Happy Reading guyss
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Mira dan adel sudah selesai berbincang. Hardi juga sudah pulang terlebih dahulu daripada adel, sementara adel. Ia memutuskan untuk pergi ke taman dekat rumahnya, itu lebih aman. Ia tidak akan pulang terlambat lagi, "anginnya sejuk"
Kata adel memandang langit yang kala itu sedang mendung. Matanya berbinar seperti sedang kasmaran, bukan karena cinta. Ia hanya membayangkan jika suatu saat shankara dan grebasta memujinya dengan kata-kata yang selama ini belum pernah diucapkanIa memandang langit dengan penuh harapan. Langit yang mendung seakan-akan mengatakan pada adel 'jika terus berharap. Mana bisa kau dibanggakan?'
Adel tersentak. Tiba-tiba ia berfikir untuk menekuni suatu hal agar bisa mendapatkan prestasi dari situ, tapi apa? Ah iya! Adel kan hebat bermain voli, tapi.... Ayahnya tidak menyukai voli sama sekali, itu adalah kerja tim, bukan individu. Zee pernah berkata seperti ituApa yang harus ia lakukan ya? Mempelajari matematika? Tidak! Ia tidak akan pernah bisa karena ia sudah membayangkan betapa pusingnya ketika melakukan hal itu. Tapi, zee dibanggakan karena hebat dalam fisika dan kimia. Zee juga pernah meraih banyak kejuaraan, apakah adel bisa melakukan itu? Rasanya mustahil
Seperti nya akan hujan. Namun, adel belum beranjak pulang, selagi air belum turun, ia tidak akan pulang dahulu. Ia malas dirumah, membosankan, tidak ada yang bisa diajak berbicara dan bermain secara halus. Ia hanya akan diintimidasi dan dicaci maki oleh keluarganya, "sial"
Gumam adel. Satu kata yang sering digunakan untuk menghina adel. Kata-kata yang sering muncul ketika anggota keluarganya sedang menyiksa adel. Sangat miris, mereka sama sekali tak memiliki penyesalanMulai gerimis....
Adel langsung berdiri, ia masih memakai seragam, besok. Seragam itu juga masih dipakai, jangan sampai basah. Nanti ia bisa dimarahi guru jika memakai seragam yang berbeda dengan teman-temanya, "flora?"
Ucap adel. Ia melihat sahabatnya, bergandengan tangan dengan freya. Apakah mereka sudah berpacaran? Tapi, bagaimana dengan fiony? Bukannya freya bilang hanya menyukai fiony? Aneh, ini mencurigakan"Jangan sampe flora sakit hati lagi. Gw nggak akan biarin itu terjadi"
Adel pun memutuskan untuk menghampiri mereka berdua. Tenang, ia sudah menyiapkan kata-kata agar tidak terlihat penasaran pada hubungan mereka berdua itu. "Wedess, kayaknya ada pasangan baru nih? Hahahah"
Adel menyentuh pundak keduanya. Yang di sentuh tentu panik dan langsung melihat ke arah adel, "astaga! Lo bikin gw kaget"
Ucap freya terkejut. Adel hanya tersenyum tidak bersalah"Udah pacaran lo berdua?"
Tanya adel. Kedua nya mengganguk sambil tersipu malu, aneh. Kata adel dalam hati. Jadi, ucapan freya selama ini hanya sebuah kebohongan belaka? Tentang cintanya yang habis pada si sekertaris OSIS itu, fiony alveria.
Tapi, mengapa juga adel ikut campur? Itu terserah mereka berdua yang kini menjalin hubungan serius, "yaudah, langgeng bro"
Freya bingung. Adel menghampiri mereka hanya untuk menanyakan hal yang sudah sangat jelas?! Bahkan pertanyaan itu sudah terjawab saat adel melihat mereka bergandengan tangan"Lo cuma mau nanya itu doang?"
Flora bertanya. Ia merasa aneh pada sahabat nya yang satu ini, yang paling berbeda dari insan manapun. Yang ditanya hanya bisa mengiyakan, flora dan freya melakukan kontak mata, lalu tertawa kecil. "Apa? Ada yang lucu?"
Adel heran. Tidak ada yang menarik disana, mengapa mereka tertawa?"Kek, lo nggak minta traktir atau apa gitu? Cuma nanya doang?"
Ujar freya, ia sedang berbahagia hari ini. Mana mungkin ia menolak permintaan adel jika ingin makan, namun. Harus ditraktir, "iya gw mau nanya doang. Yaudah gw pergi dulu, dadah!"
Memang aneh. Tapi ya lebih aneh freya yang tiba-tiba berpacaran dengan seorang manusia yang katanya sudah ia anggap sebagai adik
KAMU SEDANG MEMBACA
Born to die
Teen FictionJadi.... Jika terlahir hanya untuk dijuluki sebagai pembawa sial, mengapa aku harus hidup bertahun-tahun lamanya? Mengapa tidak ada julukan yang lebih bagus? Lagipula itu bukan salahku, tapi... Kenapa yang harus selalu disalahkan hanya aku? Anak kal...