Udah dipangkas sebagian bab. Part komplit hanya buat yang gercep baca, bagi yang ketinggalan bisa ke KBM App atau KaryaKarsa
-----
Kevin menengok arloji untuk kesekian kali sambil menyetir menuju apartemen. Pukul sembilan malam. Mengapa Jakarta masih semacet ini. Berulang kali keluar umpatan disertai bunyi klakson ketika ia mendapati lampu merah atau jalan yang padat merayap.
Semestinya pukul sembilan belum terlalu larut. Ia biasa pulang tengah malam atau menjelang pagi, apalagi waktu masih di Amerika dulu. Kalau ditanya Papi, alasannya lembur atau baru dari luar kota meninjau projek, padahal penyebab sebenarnya adalah party-party.
"Kev, masih sore udah mau pulang aja?" protes temannya saat Kevin pamit mau pulang duluan.
"Lu tau Papi kan, sekarang susah bohongin Papi, dia punya mata-mata di mana-mana. Tindak tanduk gue sedang dalam pengawasannya." Begitu alasan Kevin tiap kali ditanya kawan-kawannya. Padahal yang ada di pikirannya adalah Freya. Ia kuatir meninggalkan gadis itu sendiri di apartemennya. Dia sedang apa? Sudah makan atau belum? Apakah istrinya itu merasa kesepian?
Ish, apa gue udah gila. Untuk apa sih mikrin dia. Bukanlah pernikahan ini sama sekali tak kuinginkan. Kevin mengacak rambut lalu mengusap kasar wajahnya.
Ia bernapas lega ketika akhirnya sampai juga di parkiran apartemen.
Apa aku harus membeli sesuatu? Coklat mungkin, atau ... bunga?
Astaga ... Kevin menggelengkan kepala. Gue hanya minum sedikit tadi, kenapa pikiran bisa sekacau ini?
Kevin tersenyum saat melangkah masuk ke lobby, dilihatnya Freya sudah ada di sana. Gadis itu nampak sedang membaca buku.
Dia sampai ke lobby menungguku pulang?
Namun senyumnya sirna, ketika ia melihat gadis itu mengangkat wajah sembari tersenyum dan berbicara dengan seseorang. Dan orang itu adalah ... Kahfi.
"Masuk kamar!" Ditariknya tangan Freya dengan kasar hingga gadis itu terkejut dan mengaduh kesakitan.
"Mas!" Kahfi berdiri dari duduknya. Lelaki berhati lembut itu paling tak bisa melihat wanita dikasari.
"Kenapa?" tantang Kevin. "Gue pikir lo yang ngerti agama nggak bakalan berduaan sama istri orang kaya begini."
"Kita nggak berduaan, Kev!" protes Freya yang mencoba melepaskan cengkraman tangan Kevin.
"Iya, di sini memang ada orang lain, tapi kalian hanya ngobrol berdua saja, kan!"
"Mas, maaf, aku hanya-"
"Hanya apa?" Kevin memotong ucapan Kahfi. "Kamu masih mau membela diri? Atau sok-sok an membela istri orang lain? Istriku!"
Freya menarik napas, ingin rasanya balik marah ke Kevin, kenapa ia pulang selarut ini, kenapa ponselnya tak bisa dihubungi, namun ia tahu sekarang bukan saat yang tepat. Banyak pasang mata diam-diam sedang memperhatikan mereka saat ini.
"Kev, kita ke kamar." Ia berbisik sembari mendorong pelan tubuh suaminya. "Lo nggak malu jadi tontonan orang-orang?"
Kevin hanya menatap tajam orang-orang di sekitar lobby lalu menuruti perintah Freya untuk kembali ke kamar.
"Kenapa lo semarah itu Kev?" Freya mengambil air minum di dispenser lalu merebahkan tubuhnya di sofa ruang tamu.
"Kenapa? Lo masih tanya kenapa?" tanya Kevin dengan nada tinggi. Lelaki itu kini berdiri tepat di hadapan Freya.
"Gue masih ngerti batasan, Kev. Gue nggak akan merusak nama baik lo juga Mami dan Papi. Gue hanya minta Mas Kahfi temani ngobrol, karena gue takut sendirian di sini. Dan di lobby sendiri tanpa ada teman bicara bikin gue ngantuk. Sementara lo? Gue tahu lo masih berhubungan dengan wanita-wanita di luar sana. Entah pacar entah apalah status kalian sebenarnya." Ya, Freya tahu sebab ia sering tanpa sengaja mendapati Kevin menerima telepon dan sang wanita terdengar memanggilnya "sayang". Ia juga pernah mendapati noda lipstik pada kemeja suaminya namun enggan menanyakan.
"Lo keberatan?" Kevin memandang lekat-lekat mata Freya.
"Gue?" Freya menunjuk dirinya sendiri. Ia lalu beranjak dari tempat duduknya.
Bilang lo keberatan Fre, bilang! Akan gue tinggalin mereka semua demi lo!
"Gue .... NGGAK PEDULI!" Gadis itu membuang muka lantas berjalan menuju kamar.
Argh! Sial! Kevin meninju sofa dengan tangan kanannya.
Tepat saat Freya membuka pintu kamar, pria itu mencengkram bahu Freya, membalikkan tubuh dan memeluknya dalam diam.
"Kev!" sentak Freya yang terkejut dengan perlakuan suaminya itu. Awalnya ia ingin mendorong tubuh Kevin seperti yang biasa ia lakukan bila pria itu mendekat, namun kali ini urung dilakukannya. Gadis itu dapat merasakan irama jantung Kevin yang berdetak sangat cepat dengan napas pendek yang terputus-putus.
"Kev, lo ada masalah?"
💙💙💙
Bersambung duluuu ...
Bab ini sudah dipangkas ya gaess ya. Yang telat baca full partnya bisa ke KBM App atau KaryaKarsa. Cari judul: Salah Terima Lamaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Salah Terima Lamaran
RomanceNaksir sama adeknya, malah salah terima lamaran kakaknya. Akhirnya terpaksa nikah demi nama baik keluarga. Cerbung ini bergenre romantis komedi dengan sedikit sentuhan religi. Gaess maapkan saya belum bisa up lanjutan cerbung Ogah Nikah, sebagai...