21. Perasaan Nyaman

1.3K 68 22
                                    

Maaf bagi yang tidak gercep baca, bab ini udah dipangkas yaa.

💙💙💙

Seusai kelas, Freya ingat ada beberapa buku yang harus dibelinya. Kemarin-kemarin, kalau belanja ia selalu menggunakan kartu ATM yang diberi Kevin dan membayar secara non tunai. Tapi kini, ia berpikir ingin mengambil uang cash ke ATM saja, biar sekalian tahu saldonya tinggal berapa. Jangan sampai enak-enakkan pakai kartu eh ternyata saldonya kurang. Bisa tengsin dia.

Karena Sherin sedang ada urusan di tempat lain, ia pun berjalan sendirian menuju ATM. Freya bernapas lega ketika lima lembar uang seratus ribuan keluar dari mesin ATM. Oh, uangnya masih ada, batinnya. Padahal kemarin ia sudah gunakan ATM itu beberapa kali untuk berbelanja. Lalu saat melihat lembaran kertas putih yang keluar dari mesin ATM, betapa terkejutnya dia.

"Haah? Dua ratus juta?"

Sebenarnya bukan hal yang mengherankan Kevin memiliki uang sebesar itu. Namanya juga anak orang kaya, ya kan. Tapi yang bikin Freya tidak percaya, kenapa Kevin memberi kartu ATM yang isinya sebanyak itu pada dirinya.

Seketika terngiang kembali ucapan Sherin tadi tentang perasaan nyaman. Apa iya Kevin memberikan itu padanya, karena lelaki itu mulai merasa nyaman dengan dirinya?

Ah mana mungkin. Freya membantah pikirannya sendiri. Kayak nggak tahu Kevin aja kamu, Fre. Dia itu orang paling sombong di muka bumi ini. Ngasih kartu ATM dengan saldo sebanyak itu, untuk apa lagi kalau bukan untuk menyombongkan diri.

Dengan langkah gontai dan pikiran yang masih sedikit linglung, Freya pun berjalan keluar dari ruang mesin ATM hingga tanpa sengaja menabrak seseorang.

"Freya!" Seseorang yang ditabraknya itu menatap takjub.

"Bo-Bobby?"

"Waw, penampilan kamu beda, ya, sekarang?" Orang bernama Bobby itu menatap Freya dari ujung kepala hingga ujung kaki.

"Hijrah?" tanyanya lalu tertawa. "Dengan alasan itu, kan, lo minta putus dari gue?"

Freya melirik sekilas lelaki yang pernah jadi kekasihnya. Bobby merupakan teman satu kampus namun beda fakultas, yang sudah wisuda tiga bulan lalu. Setelah lulus, Bobby pulang ke rumah orang tuanya di Bandung untuk mengurus segala macam administrasi guna melamar pekerjaan. Nah, Freya memutuskan Bobby lewat pesan WA saat lelaki itu berada di Bandung, lalu memblokir nomornya agar tak bisa menghubungi Freya lagi.

"Tapi yang gue dengar ... lo pake jilbab karena naksir cowok lain. Bener?" tanya lelaki itu lagi.

Freya berdehem. Yang dikatakan Bobby benar tapi mana mungkin dia mengiyakan. Lagipula, dari mana Bobby bisa tahu? Apakah Sherin yang membocorkan rahasia ini.

Ah, kalau Mas Kahfi tahu, mampus! Mau ditaruh mana muka guee.

"Ng-nggak juga," jawabnya akhirnya.

"Freya ... Freya ... gue pikir lo beneran udah berubah jadi cewek alim, ternyata ...." Dengan lancang Bobby mengusap kepala Freya yang berbalut hijab.

"Apaan sih lo, Bob?" Freya berusaha menghindar.

"Jangan sok suci, lo!" Bobby tertawa yang terlihat menyeramkan di mata Freya.

"Kenapa Fre? Ada masalah?" Tiba-tiba suara seseorang membuat Freya dan Bobby menoleh. 

💙💙💙

Yang masih baca cerita ini komen dooong, biar othor tak merasa sendirii. Jangan lupa follow dan masukin buku ke library biar dapat notif kalau update karena, bab 11 ke atas nantinya akan dihapus/dipotong sebagian. Jadi kudu gercep baca yaa.

Salah Terima LamaranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang