"Yaelaah, pake acara mogok, lagi!" Freya menendang motor dengan kaki kanannya. Rasanya sudah puluhan kali ia mencoba menstater setelah mesin motor tiba-tiba mati, namun tak berhasil. Dengan ponselnya ia lantas mencari tahu di mana bengkel terdekat dari tempatnya berada saat ini. "Busyet, satu kilometer!"
Baru lihat jaraknya saja, rasanya sudah lelah. Tapi tak ada pilihan lain, ia pun terpaksa jalan sambil menuntun motornya.
Wajahnya yang ditekuk dengan bibir maju dua senti mendadak cerah ketika sebuah mobil yang sangat dikenalinya menepi beberapa meter di depan. "Mas Kahfi!"
"Assalamulaikum, Fre, ehm Mbak," sapa Kahfi dengan wajah tertunduk. Freya sampai ikutan menunduk, sambil bertanya-tanya emang di atas tanah ada apaan sih?
"Kok, Mbak?" protes Freya. "Emangnya aku Ijah?" Disebutnya nama salah seorang asisten rumah tangga di rumah Kahfi yang memang dipanggil Mbak.
"Assalamu'alaikum, Freya ... jawab dulu," ulang Kahfi masih tetap menundukkan pandangan.
"Ehm, maaf. Wa'alaikum salam." Duh, Freya jadi malu asal nyerocos saja. Harusnya ia berusaha terlihat kalem dan lembut kaya ukhti-ukhti rohis di kampusnya. Pasti seleranya Kahfi yang seperti itu, kan.
"Alhamdulillah ...."
"Sekarang, boleh aku tanya?"
"Silakan ...."
"Kenapa manggil aku, Mbak?"
"Kamu menikah dengan Mas Kevin, tentu saja saya harus memanggilmu Mbak."
"Tapi usia Mas Kahfi jauh lebih tua." Sekitar lima tahun memang selisih usia mereka, Freya 22 sementara Kahfi 27. "Dan Mas Kahfi dosen aku. Masa, aku harus manggil Dek, gitu."
Kahfi tertawa. Duh, Mas, tambah meleleh aku.
Baru kali ini Freya bisa melihat Kahfi tertawa dengan jarak sedekat ini. Bener juga apa kata Sherin, dengan menjadi istri Kevin, bisa membuka peluangnya untuk bisa lebih dekat dengan Kahfi.
"Ya sudah, terserah kamu saja mau panggil apa. Yang jelas, di depan keluarga, saya akan tetap memanggilmu, Mbak."
"Emm, motornya kenapa?"
"Tiba-tiba mogok."
"Udah hubungi Mas Kevin?"
"Hah, hubungin Kevin?" Freya berpikir sejenak. "Oh, anu Kev-eh Mas Kevin sepertinya sibuk, aku nggak berani ganggu."
"Ooh." Kahfi mengangguk. "Kamu naik mobil aja Fre, diantar Pak Prapto. Biar saya yang bawa motormu ke bengkel, ya."
"Aku ikut Mas Kahfi aja sampai bengkel." Tentu saja Freya merasa tak enak kalau Kahfi harus berpayah-payah nuntun motor, sementara ia enak-enakkan duduk manis di atas mobil.
"Jangan!" Kahfi tidak setuju.
"Atau ... Kita naik mobil, biar Pak Prapto yang dimintai tolong bawa motor?"
Kahfi menggeleng. "Tetap tidak. Nanti menimbulkan fitnah. Kamu cepat naik ke mobil, Fre."
"Tapi, Mas, kita kan saudara sekarang."
"Saudara ipar, tetap bukan mahrom, Fre."
Kening Freya mengernyit. Kahfi yang paham perempuan itu menuntut penjelasan lebih segera berujar, "Kapan-kapan saya jelaskan. Kamu naik ke mobil, sekarang."
******
"Gimana malam pertamanya? Sukses?" tanya Sherin dengan berbisik saat mereka tengah makan di kantin kampus.
Freya mengangguk mantap seraya tersenyum, membuat Sherin tambah kepo.
"Hah, terus gimana rasanya?"
"Lega."
"Lega? Nggak sakit?" Sherin agak heran, sementara Freya tertawa kencang mendengar tanggapan sahabatnya.
"Lega Sher, karena ... Kita sepakat ... mau saling mengenal dulu selama sebulan."
Sherin menghela napas panjang. "Kiraaaiiiin. Huuu penonton kecewa!"
"Hush, anak di bawah umur nggak boleh nonton adegan dewasa." Freya tergelak.
"Wooii kita seumuran! Enak aja di bawah umur."
Sherin dan Freya sama-sama tertawa, lalu tawa mereka terhenti ketika tiba-tiba seseorang mendatangi meja mereka dan meletakkan kunci dengan gantungan boneka karakter BTS di atas meja.
"Fre, kunci motormu."
Sherin refleks menginjak kaki Freya ketika melihat yang datang ternyata Kahfi, lelaki yang diidolakan sahabatnya itu.
Ops! Kudu cosplay jadi ukhti-ukhti dulu, nih.
"Eh, udah bener, Mas, motornya?"
"Sudah."
"Kata orang bengkel, kenapa, Mas?" tanya Freya.
"Kamu kapan terakhir kali ganti oli?" Kahfi malah balik bertanya.
"Hemmm, kapan ya?" Freya mengingat-ingat. "Semenjak beli sepertinya belum pernah ganti," gumamnya. "Berarti udah lebih setahun, Mas."
Kahfi tersenyum sembari geleng-geleng kepala. "Paling tidak, oli motor itu diganti setiap enam bulan atau setelah pemakaian 10 ribu kilometer. Besok kalau sudah waktunya ganti, bilang sama Pak Prapto. Atau ... saya juga bisa bantu."
Uwwwwuuuu emang boleh se so sweet ini? Coba kalau Kevin, tak mungkin rasanya lelaki itu bicara semanis ini padaku!
"Iya, Mas. Siap. Eh, duduk dulu, Mas." Freya mempersilakan. "Makan, ya, Mas, kutraktir. Anggap aja sebagai ucapan terimakasihku."
Sekalian biar kita tambah deket, gitu loh, tambah Freya dalam hati.
"Nggak Fre, makasih, saya masih ada kelas lagi. Mari."
*****
"Fre, tadi motor kamu mogok?" tanya Mama saat keluarga itu tengah makan malam bersama.
Sedetik Freya menoleh ke arah Mama lalu kembali fokus pada piring di depannya. "Kok, Mama tahu?"
"Pak Prapto yang cerita, tadi Mama ke rumah Mamimu nganter makanan."
"Oooh."
"Papa, kan sudah bilang Fre, kalau sudah enam bulan, olinya ganti," tegur Papa.
"Untung ada Kahfi, kan. Kalau tidak, gempor kamu nuntun motor sampai bengkel."
Mendengar nama Kahfi disebut, Kevin yang semula cuek melirik tajam ke arah Freya, namun ia tetap bungkam, tak mau menanggapi apapun di depan Mama dan Papa. Baru setelah kedua mertuanya pergi dari meja makan, ia angkat bicara.
"Lo sengaja?"
"Hah?" Freya menoleh pada Kevin yang sedari tadi menikmati makanan dalam diam. Paling sesekali bicara hanya untuk menjawab pertanyaan Papa dan Mama.
"Gue tau, lo naksir sama adek gue, tapi lo harusnya tau gimana cara menjaga nama baik suami."
Freya menatap suaminya dengan kening berkerut. "APAAN, sih?"
"Lain kali kalau terjadi sesuatu padamu, aku yang harus tahu lebih dulu. Bukan orang lain. Ngerti?!"
****Bersambung****
Di KBM App sudah part 21 yaa. Cerita akan diup di sini full sampai TAMAT hanya kalau ramai yaa. Kalau yang komen minimal 20 orang.
Cerita yg sudah bergembok di KBM App (part 11 ke atas) hanya diup di periode waktu tertentu dan akan dihapus sebagian ataupun seluruhnya. Jadi, follow othor biar nggak ketinggalan notif update.
KAMU SEDANG MEMBACA
Salah Terima Lamaran
RomanceNaksir sama adeknya, malah salah terima lamaran kakaknya. Akhirnya terpaksa nikah demi nama baik keluarga. Cerbung ini bergenre romantis komedi dengan sedikit sentuhan religi. Gaess maapkan saya belum bisa up lanjutan cerbung Ogah Nikah, sebagai...