34. Terlalu Sakit

874 27 1
                                    


"Freya."

Gadis itu menoleh. "Mas-Kahfi?" Cepat ia mengusap matanya yang basah karena air mata.

"Kamu ... kenapa?" tanya lelaki itu.

"Aku? Nggak kenapa-napa Mas." Freya memaksakan diri untuk tersenyum.

"Tapi wajah kamu pucat, mata kamu ... bengkak."

Mas plis, jangan tanya lagi.

"Kamu ... sakit Fre? Mana Mas Kevin? Dia yang akan antar kamu pulang, kan?"

Pertahanan Freya jebol, air matanya kembali luruh satu persatu. Membuat Kahfi semakin bingung.

"Lho, Fre, kamu kenapa nangis?"

"Karena Mas terlalu banyak tanya!" jawab Freya kesal. Baru kali ini gadis itu nampak marah pada adik iparnya.

"Aku mau pulang taksiku sudah datang."

Cepat-cepat ia memasuki mobil jenis sedan yang berhenti tepat di depannya. Namun saat menutup pintu, ia kaget karena Kahfi ikut masuk dalam mobil dari sisi pintu yang satunya.

"Mas?"

"Maaf, Fre. Saya merasa harus temani kamu sampai tempat tujuan." Entah yang dilakukannya ini benar atau tidak, tapi Kahfi benar-benar tak tega melihat kakak iparnya pergi sendiri dalam kondisi seperti ini. Bagaimana jika terjadi sesuatu dengannya. Lagipula ia tidak hanya berdua dalam mobil, kan. Ya mudah-mudahan ini tidak termasuk berkhalwat yang dilarang dalam agama, batinnya.

"Jalan, Pak!" perintah Freya pada sopir lalu menyebut nama apartemennya.

"Kita ke rumah Mami saja, Fre. Ehm, bukan kita, maksud saya, kamu. Kamu ke rumah Mami, ya, biar ada yang nemenin di rumah."

"Nggak, Mas. Aku nggak mau Mami melihatku dalam keadaan seperti ini."

"Tapi, Fre, di apartemen kamu sendiri, gimana kalau ..."

"Kalau gitu aku mau ke rumah mamaku saja," putus Freya. Dipikir-pikir takut juga di apartemen sendiri. Ia lantas mengubah destinasi tujuan taksi online dengan alamat rumah Mama dan menyampaikannya pada supir.

"Sudah minta ijin pada Mas Kevin, Fre?" tanya Kahfi hati-hati, takut kena semprot Freya lagi seperti tadi.

"Buat apa?" Tuh kan, bener, jawaban Freya sinis banget.

"Seorang istri harus minta ijin suaminya saat keluar rumah." Kahfi mencoba memberi nasihat.

"Kalau suami, nggak harus ijin sama istrinya, kalau mau ketemu perempuan lain?" sarkas gadis itu.

"Maksudmu, Mas Kevin bertemu perempuan?"

Freya diam saja tak memberi reaksi apapun atas pertanyaan Kahfi.

"Mungkin kliennya. Kamu tahu sendiri, kan, tugas Mas Kevin harus bertemu banyak orang. Jangan berprasangka dulu."

"Sama klien peluk-pelukan itu wajar?"

"Astaghfirullah ..." Kahfi sungguh terkejut mendengar ucapan Freya. Sebenarnya ia tak heran kakaknya berkelakukan seperti itu. Sudha rahasia umum yang semua orang tahu kalau Kevin suka gonta ganti teman jalan bahkan tak malu bermesraan di depan umum, tapi ia tak menyangka kebiasaanya itu masih tetap dilakukan setelah menikah.

"Pakai ini, Fre." Kahfi mengangsurkan sapu tangan yang ia ambil dari saku celananya. "Bersih, kok. Baru dicuci dan disetrika, belum aku pakai."

Freya mengambil sapu tangan itu dan mengusap air mata yang membasahi pipinya.

"Aku cuci dulu, nanti aku kembalikan, ya, Mas."

"Nggak usah dikembalikan, Fre. Buat kamu saja."

"Kenapa? Mas jijik ya karena sapu tangannya udah kupakai, jadi nggak mau pake lagi?"

Kahfi tertawa kecil mendengarnya. "Nggak, lah, Fre. Bukan."

Aku justru takut inget kamu terus kalau sapu tangannya kamu kembalikan.

Ah, kalimat yang hanya tertahan di tenggorokan, tak mungkin diucapkannya.

"Terus?" 

*****


Udah discedule post sampai tamat, gercep baca karena sebagian part akan saya hapus nantinya. Di KBM App dan KaryaKarsa udah tamat sampai part 42.  

Salah Terima LamaranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang