Happy Reading all
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Pertarungan sengit antara kedua murid itu masih terjadi. Hardi yang tak mau mengalah meski ia tahu bahwa ia akan menang karena ia menggunakan senjata. Dan adel, ia akan melakukan apapun untuk membalas perbuatan Hardi, ia telah memukuli anak yang dititipkan ke adel untuk dijaga, "lo bakal kalah sama gw!"
Teriak Hardi, wajahnya sudah banyak yang terkena pukulan adel. Namun, emosi di dirinya semakin meledak, ia tak akan berhenti"Oh ya? Tapi gw belum nyerah!"
Bantah adel. Lukanya lebih parah dari Hardi, tangannya banyak yang terkena goresan pisau, wajahnya babak belur, rambutnya juga sudah tidak karuan lagi, semua berantakan. Namun, masih berlanjutMereka saling memukuli satu sama lain, tak ada yang mengalah. Keduanya sama-sama egois, tidak ada yang ingin mengaku kalah untuk keselamatan diri sendiri, tidak ada juga yang ingin dipandang rendah karena kekalahan. Bahkan, bel masuk tidak mereka hiraukan, mereka masih tetap berkelahi walau staminanya mereka sudah terkuras banyak, "emang kenapa? Kenapa lo mau bales perbuatan gw ke jeane hah?! Jeane bukan siapa-siapa lo"
Kata Hardi disaat mereka berdua telah jatuh ke tanah, duduk dengan posisi yang masih siap untuk memukuli satu sama lain lagi"Lo nggak perlu tau, intinya jeane udah gw anggep adek sendiri"
Adel masih tetap ingin memukul Hardi, emosinya belum reda. Ia masih ingin membalas perbuatan Hardi yang seharusnya tidak boleh dilakukan, "cih"
Hardi ikut berdiri, ia akan memukul adel dan membiarkan resiko setelah ini"STOP!"
Teriak freya, ia menahan tubuh Hardi. Sementara fiony menahan tubuh adel, mereka berdua ingin menghentikan perkelahian ini, sekolah yang dipandang bagus tidak seharusnya ada perkelahian, "gak usah pegang-pegang gw anjing!"
Hardi memberontak, namun. Ia sudah kehabisan tenaga, ia tidak bisa melepaskan diri dari genggaman tangan freya lagi. Sementara adel hanya bisa pasrah, tubuhnya dipegang erat oleh fiony, jika ia memberontak pun. Ia tetap tidak tega melihat fiony jatuh atau terluka karena pemberontakan nya itu"Kita bawa ke kantor kepala sekolah"
Kebetulan guru bk sedang tidak masuk sekolah, jadi segala masalah akan ditangani oleh kepala sekolah. Sepanjang perjalanan, Hardi dan adel saling menatap tidak suka satu sama lain, tatapan mereka seolah-olah ingin saling membunuh. Freya dan fiony yang bertanggung jawab juga sebenarnya takut jika harus mengatasi hal ini. Tapi, ini adalah tugas mereka sebagai anggota osis di sekolahanFreya membuka pintu dengan perlahan. Pak evan selaku kepala sekolah mempersilahkan mereka berempat masuk, Hardi dan adel duduk di satu sofa yang sama. Menghadap ke arah pak evan, sementara freya dan fiony pergi untuk kembali ke kelas masing-masing, "kenapa kalian berdua berantem? Kalian tahu kan sekolah ini sekolah elite, nggak sembarangan orang bisa masuk sini dengan mudah. Kenapa kalian malah mau mencoreng nama baik sekolah?"
Hardi dan adel belum ada yang ingin menjawab, benar juga. Meskipun Hardi anak nakal, ia tidak ingin sekolahnya diejek oleh siapapun, dan adel. Ia belum pernah terlibat perkelahian sebelumnya"Kalian ini kenapa? Coba jawab jujur dengan saya, meski kalian akan terkena hukuman. Setidaknya kalian sudah mengatakan yang sebenarnya"
Nada bicara pak evan terdengar seperti kecewa, sekolah yang sudah ia kelola dengan baik dan sebisa mungkin tidak ada masalah. Malah ingin diberi penilaian buruk karena tingkah adel dan Hardi yang tidak berfikir sebelum bertindak, seperti anak kecil sahaja"Ini salah kita berdua pak, Hardi mukul jeane dulu, terus saya marah sama Hardi dan kita berantem"
Hardi sontak menengok ke arah adel, biasanya siswa ataupun siswi yang bermasalah dengan dia, akan menjelek-jelekanya di depan pak evan dan juga melebih-lebihkan cerita dari aslinya. Tapi, adel berbeda, adel mengatakan yang sebenarnya tanpa menjelekkan nama Hardi ataupun dirinya, "apa itu benar, di?"
Tanya pak evan pada Hardi. Yang ditanya mengganguk, berarti benar. Kesaksian adel tidak salah, adel mengatakan apa yang ia lihat
KAMU SEDANG MEMBACA
Born to die
Teen FictionJadi.... Jika terlahir hanya untuk dijuluki sebagai pembawa sial, mengapa aku harus hidup bertahun-tahun lamanya? Mengapa tidak ada julukan yang lebih bagus? Lagipula itu bukan salahku, tapi... Kenapa yang harus selalu disalahkan hanya aku? Anak kal...