8

2.5K 246 4
                                    

Happy Reading all
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.













Suasana rumah tengah hening walau semua anggota keluarga berada dibawah, adel sedang mengerjakan tugas menggambarnya, christy sedang duduk sembari meminum segelas susu hangat buatan bibi, dan shankara dan grebasta sedang mengkhawatirkan keadaan zee yang belum pulang walau langit sudah berubah menjadi malam, "anak itu kemana ya?"
Hati grebasta tidak tenang apabila zee belum menampakkan dirinya


"Mungkin, dia masih marah sama adel. Adel udah ngerusak gitar kao zee"
Jawab adel, supaya ketika zee pulang, ia tidak disalahkan sepenuhnya, melainkan adel yang akan disalahkan. "Masalah gitar gampang, tinggal kamu beliin lagi"
Kata shankara, grebasta mengganguk setuju. Adel tidak heran, kali ini ia tidak dipukul karena shan dan gre sangat khawatir dengan zee yang belum pulang sama sekali


"Zee pulang.."
Zee membuka pintu perlahan, lalu membuka ikatan tali sepatunya, "astaga zee, akhirnya kamu pulang juga"
Grebasta ketika melihat anak tertuanya pulang, langsung ia hampiri. Ia memeluk zee dengan sangat erat, diikuti juga dengan langkah kaki shankara di belakang grebasta, mereka berdua tersenyum hangat begitu mendengar suara zee kembali ke rumah itu



"Kamu kemana aja nak?"
Shankara bertanya sembari merapihkan rambut zee yang berantakan akibat terkena angin malam. Zee membalas senyuman keduanya, ia meletakan sepatu hitam milik nya ke rak, baru ia menjawab pertanyaan ayahnya itu, "zee habis konser kecil-kecil an sama temen zee, maaf nggak ngabarin dulu"
Kedua orang tua itu tampak bangga ketika melihat anak tertuanya ingin menjadi seorang penyanyi, itu akan sangat membanggakan keluarga haratama


"Kamu punya band nak?"
Tanya grebasta antusias, zee menggangukinya sambil tersenyum bahagia, "anak ayah keren, kapan-kapan kita mau nonton konser kamu ya?"
Zee menggangukinya sekali lagi. Lalu grebasta dan shankara menyiapkan makanan untuk zee karena memang zee belum makan



Christy yang mendengarkan semua obrolan itu hanya biasa saja, lagipula ia juga sering di sayang-sayang oleh mereka, jadi. Ia tidak perlu cemburu, namun. Ia ia khawatirkan adalah adel, adiknya yang paling kecil itu tidak pernah merasakan kasih sayang sepersen pun dari kedua orang tuanya, "maaf, del. Lain kali kakak bakal nurunin gengsi kakak buat kamu ya?"
Christy sangat kasihan pada adel, sementara yang dikasihani hanya bisa tersenyum pahit sembari melanjutkan tugas menggambarnya


"Mungkin, lain kali aku yang bakal diperlakuin kaya gitu. Pasti, ayo berusaha del, supaya bisa dibanggain ayah sama bunda"
Tekad adel untuk membuat harum keluarga haratama sangatlah besar, bahkan. Melebihi keinginannya untuk mencapai mimpi yang selama ini ia perjuangkan


Ketika tugas menggambarnya sudah selesai, adel membereskan semua peralatannya, memasukan semua barang yang ia gunakan ke dalam tas agar tidak hilang, "kak Christy udah mau ke atas belum? Kalo udah ayo bareng sama adel"
Tawar adel, ia tidak ingin Christy jatuh karena keterbatasan nya. Namun, Christy menggeleng. Ia belum mengantuk, ia masih ingin dibawah, "yaudah, adel duluan"
Adel pun berdiri, ia menaiki satu persatu anak tangga untuk sampai ke kamar miliknya


Adel menaruh gambarannya ke atas meja, lalu ia membaringkan dirinya di atas kasur. Ia menatap langit-langit kamarnya dengan tatapan harapan, ia berharap bisa menjadi anak yang berguna dan lebih baik. Mungkin, suatu saat, entah itu esok, atau. Kapanpun itu, yang pastinya ia bisa menjadi seseorang yang berguna dan berjasa, "semakin ke sini aku nggak iri sama perlakuan ayah dan bunda kek kak zee dan kak Christy, aku malah semakin termotivasi untuk berusaha lebih keras lagi"
Gumam adel, selepas itu. Ia memejamkan matanya, berharap mendapat kehidupan yang lebih baik walau hanya di alam mimpi





Born to dieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang