Happy Reading guys
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Pemaksaan itu hal yang seharusnya tidak dilakukan, selain bisa berbahaya itu juga bisa berdampak bagi kesehatan bila memang sedang sakit. Tapi, apa peduli adel dengan semua resiko itu? Ia bahkan lebih takut amukan ayahnya daripada tubuh nya sendiri. Sehabis ia jatuh dari motor kala itu, ia langsung bergegas untuk pulang, ia tidak ingin menyusahkan siapapun. Saat ia jatuh juga tidak ada yang menolong, jadi ia harus mandiri
Adel pulang ke rumah dengan keadaan kaki yang pincang, celananya sobek di bagian lutut dengan darah yang masih mengalir, seragam adel adel juga di penuhi oleh rumput yang telah tercabut dari tanah, "gw harus cepet"
Gumam adel, ia tidak ingin merasakan semua sakit itu sekarang. Yang terpenting ia harus pulang terlebih dahulu. Ia membuka pintu secara perlahan melihat sekelilingnya yang hanya ada shankara dan grebasta, "dari mana aja?"
Tanya grebasta dengan mata sinisnya, membuat adel menundukan kepalanya itu"Maaf bun, yah. Adel habis jatoh dari mot-
Brak....
Shankara menggebrak meja kacanya itu sehingga hampir retak, grebasta yang faham bila shankara bisa menangani semua ini pun memutuskan untuk naik ke atas meninggalkan suami dan anak bungsunya itu, "jangan banyak alasan kamu del! Pulang berantakan, nggak tepat waktu lagi. Mau jadi apa kamu?!"
Shankara mendekati adel yang sedang menunduk ketakutan, "tapi adel tadi dikuncii-Plak....
Satu tamparan keras sampai di pipi kanan adel, membuat pipinya menjadi merah, "saya sudah bilang del jangan banyak alasan! Kamu dengar atau tidak?! Anak sialan. "
Shankara menarik kerah baju adel, membuat adel dan dirinya bertatap-tatapan dengan pandangan yang berbeda-beda, shan menatapnya dengan tatapan kebencian. Namun, adel menatapnya dengan tatapan takut, sosok ayah yang peran nya sudah hilang bagi dirinya itu tidak akan segan-segan untuk memukulnya kapan pun, "maaf yah, adel pulang telat. Tapi adel jatoh dijalan yah"
Adel membela dirinya sendiri dengan perkataan yang tidak bisa shankara percayai. Shankara menggepalkan tangannya, lalu ia menghajar wajah adel hingga tersungkur ke lantai yang dingin"Kamu masih berani panggil saya ayah del? Setelah semua perkataan saya tadi nggak ada yang kamu dengerin"
Ketika shankara mengangkat tangannya yang sudah ia kepal sekali lagi, adel langsung menutup matanya dan melindungi kepalanya dengan tangan. Posisi itu bagaikan seseorang yang ingin menunjukan rasa trauma nya"Kamu ini memang benar-benar anak sialan del, kamu tidak seperti kedua kakak kamu yang walau salah satunya memiliki kekurangan. Mereka tetap berprestasi del, lemari kaca mereka penuh dengan piala, medali dan sertifikat. Sedangkan kamu? Satu pun tidak ada!"
Mata adel memanas begitu mendengarkan perkataan shankara yang begitu menusuk hati nuraninya, perkataan shankara begitu kejam dan sangat tajam. Bahkan melebihi sebuah pisau yang baru di asah untuk memotong"Ayah, maafin adel yah. Adel janji bakal jadi yang lebih baik lagi"
Shankara tersenyum miring begitu mendengar perkataan anaknya yang tidak ia anggap itu. Ia menendang perut adel dengan emosi yang meledak-ledak, membuat tubuh adel semakin kesakitan, "ucapan kamu basi, del. Kamu tidak pernah bisa membanggakan saya"
Adel menangis, namun. Ia langsung mengusap matanya dengan tangan kanan miliknya yang masih berdarah akibat jatuh di tikungan tajam
KAMU SEDANG MEMBACA
Born to die
Teen FictionJadi.... Jika terlahir hanya untuk dijuluki sebagai pembawa sial, mengapa aku harus hidup bertahun-tahun lamanya? Mengapa tidak ada julukan yang lebih bagus? Lagipula itu bukan salahku, tapi... Kenapa yang harus selalu disalahkan hanya aku? Anak kal...