu dong kalau dipakai untuk beli alat rajut, gimana kalau marah?"

"Tenang aja non, mas Arshad nggak pernah tanya uangnya buat apa kok. Lagian ini tidak menghabiskan uang sampai ratusan ribu. Jadi aman."

Black & GreyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang