2

3K 260 8
                                    

Happy Reading guys
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

.
.
.
.
.










Sepulangnya ketiga anak shankara dan grebasta dari sekolah, hanya adel yang harus dibasahi oleh hujan yang kala itu sedang mengguyur bumi. Tapi, yang lain bajunya kering. Karena dijemput oleh mobil dari kedua orang tuanya, "huh, untung besok pake baju olahraga"
Adel menghela nafas lega saat mengingat bahwa ia tidak perlu menggunakan seragam basahnya ini lagi, "sayangnya ayah, zee, Christy mau dibeliin apa?"
Tanya shankara, kalimat nya sudah sangat jelas tidak menggangap adel sebagai anak. Itu membuat hati adel tertusuk, namun. Itu sudah biasa terjadi kan? Jadi tak apa lah



"Kenapa tiba-tiba yah?"
Christy berbalik menanya, lalu ia meraba-raba kursi yang akan ia duduki. Menjadi buta itu susah, namun. Sudah terlintas sedikit keikhlasan di hati Christy sekarang ini, "kalian berdua hebat soalnya! Pinter-pinter"
Celetuk grebasta lalu ia mengelus-elus kepala zee, sementara yang dielus hanya bisa tersenyum gembira


Adel mendengarkan semua perkataan itu sembari membuka tapi sepatunya yang basah akibat hujan. Hatinya mungkin sakit, tapi... Apakah akan ada yang peduli? "Zee mau gitar baru!"
Ucap zee bersemangat, ia menyukai musik, jadi. Yang ia inginkan tentu harus berkaitan dengan musik, "Christy?"
Panggil shankara



Christy tersenyum, "makanan boleh, yah?"
Shankara dan grebasta menggangguk, apapun yang Christy inginkan pasti akan mereka tepati, "Christy mau spaggeti sama pizza ya?"
Adel pergi ke kamarnya tanpa melihat ke arah mereka, seolah-olah ia tak perduli pada keluarga harmonis itu


Shankara dan grebasta pun pergi untuk membeli semua yang diinginkan anak-anaknya yang dianggap itu. Sementara adel hanya bisa merenung sendirian di kamar, "ayah, bunda... Adel juga anak kalian kan? Adel juga mau dibawain sesuatu walaupun cuma setangkai mawar"
Kata adel, ia duduk di lantai dengan seragamnya yang masih basah. Membiarkan air mata yang sudah berjam-jam ia tahan turun


Christy mendengarkan semua itu dari balik pintu, ia sudah sangat sering mendengar adiknya meringis. Mengeluh dan merenung di kamar, Christy sebenarnya sangat menyayangi adel, namun... Ia bingung bagaimana cara menyampaikan rasa sayangnya itu sehingga ia hanya bisa diam ketika adel diperlakukan semena-mena, "del, yang kuat okey?"
Batin Christy saat mendengarkan kata yang adel lontarkan, ia merasa bersalah, tapi di kondisinya yang seperti ini. Memangnya ia bisa apa?



Cklek...



Christy membuka pintu secara perlahan, "ganti baju cepet, tante feni bakal dateng kesini. Sebentar lagi"
Suruh Christy singkat, ia malu. Ia tak ingin harga dirinya turun hanya untuk menunjukkan rasa sayangnya pada adel, "iya kak"
Adel menggangguk lalu pergi ke kamar mandi untuk mengganti pakaiannya


"Bahkan dia masih rela manggil gw kak setelah perlakuan gw selama ini? Apa gw sejahat itu?"
Christy menutup pintu kamar adel, lalu ia berjalan dengan perlahan, mencoba meraba benda yang ada disekitar nya agar tidak jatuh



Selesainya mengganti baju, adel langsung turun untuk menyapa feni bersama Christy dan zee disana, "eehh adel! Udah lama nggak ketemu, tambah cakep aja nih"
Adel tersenyum riang gembira, ia sudah lama tidak berjumpa dengan feni, namun. Rasanya masih sama, ia masih merasakan sosok keibuan di dalam diri feni yang tak pernah ia rasakan pada grebasta


"Makasih tan!"
Jawab adel bersemangat, untuk pertama kalinya ia diperlakukan benar dan sama sekali tidak kasar. Ini sungguh menyenangkan bagi adel


Zee memutar bola matanya malas, ia lumayan tidak suka jika ada tamu yang datang hujan-hujan begini, sangat menggangu dirinya yang ingin mencari inspirasi untuk membuat lagu, "zee, masih sama kayak dulu nih? Musik an teros"
Sindir feni, membuat christy tersenyum. Ia sudah diwakilkan oleh feni dalam menyindir zee, "S S Z, suka suka zee"
Ujar zee, lalu ia pergi masuk ke kamarnya. Seperti biasa, ia akan memainkan gitar dengan alunan musik dari handphone nya itu





***







Hari telah berganti, kali ini hari libur bagi sekolah, karena. Guru disekolah ada banyak urusan jadi sekolah pun diliburkan.


Pagi itu adel bermain voli sendirian di tembok, berusaha fokus kala dipikiranya hanya ada suara lembut shankara dan grebasta saat memperlakukan zee dan christy, "rasanya pasti bahagia"
Gumam adel sembari memegang bola voli itu. Ia pasti iri pada kedua kakaknya, namun. Ia juga tak bisa berbuat lebih, iyakan?


"Ngapain lo latian? Voli itu permainan team, del. Ayah sama bunda nggak bakal bangga-banggain lo"
Pinta zee saat sedang menyirami tanaman milik bundanya di halaman belakang


"Rasanya pasti nyenengin ya kak?"
Kata adel, zee mengerutkan alisnya. Tak paham dengan apa yang adel katakan karena suaranya terdengar samar-samar, "maksudnya?"
Zee berbalik tanya


"Nggak jadi deh kak"
Zee memutar bola matanya malas, menganggap adel adalah seseorang yang tidak jelas dalam hatinya. Setelah zee selesai, mereka berdua masuk ke dalam rumah untuk pergi ke meja makan, "ayah, bunda. Minggu depan zee ada lomba Olimpiade matematika, kalian berdua dateng kan?"
Zee bertanya, lalu duduk di meja makan bersama christy dan adel disebelahnya

Shankara dan grebasta tersenyum bahagia, anak yang mereka didik telah berhasil membanggakan, "pastinya dong!"
Ucap mereka serentak. Adel hanya bisa diam, mengingat beberapa hari lalu ia meminta grebasta dan shankara untuk hadir di pesta pertunjukan sekolah yang di dalamnya ada adel. Tapi mereka menolak dengan berbagai alasan, itu... Tolakan atau memang tidak ingin?


Christy memakan makanannya terlebih dahulu, ia hanya bisa mendengarkan mereka berbincang. Dengan rasa kasihan pada adel, ia juga disayangi oleh orang tuanya, sementara adel? Hanya dianggap sebagai seonggok sampah Penggangu


"Christy... Seandainya bunda nggak nyuruh kamu pergi sama adel, mungkin kamu masih bisa hidup dengan normal. Maaf"
Kata-kata grebasta jelas menyinggung hati adel, Christy terseyum sembari mengganguk. ia tak ingin membahas hal brengsek seperti ini, "dasar pembawa sial, seharusnya kamu yang buta. Bukan anak saya"
Ucap shankara, membuat adel terkejut, tangannya bergetar. Seharusnya ia tahu pembicaraan ini akan dibawa kemana pada akhirnya


"Tapi, yah. Adel juga-


"Anak saya cuma dua"



Deg....




Jantung adel berdegup dengan kencang, adel menatap sendiri wajah ayahnya, sosok yang selama ini ingin ia rasakan peranya malah menjadi orang yang harus selalu ia takuti, "ayah?"
Lirih zee, mungkin. Ia membenci adel, namun. Perkataan ayahnya membuat ia juga terkejut



"Adel janji, adel bisa banggain ayah"
Katanya dengan pelan, matanya memanas seraya ingin menangis di depan makanannya, "sudah saya bilang berapa kali del? Kamu nggak akan pernah bisa nggebanggain kaya kakak kamu, kamu itu lemah. Kamu itu bukan anak yang saya harapkan, kamu malah membawa sial"
Semuanya terdiam, shankara memaharahi adel tanpa nada tinggi, tapi... Itu sangat menyakitkan bagi adel




.
.
.
.
.
.






Adel menduduki kursi belajar kamarnya, memikirkan perkataan shankara yang begitu menusuk hati kecilnya. Sebegitu sialnya adel dalam hidupnya ya?


Memangnya apa yang pernah mereka ingat dari adel? Makanan favorit nya saja tidak ada yang tahu, bahkan ketika zee dan Christy seringkali dipanggil 'sayang' adel hanya dipanggil dengan namanya. Dan shankara tidak pernah menyebut nama panjang adel beserta marga 'haratama' dibelakangnya. Ia tak sudi


Adel menghapus air mata yang jatuh, ia mengusapnya dengan baju putih polos yang ia gunakan. Ia selalu mengusap air matanya sendiri, kenapa? Ya karena tidak ada seseorang yang pernah mengerti perasaan adel, flora? Adel tidak pernah mau bercerita pada siapapun, ia bagaikan matahari yang selalu sendiri, namun. Tetap memancarkan sinar yang begitu terang, "ayah... Adel juga anak ayah, adel juga mau dimasakin makanan favorit sama bunda kaya kak zee dan kak Christy"
Ujar adel, ia menatap buku pelajaran yang selalu ia baca ketika malam hati. Berusaha untuk menjadi sepintar zee



Badai selalu menghantam tameng besi milik adel, membawanya pergi mengarungi arus kehidupan yang pahit. Keluarga nya tidak Menggangap adel ada, "nggak, gw nggak boleh cengeng. Gw janji gw bakal banggain ayah"














-TBC-









VOTE AGAR HAPPY END✌😜✌

Born to dieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang