4

2.6K 227 7
                                    

Happy Reading guys
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
















Sore, sore yang langitnya di penuhi oleh corak berwarna oranye serta kuning, sangat menawan untuk dilihat dari bawah, dilihat oleh para manusia yang hanya bisa memandang dari kejauhan.


Tapi... Nyatanya tidak semua sore indah bagi kalangan manusia. Adel, ia menjadi contoh, di kunci di dalam gudang dengan kegelapan dan dingin yang menyelimuti dirinya. Ia tergeletak lemas di lantai tanpa sadar, raganya berharap ada yang menolong, sementara jiwanya berharap untuk menghilang dari bumi ini


Belum ada yang menolongnya kala itu, sudah banyak yang pulang dari sekolahan. Bahkan, flora sekalipun. Tak ada yang menyadari bahwa adel masih tertinggal


'Bagaimana dengan zee?'
Lucu. Memangnya apa peduli dia dengan adik bungsunya itu? Hanya untuk mengakuinya sebagai keluarga saja zee tidak mahu, apalagi untuk menolong? Ia sama sekali tidak sudi, baginya. Menolong adel yang ia juluki sebagai pembawa sial adalah sebuah hal yang menjijikkan





**






Sementara itu, Shankara dan grebasta sudah tersulut emosi, ketika mendengar kabar bahwa adel belum pulang dari rumah, astaga. Mereka berfikir bahwa adel keluyuran, "anak nggak tau diri, biasanya cuma nyusahin"
Kata grebasta, mengingat bahwa adel adalah orang yang paling merepotkan di rumah ini, "ck, udah sore. Nggak inget waktu buat pulang lagi"
Ucap shankara menahan emosi. Ia tidak ingin bersikap mengerikan di depan zee dan christy


Zee hanya bisa diam, ia tak peduli sama sekali. Ia hanya peduli terhadap dirinya sekarang, ia berfikir mengapa ia harus memperdulikan adel yang sama sekali tak ada gunanya? Adel hanyalah beban bagi keluarga haratama, berbeda dengan dirinya dan christy yang bisa dibilang pintar. Walau christy memiliki kekurangan yang sangat menggangu dirinya, "emang anak nggak tau diri, dasar pembawa sial"
Gumam zee di samping christy. Christy memang bisa mendengar semua ocehan jahat untuk adel ditelinga nya, namun. Apa yang ia bisa perbuat? Matanya sudah buta, untuk berjalan saja rasanya sulit kan? Lantas. Mengapa ia harus membela adel? yang fisiknya normal seperti kebanyakan manusia


"Di telfon berkali-kali juga nggak diangkat, bikin masalah apa lagi sih?"
Grebasta menaruh handphone nya di meja. Handphone itu sudah ia gunakan untuk menelfon adel berkali-kali, namun. Tetap saja tidak ada jawaban. Ia tentu marah, lalu menaruh handphone nya itu dengan kasar


"Zee, adek kamu bikin masalah apa lagi ini? Nyusahin aja"
Tanya shankara, mungkin saja zee tahu karena mereka berdua satu sekolah. Berbeda dengan christy karena sekarang ia menjadi penyandang disabilitas, "mana zee tau, yah. Diakan jarang ketemu sama zee, lagian. Nanti dia bakal pulang sendiri kalo inget"
Ujar zee sambil memegang gitar kesayangannya itu dengan hati-hati


"Mungkin adel ada urusan, yah. Bun, jadi dia nggak bisa ngabarin kita"
Christy membuka suara, ingin membuat ayah dan ibundanya menjadi lebih tenang, "urusan apaan? Dia aja nggak ada prestasi sama sekali, lo udah pikun apa?"
Jawab zee, sedikit membuat christy emosi, namun. Bisa ditahan


"Sayang, jaga ucapan kamu. Adik kamu nggak tau apa-apa loh"
Bela grebasta. Ya, shankara dan grebasta selalu membela kedua anaknya jika ada yang berbicara kurang sopan dengan mereka, "yaudah, maaf"



Born to dieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang