"Ini Freya, istriku!" ucap Kevin penuh ketegasan.
"Ta-tapi kamu bilang, kamu nikah hanya karena terpaksa. Kamu tidak mencintainya. Kamu akan segera menceraikannya demi aku kan, Kev?" cecar Nina membuat Kevin geleng-geleng kepala seraya mengembuskan napas. Bisa-bisanya di tempat umum Nina mengatakan itu, kalau terdengar orang bagaimana?
"Itu dulu, Nin. Sekarang aku sudah sadar. Dia satu-satunya wanita yang halal untukku dan aku akan mencintainya dengan segenap jiwa ragaku." Uhuks.
Tentu saja kalimat itu membuat Freya sedikit terkesima. Sedikit saja, nggak mau banyak-banyak. Takut sakit hati. Tau sendiri, kan, Kevin dulunya seperti apa. Beneran nih,dia sudah berubah?
"Ayo, Sayang!" Meninggalkan Nina yang masih tak percaya dengan apa yang diucapkannya, Kevin menggandeng sang istri masuk.
Saat membuka pintu ruangan pribadinya, seorang wanita menoleh ke arah mereka berdua.
"Tania, bisa kau lanjutkan pekerjaanmu di tempatmu sendiri?"
"Oh, baik, Pak." Wanita yang dipanggil Tania itu membereskan barang-barangnya.
"Bawa saja laptopku kalau kau masih membutuhkannya."
"Baik, Pak." Tania bergegas keluar. Sebelumnya ia sempat menyapa Freya dengan senyuman dan anggukan kepala.
"Dia sekretarisku, Fre," jelas Kevin tanpa diminta.
"Ya, aku sudah tahu, aku sudah pernah bertemu dengannya waktu pertama kali ke kantor ini dan mendapatimu bersama Nina sedang ..."
"Ssst!" Kevin meletakkan jari telunjuknya di bibir Freya. "Tolong jangan diungkit lagi. Itu masa lalu, maukah kamu memaafkanku untuk semua masa laluku yang buruk?"
Freya mengembuskan napas panjang. Bukannya tidak mau memaafkan, Freya hanya belum terlalu yakin Kevin sudah berubah.
"Sekretarismu tadi, apakah setiap hari ia kerja di ruangan ini?" tanyanya menyelidik tapi berusaha setenang mungkin. Ia tak mau Kevin mengira bahwa ia sedang cemburu. Meskipun sebenarnya iya, ada sedikit rasa cemburu yang menyelinap di hatinya.
"Oh, nggak, Fre. Komputernya rusak jadi ia harus menggunakan laptopku untuk mengerjakan laporan."
"Hm, harus di sini banget, kerjanya?"
"Bukan begitu, Fre, tadi memang ada hal penting yang harus kami diskusikan."
"Diskusinya harus di ruangan tertutup dan berdua saja, gitu? Diskusi beneran atau diskusi ..." Freya berdehem lalu melanjutkan ucapannya. "Plus-plus?"
"Astagaa ..." Lekas Kevin memeluk sang istri. "Kamu cemburu, Sayang?"
"Jangan kege-eran kamu, Mas." Freya meregangkan pelukan Kevin. "Aku cuma inget Mas Kahfi pernah menyampaikan, kalau seorang lelaki dan wanita yang bukan mahram berduaan, yang ketiga adalah syetan."
Halah Kahfi lagi. Kevin menghela napas.
"Ya ya ... Aku tahu Fre. Makasih, ya!"
"Untuk?"
"Untuk semua nasihat kamu, terus kamu udah repot-repot masak dan mengantarkannya ke sini. Dan tadi kamu panggil aku ... Mas?"
Kemarin Freya masih sering lupa memanggil Kevin dengan sebutan Mas karena terbiasa ber-lo gue, tapi tadi dia tanpa diminta melakukannya. Menurut Kevin ini sebuah kemajuan untuk hubungan mereka.
"Hmmm, pertama, aku masakin kamu itu sebenarnya karena lagi pengen nyoba resep baru dan mencari food tester. Mau ngasih tetangga, takut mereka keracunan, makanya aku kasih ke kamu dulu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Salah Terima Lamaran
RomanceNaksir sama adeknya, malah salah terima lamaran kakaknya. Akhirnya terpaksa nikah demi nama baik keluarga. Cerbung ini bergenre romantis komedi dengan sedikit sentuhan religi. Gaess maapkan saya belum bisa up lanjutan cerbung Ogah Nikah, sebagai...